Rabu, 06 September 2017

Semisal Resensi Ini-Itu Berthold Damshäuser

Nurel Javissyarqi

Sebenarnya ingin ngelenceki bukunya, namun belum ada kesempatan jauh, maka sekadarlah ucapan terima kasih, sebab bahasa Indonesia sudah diperkenalkan di Jerman dengan ketekunan penuh piawai, atau ini ikut-ikutan bijak seperti tulisannya; “Sebagai dosen bijaksana saya suka sekali kalau mahasiswa banyak bertanya.”

“Ini dan Itu Indonesia, Pandangan Seorang Jerman” buku karangan Berthold Damshäuser, dipengantari Agus R. Sarjono dan penutupnya Jamal D. Rahman, penerbit Komodo Books. Buku ini sangat ajaib, karena ada tulisannya yang dijumput dari Majalah Sastra Horison No.3/2016, hal. 13-17, padahal di buku itu adanya catatan Cetakan Pertama Mei 2015?

Saya tidak kenal pengarang ini, tapi bisa saja pernah bertemu di Jakarta, Jogja atau blas, tetapi-nya tiba-tiba ingin menulisnya, sebab dari bacaan terhadap bukunya, terbersitlah satu kata; kocak. Andai layang ini tak sampai tidak masalah, toh saya bisa kenal dapat akrab sangat dekat atau sok kenal sok akrab sok dekat, namun bukan. Saya tahu kelihaian Ibnu Khaldun, coraknya Hegel, wataknya Sartre, karekter Camus, nafsunya Nietzsche, perangainya Derrida, ketelitian Hassan Hanafi, ketampanan Goethe, kewibawaan Tagore dsb, padahal tidak pernah berjumpa belum sempat kenalan, namun rasanya lebih nyaman daripada guru bahasa Indonesia saya di bangku sekolah. Jadi bisalah mencantelkan ‘kocak’ di depan namanya; kocaknya Berthold Damshäuser. Ini bukan mensejajarkan pribadinya dengan para tokoh itu, hanya semata dari negara asing dengan nama asing pula terdengar di telinga.

Bahasa Indonesia-nya agak kocak, artinya mbanyol, lucu, menggelitik, menggelikan, jenaka, tapi tidak sampai keringkan bibir, dan kata ‘kocak’ jika digeser agak diselewengkan maknanya sebanding culun, tapi bukan di dalam kasusnya. Kocak juga bisa diartikan tidak seret sedikit kendor atau longgar menggelikan; biasanya dipakai dalam kejadian mur dan baut yang tidak erat berpelukan, keadaan renggang yang tidak sampai lepas keduanya.

Kata ‘kocak’ pernah dipopulerkan Radio Suzana Surabaya sekitar awal tahun 1990an; adanya acara; berita kocak, cerita kocak, bahasa mandari kocak, bahasa arab kocak, bahasa belanda kocak, bahasa jepang kocak, bahasa jerman kocak, dst. Kocak di situ maknanya lucu, karena di bukunya memiliki unsul hiburan, semisal sering mengawali tulisan dengan kata-kata; “Lapor! Sudah saatnya saya kembali melaporkan diskusi yang terjadi pada jam mata kuliah bahasa Indonesia di Universitas Bonn” dan mengakhirinya dengan kalimat “… saya meninggalkan kelas. Lonceng bel berbunyi” atau “Tiba-tiba lonceng berbunyi, jam kuliah sudah selesai. Alhamdulillah!” dan serupa-rupanya yang sebelumnya telah terbit di Majalah Tempo.
***

Sekecilnya ada empat nama besar yang tercatat ngincipi dataran bumi Nusantara; Tagore, Neruda, Hesse, Chamisso, dan kemungkinan ada belasan nama besar yang pernah singgah di tlatah Sumpah Palapa-nya Gajah Mada, namun tak ingin mencatatnya atau tidak mau dituliskan kejadiannya, barangkali dianggap kurang menarik ataupun menggelapkan proses perjalanan kreatifnya, maka di waktu sepertiga malam ini saya menujum orang asing itu.

Takdir memang bukan kita yang menuliskan, tapi dinaya tarik-menarik ketentuan serta ketetapan hidup, tidak lebih melalui prosesi panjang pergolakan batin antara condong menerima atau menolaknya, dan kecenderungan melapangkan perjalanan anak manusia menuju perjumpaan ajaib dirasa, tapi sangat akrab seolah baru kemarin bertemu atau ribuan tahun silam sudah mengenalnya, karena kelahiran serta kematian disegarkan embun waktu, diremajakan masa.
***

Menunggu lima tahun setelah terbitnya buku “Puisi Dunia, Gema Djiwa Slavia dan Latin;” Jilid I, disusun M. Taslim Ali, ia baru dilahirkan dunia, tepatnya di Wanne-Eickel (Jerman) 8 Februari 1957, tanah yang pernah menghadirkan filsuf tersohor yang pengaruhnya menggemparkan nalar, Nietzsche semacam Voltaire di lemah Prancis; satu mendorong Hitler memecahkan perang dunia ke II, satunya lagi menggerakkan kesadaran masyarakat merevolusi. Dan tatkala buku susunan M. Taslim Ali, “Puisi Dunia, Gema Djiwa Germania” terbit tahun 1953, tinggal 4 tahun alam menanti kehadirannya.

Barangkali usianya menginjak 11 tahun (1967) atau umur 17 (1973), ia sudah ber-papas-an dengan buku-bukunya M. Taslim Ali, bisa jadi mulai tertarik Pantun yang disebarkan oleh Chamisso, yang jelas di alam kemungkinan; deretan buku-buku pada perpustakaan keluarganya, sudah menyebarkan kabar keindahan tanah gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo ini, setidaknya tahun 1976 sudah mengenal nama Trisno Sumardjo disaat-saat mempersiapkan diri untuk perjalanan pertama kalinya ke Indonesia.

Pada umur 20 tahun itu, ia baca sebuah kumpulan cerpen Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, editornya Irene Hilgers-Hesse dan Mochtar Lubis, penerjemahnya Irene Hilgers-Hesse, Tübingen/Basel 1971 (lihat catatan kaki halaman 91). Enam tahun kemudian, ia merampungkan skripsi Master pada Jurusan Sastra Indonesia di Universitas Köln (“Trisno Sumardjo, Sang Sastrawan dan Karya-karyanya,” selengkapkan lihat catatan kaki selanjutnya). Saya tidak tahu persis apakah di antara tahun itu ia pernah keluyuran ke Indonesia? Apakah berjumpa Dami N. Toda di Hamburg atau tidak (1981)? Yang pasti setahun setelah kelulusannya dari Köln, ia menjadi mahasiswa tamu untuk program pascasarjana di Universitas Indonesia (1983) atau menginjak usianya ke 27. Berbeda perjalanan juga beda nasibnya, Neruda pada usia 23 (dalam tahun 1927) menginjakkan kaki di Kolombo (Sri Lanka), Batavia dan Singapura, sedangkan usianya Tagore 66 di tahun tersebut ke tanah Jawa.

Mengenai Dami, saya teringat penelitiannya yang belum matang sejenis kurang jeli, dan terlanjur cepat Allah menjemputnya. Kata-kata ‘belum matang kurang jeli’ bisa dibaca pada esainya yang bertitel “Kesibukan Hamba-Hamba Kebudayaan” lalu sejenis esai pertaubatannya yang dimuat Kompas 17 September 2006, yang berlabel “Pengakuan Anggota Waffen-SS” yang disebut juga oleh Afrizal Malna di Tempo 20 November 2006, dengan judul “Sejarah dalam Kulit Bawang,” lewat satu kunci perjalanan hidup pemenang Nobel Sastra 1999, Günter Grass.

Dan meski hanya sekali tatap muka di ruang kelas dengan Sapardi Djoko Damono, empat tahun berlalu dan ia putuskan balik ke Jerman (1986), mengabdi di Universitas Bonn, tepatnya mengajar bahasa dan sastra Indonesia pada Lembaga Kajian Asia, dan bersama Wolfgang Kubin menjadi editor Orientierungen. Di tahun 1987, untuk pertama kalinya menemui Ramadhan KH yang mendampingi istrinya berdinas sebagai diplomat di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bonn, perjumpaan yang sangat berkesan. KH sekitar lima tahun berada di sono (Jerman), dan tujuh tahun dilewati ke tahun 1993, KH diminta olehnya sebagai anggota redaksi Orientierungen, Zeitschrift zur Kultur Asiens.

Namun, empat tahun sebelum itu, tepatnya 1989, kedua anak manusia ini telah merampungkan hasil-hasil ikhtiarnya dalam kerjasama menerjemahkan sekaligus menerbitkan “Antologi dwibahasa puisi Jerman, Selama delapanratus tahun” yang diberinya titel “Malam Biru di Berlin” dengan kerjasama Kedutaan Besar Republik Federal Jerman di Jakarta. Sungguh hasrat yang luar biasa bermanfaat, bagi wacana kesusastraan di Nusantara. Kecocokannya dengan KH, memberikan dampak merindu penuh jiwanya pada Tanah Air keduanya yakni Indonesia. Dan atas permintaannya, KH di tahun 1997 bersedia menjadi anggota Komisi Indonesia-Jerman untuk Bahasa dan Sastra.

Ada yang saya sayangkan di pengantar “Malam Biru di Berlin,” paragraf ke 2 tertulis: “Sebelum penerbitan buku ini, belum terdapat antologi sajak-sajak Jerman yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Karena itu kami berpendapat, bahwa antologi ini sebaiknya mencoba memberikan gambaran yang luas tentang puisi Jerman. Maka yang dikumpulkan di sini adalah sajak dari abad keduabelas sampai abad keduapuluh yang diciptakan oleh delapan puluh tujuh penyair. Titik berat terletak pada sajak yang ditulis pada abad sekarang.” Kalimat itu seakan-akan menghapus kerjanya M. Taslim Ali sebelumnya, atau apakah terlambat mengetahui? Lalu seperti terpaksa disusupkan pada tulisannya, lihat sambil pelajari kepiawaiannya merakit kata, halaman 67.

Tulisannya mengenai “Ramadhan KH, Arsitektur Jembatan antara Jerman dan Indonesia” dimuat di buku yang berjudul “Ramadhan KH, Tiga Perempat Abad” Pustaka Jaya 2002, halaman 130-136, editornya Ajib Rosidi, Ahmad Rivai, Hawe Setiawan. Tahun 1997, ia menjadi anggota Komisi Jerman-Indonesia untuk Bahasa dan Sastra, yang didirikan atas petunjuk Kanselir Jerman dan Presiden Republik Indonesia. Tahun 1998 mulai berhubungan dekat dengan penyair Hamid Jabbar; orang saling dekat karena sama frekuensinya, serasi sepadupadan seirama nada naik-turunnya batin yang diembankan hayatnya, lalu di tahun 2004 tulisannya kepada sahabatnya Hamid terbit, lantas yang berjudul “Hatur Nuhun, Kang Atun! In Memoriam Ramadhan KH” (2006) hadir di majalah yang sama; Horison.

Bersama Agus R. Sarjono menjadi editor Seri Puisi Jerman yang terbit sejak 2003, kemudian tahun 2007 keduanya bersama-sama mengeditori buku bertitel “Johan Wolfgang van Goethe, Satu dan Segalanya” jilid IV Seri Puisi Jerman, yang dipengantari Jamal D. Rahman, penerbit Horison. Tahun-tahun berlalu semakin menjelajah, kian akrablah dengan para sastrawan serta kaum kritukus sastra Indonesia. Tahun 2010 ia dipilih Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, menjabat Presidential Friend of Indonesia, dan sejak 2011 bergiat sebagai redaktur Jurnal Sajak. Tahun 2014 dan 2015 ia menjadi anggota Komite Nasional Indonesia, selaku Tamu Kehormatan Pekan Raya Buku Frankfurt. Dan oleh ketekunannya menerjemahkan puisi Jerman ke bahasa Indonesia, puisi Indonesia ke dalam bahasa Jerman, tahun 2017 seterusnya, ia bagai bintang timur yang selalu dinanti kedatangannya di Indonesia.

Dusun Pilang, Desa Tejoasri, Laren, Lamongan,
daerah yang dikelilingi Bengawan Solo, 27/8/2017.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest