Senin, 05 Agustus 2013

Perayaan Kemurungan

Beni Setia
Lampung Post, 5 Juni 2011

MITOS yang mengeliling Li Tai-Po, seorang penyair liris China klasik, berkaitan dengan arak, bersampan setengah berhanyut di arus sungai, dan menulis puisi dengan kepekaan batin merespons berdasarkan apa yang tampil di kesadarannya—baik akibat rangsangan objektif kesekitaran atau melulu hanya cetusan imajinasi instinktif dalam batin. Katanya, ia menulis beratus-ratus puisi untuk dihanyutkan bila secara diksiah gagal karena tak bisa direvisi lagi, dan kemurungan kehilangan emosi liris yang tidak bisa dikonkretkan itu akan menjadi sebuah energi liris (baca: level kepekaan puitik) yang membuat menulis puisi semakin membius.

Energi tranced. Mungkin itu artifisialitas menulis—katanya Li Tai-Po kehilangan orientasi ketika merasa menemukan bulan dan merengkuh bayangan bulan di air yang disangka bulan itu sendiri, dan ia mati tenggelam di arus. Tapi identifikasi pada corak energi kreatif itu itu dipertegas oleh seorang Rahmah Purwahida, ketika ia membahas 10 cerpenis muda Jawa Tengah, yang tergabung dalam antologi cerpen Joglo 10: Paras Perempuan Padas, TBJT, Solo 2011, di TBJT, (28-05). Dosen UMS ini menyebut itu sebagai perayaan kemurungan, saat energi kreatif dan kepekaan bersinergi dengan hal-hal keseharian yang tak lagi menggugah simpati dan solidaritas kemanusiaan kita, lantas kemurungan bangkit menggarisbawahinya dalam narasi yang sepertinya hanya mimesis memotret kenyataan sosial.

Keunggulan cerpen—dan pada akhirnya novel dan puisi—simpati sosial semacam itu terletak pada penggarisbawahan yang menyebabkan sebuah potret berbeda dengan lukisan, sebuah berita dengan prosa dan puisi. Dan karenanya, meski ada kesejajaran dengan olah kepekaan puitik Li Tai-Po, tekanan Rahmah Purwahida terletak pada apa yang jadi obsesi kreatif mereka merupakan ihwal yang ada di luar diri, bersipat objek dan berlevel sosial. Ini berbeda dengan Li Tai-Po yang bersipat reflektif, menggali ke kedalaman diri, subjektif seperti bersilarat-larat dengan hal yang liris—meski mampu memotret yang objektif, yang naratif menuturkan apa yang tampak dengan nampan puitika liris yang kental. Dan seorang Isbedy Stiawan Z.S.—terutama dalam Taman di Bibirmu, Siger Publisher dan Lamban Sastra, Bandar Lampung, 2011—bermain dalam tataran ini, bergerak reflektif ke dalam dan naratif ke luar.

Ada 82 puisi dalam kumpulan puisi setebal 104 halaman ini, dan yang lebih unik puisi tertua dalam kumpulan ini ber-titi mangsa 2011—2010;23.31 dan diletakkan di sisi belakang, sedangkan yang terbaru bertarikh 5211.7:23 dengan diletakkan di depan. Ini mengesankan sebuah pemindahan dari dokumentasi file dari laptop ke ujud pra cetak secara sederhana, dan sepengetahuan saya Isbedy Stiawan Z.S. selalu membawa laptop ke mana pun pergi—kini malah dilengkapi oleh handycam untuk merekam momentum sosial yang unik sesuai dengan tuntutan sebagai si pewarta televisi di Bandar Lampung. Pada status Facebook-nya ia pernah bercerita tentang perjalanan jarak jauh dengan sepeda motor, kelelahan perjalanan, daya tahan fisik sebagai seorang karateka, dan kepekaan puitik Li Tai-Po dan instink merayakan kemurungan ala Rahmah Purwahida yang menuntut bergerak dan terus bergerak.

Tak heran kalau dari kumpulan puisi terbarunya kita bisa menemukan romatisme sentimental liris tentang cinta dan si dia seperti tersurat dalam puisi-puisi Mawar, Menjadi Api, Kupilih Wajahmu, Sebuah Pesan, Di Tepi Kolam, dan banyak lagi. Selain narasi seperti yang tertera dalam puisi-puisi Kau adalah Laut, Lelaki Penjaga Pohon, Bulan di Kota Awan, Liwa, Dalam Bayangan, Kembali ke Kotamu, Mencatat sebagai Peristiwa, dan seterusnya. Sebuah rentetan puitika yang berada dalam liris reflektif dan narasi kuyup emosi—sebuah pencapaian yang berawal dari 20 November 2010 sampai 05 Februari 2011—sebuah pencapaian kreativitas dalam rentang 10 minggu, energi kreatif yang sebenarnya tak hanya merujuk 82 buah puisi tapi juga ada sekian cerpen, esei-esai sastra dan sosial-budaya, dan mungkin beberapa berita/liputan televisi. Satu aset sastrawiah yang mencengangkan, yang dieksolorasi dan dieksploitasi dengan sangat efisien—tapi tak pernah benar-benar diapresiasi secara benar.

Bagi saya Isbedy merupakan passion serta daya tahan, terlebih ketika bersitemu dengannya selalu ada membawa ransel yang menggelembung di punggung dan tas di tangan. Dengan berjaket dan bertopi ia seperti sedang memindahkan kesiapan untuk mengeksploitasi kepekaan puitik dan mengeksplorasi wacana kemurungan (realitas) sosial—kesiapan yang dimanifestasikan dalam perlengkapan yang kayak arep minggat dalam idiom Surabayaan. Tak heran kalau keutamaan Isbedy sesungguhnya terletak pada produktivitas, bahkan produktivitas yang tak kenal jeda sejak pertengah dekade 1980-an. Rentangan produktivitas (baca: keajekan mengolah kreativitas) yang ada di sekitar hitungan 25 tahunan lebih. Dan dalam rentangan itu kita menemukan karya sastranya berada di berbagai media massa cetak di mana-mana, dan dalam bermacam-macam dan tak putusnya terbit setiap tahun—terutama dalam hitungan dekade terakhir.

Dan ia sebenarnya tak sendirian—ada Soni Farid Maulana yang berkubang dalam puisi an kemudian Bandung Mawardi yang lebih konsentrasi pada esai dan apresiasi. Celakanya, khazanah sastra Indonesia tak begitu peduli dengan fakta itu. Di tengah minat baca sastra yang lemah, yang menyebabkan buku sastra tersenggal—dan seorang Nurel Javissyarqi, sang penerbit yang memegang bendera Pustaka Pujangga, pernah mengatakan pasar ril buku sastra hanya 300 buku, sedangkan seorang penerbit lain di Solo bilang ongkos cetak yang efisien minimal 500 eksemplar dengan titik optimum 1.000 eksemplar—, penghargaan justru lebih dipusatkan pada kualitas cq Khatulistiwa Award, misalnya. Produktivitas bertahan dengan ekplorasi dan eksploitasi kreativitas yang tanpa jeda dan dalam jangka panjang dan dilakukan dengan irasionalitas berterus mengolah kreativitas tak pernah dipedulikan.

Tak ada penghargaan bagi loyalitas buat pengabdian sepanjang masa, karena itu kita berkaca-kaca melihat nasibnya Ratna Indraswari Ibrahim yang sakit dan tak bisa berkreasi. Semua itu dianggap wajar, itu dianggap risiko pribadi dari pengamalan hidup sesuai dengan filsafat Eksistensialisme—seperti pejabat yang siap pensiun dan dihantui KPK. Padahal selain Ratna Indraswari Ibrahim kita telah mencatat dan sekaligus melupakan beberapa sastrawan berbakat yang didera masa surut dan terjerembab dalam sakit dan dianggap rongsokan yang tak perlu diingat. Menurut saya, seharusnya the stakeholder yang berkepentingan dengan sastra Indonesia mau memedulikan pengabdian kreatif sastrawan, dengan hadiah yang bersipat pengabdian lifetime, dan juga semacam fund untuk mengongkosi sastrawan produktif untuk berkarya dalam acuan risidensi.

Pertamina pernah mengundang sastrawan menuliskan tentang kilang minyak di lepas pantai Papua, seorang individu membiayai penulisan novel bertemakan korban G30S/PKI dari Seno Gumira Ajidarma serta cerpen-cerpen bertema kota di Amerika Serikat dari Budi Darma dkk., TSI III meminta beberapa sastrawan menulis puisi serta cerpen tentang Tanjungpinang, dan TSI IV membiayai beberapa sastrawan berbakat ke Halmahera. Tapi itu tak cukup. Dan sebuah dana residensi pada Isbedy dkk. mungkin membuat kita menemukan sebuah tempat serta satu eksotika yang unik dalam sebuah kumpulan puisi dan prosa. Memang! Tapi siapa yang mau peduli kalau eksekutif dan legislatif lebih terpikat membiayai sepak bola dengan APBD kabupaten/kota? Karena—sebenarnya—sastra itu berada di ekor dari proyek pencitraan politis.

Beni Setia, pengarang
Dijumput dari: http://ulunlampung.blogspot.com/2011/06/perayaan-kemurungan.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest