Jumat, 19 Juli 2013

Identitas Melayu dalam Sastra Serumpun

Ahmadun Yosi Herfanda
sembahyangrumputan.blogspot.com

Sastra, menurut Umar Kayam, adalah refleksi dari masyarakatnya. Karena itu, identitas suatu bangsa, antara lain dapat dilihat pada karya sastranya. Atau, sebaliknya, ketika suatu bangsa membutuhkan penguatan identitas, karya sastra berpeluang untuk memberikannya.
Maka, ketika suatu bangsa terancam kehilangan identitasnya akibat serbuan budaya-budaya global (Barat), revitalisasi nilai-nilai budaya melalui karya sastra menjadi sangat penting. Tetapi, karena nilai-nilai budaya dalam karya sastra bersifat dinamis dan menebar, maka diperlukan forum untuk mengkaji dan merangkum nilai-nilai itu, kemudian merumuskannya menjadi identitas bersama yang lebih pas.

Dan, itulah yang sesungguhnya saat ini diperlukan oleh bangsa Melayu yang menebar di negara-negara serumpun, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Indonesia, Thailand dan Filipina. Karena itu, ketika sebuah forum sastra besar bernama //Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN) XIII// melupakan masalah itu, penyair Binhad Nurrohmat mengingatkannya. ”Forum seperti ini lebih berguna dipakai untuk merumuskan identitas Melayu, daripada sekadar romantisme antarsastrawan,” katanya dalam seminar internasional PSN XIII di Graha Pena Surabaya, pekan lalu.

Pada forum dua tahunan yang berlangsung pada 27-30 September 2004 itu memang tidak ada sesi yang secara eksplisit ditujukan untuk mengkaji dan merumuskan identitas Melayu. Jelasnya, PSN tidak dengan terus-terang dipakai sebagai forum peneguhan ‘politik identitas’ seperti dikehendaki Binhad dan beberapa peserta lain.

Tetapi, dengan rutinnya diselenggarakan PSN dan banyak ditampilkannya karya-karya para sastrawan negara-negara serumpun, sejak yang berpola pantun sampai yang kontemporer, sebenarnya secara tidak langsung PSN telah menjadi ajang peneguhan politik identitas itu. Apalagi, para sastrawan Malaysia, Singapura dan Brunei, selalu getol membacakan pantun-pantun (Melayu) kontemporer hampir pada tiap pentas seni PSN, seperti yang terjadi di Surabaya.

Pertunjukan-pertunjukan seni PSN XIII di Taman Budaya Surabaya, seperti teaterikalisasi puisi oleh sanggar sastra asuhan I Gusti Putu Bawa Samar Gantang yang terpengaruh tari kecak Bali, tari zafin Raff Dance Company, musikalisasi //Bledhek Sigar// Bengkel Muda Surabaya, drama //Daerah Perbatasan// Teater Gapus, pembacaan puisi Diah Hadaning, Rusli Marzuki Saria, Aming Aminudin, D Zawawi Imron, dan Masruri, serta buku-buku sastra yang dipamerkan di lobi Graha Pena, barangkali juga dapat dianggap sebagai bagian dari proses peneguhan identitas Melayu itu.

***

Meskipun tidak eksplisit dan konseptual, persoalan identitas Melayu juga terbaca pada makalah-makalah yang disajikan dalam sesi seminar dua hari di Graha Pena Jawa Pos yang diikuti sekitar 200 sastrawan negara-negara serumpun itu. Sebab, selain membahas tema-tema universal yang menjadi persoalan bersama, seminar juga mengkaji tema-tema lokal yang menjadi perhatian masing-masing negara, bahkan kelompok etnis di dalam negara itu.

Dari penyair Negeri Singa Jamal Tukimin, misalnya, kita dapat melihat tradisi nusantara dalam sastra Singapura, yang sangat beridentitas Melayu. ”Pengaruh paling besar dan berkesan dalam perjuangan kreativiti dan penulisan sastera di Singapura adalah tradisi kemelayuan,” kata Jamal Tukimin. ”Sastrawan Singapura yang lebih tua, seperti Suratman Markasan, juga meletakkan isu kemelayuan sebagai //subject matter// karya-karya mereka. Begitu juga sastrawan yang lebih muda, yang kini sedang membina citra Melayu Baru,” tambahnya.

Identitas Melayu dalam sastra Singapura juga diungkap Mohd Pitchay Gani MA, dan Masruri SM. Sementara tentang identitas Melayu dalam sastra Brunei dibeberkan oleh Awang Kamis Hj Tua, Dr Hj Hashim bin Hj Abd Hamid, Dr Ampuan Hj Brahim bin Ampuan Hj Tengah, Hj Jawawi bin Hj Ahmad, dan Dr Hj Morsidi bin Muhammad. ”Genre sastra modern para penulis Brunei tetap mengakar kepada jati diri bangsa Melayu yang mempunyai pegangan ketuanan Melayu dengan tradisi agungnya sebagai sebuah negara Kesultanan Melayu Islam,” tutur Hj Hashim bin Hj Abd Hamid.

Agak berbeda dengan sastrawan Singapura yang sedang membangun identitas Melayu dan sastrawan Brunei yang kukuh pada tradisi ketuanan Melayu, para sastrawan Malaysia justru lebih banyak memotret berbagai pergeseran nilai akibat perubahan zaman. Ini terbaca pada prasaran-prasaran Dr Noriah Mohamed, Dr Siti Zainon Ismail, Prof Dr Dato Zainal Kling, Dato Dr Hj Ahmad Kamal Abdullah, Prof Zainal Abidin Borhan, dan Dr Hashim Ismail. Bahkan, menurut Kamal Abdullah, puisi-puisi Malaysia kontemporer cenderung menantang tradisi, dan kini terancam terpinggirkan oleh sastra Ingris Malaysia. Sementara, Siti Zainon melihat bergesernya pandangan para penyair perempuan Malaysia tentang etika dan budi pekerti.

Tema yang lebih beragam diangkat oleh para pembicara dari Indonesia. Abidah el Khalieqy, misalnya, membahas gagasan-gagasan feminin dalam sastra Indonesia. Sementara, Sri Widati lebih menukik pada feminisme dalam sastra Jawa, Viddy AD Daery mengungkap sastra zaman Majapahit dan zaman kesunanan Jawa, Akhudiat membahas sastra lisan pesisiran, D Zawawi Imron menyorot sastra pesantren, dan Taufik Ikram Jamil membahas pengaruh kelisanan dalam sastra Indonesia modern.

Pembicara lain, Ayu Sutarto membahas cerita-cerita rakyat Jawa Timur, dan Roell Sanre mengupas pemetaan sastra Melayu di Sulawesi Selatan, Taufiq Ismail membahas masalah sastra dan dunia pendidikan, Dendy Sugono membahas tentang sastra dan identitas bangsa, Budi Darma tentang sastra multikultural, dan Ahmadun Yosi Herfanda membahas tentang evolusi, genre dan realitas sastra koran.

***

Beragamnya tema yang diangkat, dan tidak adanya satu alur untuk merumuskan satu identitas bersama, memang mengakibatkan identitas Melayu dalam sastra negara-negara serumpun menjadi menebar dan kabur. Barangkali, baru anugerah kesamaan bahasa, yakni bahasa Melayu, seperti dikatakan Taufiq Ismail, yang menyatukan atau membingkai identitas Melayu dalam sastra negara-negara serumpun.

Tetapi, di Malaysia, seperti diungkap oleh Kamal Abdullah, identitas bahasa itupun kini terancam oleh makin menguatnya tradisi sastra Ingris Malaysia. Karena itu, memang ada benarnya usulan untuk mengemas PSN menjadi forum yang lebih serius dan terarah dalam membahas persoalan bersama guna merumuskan identitas bersama (Melayu) itu.

Identitas Melayu, tentu, tidak harus homogen, karena wilayah negara-negara Melayu serumpun didiami oleh berbagai etnis dan agama, yang masing-masing memiliki bentuk ekspresi budaya yang berbeda. Pemaksaan identitas yang homogen hanya akan mengakibatkan semacam ‘tragedi kultural’ seperti pemaksaan identitas budaya nasional yang terjadi di Indonesia pada masa orde baru yang mematikan banyak ekspresi budaya dan tradisi etnis. Akan lebih konyol jika pemaksaan identitas yang homogen itu terjadi pada budaya ataupun sastra negara-negara serumpun yang lebih membutuhkan identitas yang relatif berbeda sesuai dengan realitas masyarakat masing-masing negara. Identitas Melayu mestilah bersifat dinamis dan heterogen.

Dijumput dari: http://sembahyangrumputan.blogspot.com/2011/08/identitas-melayu-dalam-sastra-serumpun.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest