Kamis, 27 Juni 2013

Pasar Sejarah Nusantara (Menanggapi Binhad Nurrohmat)

Ahda Imran *
Kompas, 19 Nov 2012

ESAI Binhad Nurrohmat atau BN ”Menerawang Kotak Hitam Nusantara” (Kompas, 11 November 2012) menyasar hubungan karya sejarah di Nusantara dan karya sastra. Hubungan yang diletakkannya sebagai persekutuan imajinasi dan nalar manakala keduanya melakukan penerawangan atas fakta dan data sejarah.
Meminjam latar penyelenggaraan Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) 2012 perihal ruang kosong sejarah Nusantara yang bisa dihampiri oleh para sastrawan, BN seolah mewaspadai bahwa ruang kosong itu berpotensi dimasuki oleh karya para pseudonovelis yang mewartakan sejarah gadungan. Para pseudonovelis yang mendasarkan karyanya pada data-fakta yang didapat serampangan, atau melulu fantasi-imajinasi serta menistakan logika sejarah. Di ujung kewaspadaannya itu, BN seolah membuat semacam seruan bahwa diperlukan moral untuk menarasi dan mewartakan sejarah melalui novel.

Tak ada yang baru sebenarnya dari esai itu. Tetapi, kewaspadaan dan seruan moral BN itu tetap menarik untuk diperhatikan, lebih lagi bila ditautkan pada perbincangan di forum BWCF. Forum yang mempertemukan pemikiran para novelis berlatar sejarah yang karya dan nama mereka sudah demikian populer—sebutlah, Aan Merdeka Permana, Hermawan Aksan, Tasaro GK, Langit Krisna Hariadi. Kewaspadaan dan seruan moral BN karena itu terkesan diarahkan pada pertemuan pemikiran para novelis yang menekan pada ihwal hubungan sastra dan sejarah, atau yang memperkarakan kedudukan imajinasi serta penjelajahan estetik di hadapan logika atau data-fakta sejarah.

Permintaan-penawaran

Meski dalam filsafat sejarah bahkan Hegel pernah menyebut sejumlah peristiwa pada masa silam dan kekinian tetaplah meliputi satu ide, tetapi karya sejarah mustahil sanggup melayani hasrat khalayak perihal segala yang tersuruk di masa silam. Karya sejarah (modern) tetaplah tak bisa melampaui kodratnya sebagai catatan lahir ketimbang menjadi catatan batin. Padahal, hasrat khalayak pada masa silam selalu bertaut dengan pemaknaan narasi identitas dalam laku batin. Masa silam adalah negeri kejayaan para leluhur.

Guncangan yang mengganggu sejumlah ide ihwal makna identitas dalam ruang kekinian kian memperbesar hasrat pada masa silam itu. Maka, narasi sejarah Nusantara kembali diperiksa sekaligus dan dicurigai. Masa silam diimani sebagai negeri para leluhur dengan segala kejayaannya. Itu semua kembali dicari demi membuktikannya pada kekinian, demi menenangkan pemaknaan identitas yang terus diguncang oleh sejumlah perubahan. Sampai-sampai sebuah gunung di kawasan Garut beberapa waktu lalu heboh dipercaya sebagai piramida tinggalan kejayaan leluhur yang lebih tua dari piramida di Mesir!

Tentu tak ada alasan mencurigai hasrat politik pasar dalam industri karya sastra—yang bahkan kitab suci pun terus diproduksi dan diperniagakan. Novel laris-manis Supernova (Dewi Lestari), Laskar Pelangi (Andrea Hirata), Ayat-ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazy), dan Negeri 5 Menara (Ahmad Fuadi) tentu tak melulu berurusan dengan nilai keuntungan yang diraup penerbit dan penulis. Begitu pula semestinya yang dibayangkan dengan pasar dan industri genre novel berlatar sejarah. Sebuah pasar yang niscaya bisa membawa khalayak ke dalam sejumlah narasi sejarah Nusantara demi mencari dan menyegarkan kembali beberapa ide pemaknaan identitas dalam realitas kekinian.

Namun, ternyata pasar novel berlatar sejarah lebih menunjukkan gelagatnya sebagai hasrat politik produsen bagi pembesaran grafik permintaan-penawaran. Produksinya terus digenjot sebagai bacaan populer yang disukai khalayak dengan penyiasatan kemasan yang mengaburkan batas antara karya fiksi dan karya sejarah. Karena itulah, pada sampul novel selalu ada teks berikutnya yang melengkapi judul yang menegaskan bahwa novel itu adalah senyata-nyatanya kisah yang terjadi di masa silam dan belum diketahui, seperti terbaca pada sampul novel Sabda Palon karya Damar Shasangka—tanpa penjelasan bahwa itu adalah sebuah novel; ”Kisah Nusantara yang Disembunyikan”.

Semangat pencantuman teks menyertai judul ini tentu tak bisa dibaca hanya sebagai siasat penjualan, di hadapan hubungan karya fiksi (novel) dan sejarah. Dan sangat langka juga ditemukan novel berlatar sejarah Nusantara yang melengkapi dirinya dengan pengantar atau tulisan dari seorang sejarawan.

Narasi sejarah yang diwartakan dalam novel niscaya akan berurusan logika sejarah, akurasi atau validitas data-fakta. Pada mekanis produksi semacam ini, tampaknya kerja editor dan penyuntingan bukan menguji atau memeriksa muasal dan status sumber yang digunakan novelis. Sensasi sejumlah tafsir pengarang dan imajinasi adalah tanggung jawab pengarang. Sebab itulah, novelis produktif Langit Kresna Hariadi sesumbar di forum BWCF bahwa besok lusa ia bisa saja menulis novel yang mempertemukan Gajah Mada dan Ken Dedes karena imajinasi itu hak mutlak seorang pengarang!

Adanya sumber atau data-fakta yang berbeda atau menyangkal dari apa yang ada dalam sejarah resmi atau memori khalayak sebaliknya akan disebut sebagai temuan baru yang bakal menarik perhatian. Karena itulah, Aan Merdeka Permana dalam novelnya Perang Bubat bisa saja menceritakan bahwa Dyah Pitaloka dan Gajah Mada yang saling jatuh cinta. Atau versi Langit Kresna Hariadi tentang hubungan gelap Dyah Pitaloka dengan seorang seniman sebelum ia dibawa ke Bubat, yang bahkan putri itu disebut sudah bukan lagi perawan.

Tamasya masa silam

Seorang novelis bercerita ketika dulu dihubungi penerbit yang memesannya menulis novel Perang Bubat. Sementara pengarang lain menuturkan pengalamannya melakukan riset sejarah di suatu tempat di Kalimantan selama dua bulan, lalu ia mesti secepatnya menyelesaikan novelnya demi mengejar tenggat waktu yang telah disepakati dengan penerbit. Bila mengandaikan keduanya representasi dari hubungan novelis dan penerbit, sangat sulit membayangkan produktivitas dan durasi penciptaan pengarang semacam itu. Lebih lagi di hadapan sejumlah data-fakta sejarah atau sumber dan referensi yang mesti ditelaah atau dikonfirmasikan dengan sumber lain.

Sangatlah sulit membayangkan bagaimana ia melakukan strategi estetik dan praktik pemaknaan bagi keperluan menghubungkan gagasan kesadaran masa silam dan kekinian. Ini penting agar karyanya tidak sekadar menjadi tamasya masa silam seperti mesin waktu. Narasi sejarah dan seluruh misterinya tentu dihampiri bukanlah melulu demi masa silam. Sayangnya, hingga hari ini, membeludaknya penerbitan novel berlatar sejarah belum beranjak dari fungsinya sebagai mesin waktu yang membawa khalayak bertamasya ke masa silam. Tamasya yang tak menyentuh kedalaman batin dan tubuh kemanusiaan di ruang silam, melainkan hanya berbagai peristiwa besar yang dramatis, tragik, atau hasrat menjadi kontroversi.

Begitu banyak ruang kosong dalam narasi sejarah Nusantara. Ruang yang menunggu para sastrawan untuk menggali dan mengolahnya menjadi sumber dan gagasan penciptaan. Pasar dan industri penerbitan adalah tenaga yang penting dalam proses tersebut sehingga khalayak bisa menikmati. Namun, alangkah pelik dan gentingnya membayangkan bahwa ruang kosong itu nyatanya diisi oleh karya para novelis yang menistakan data-fakta demi mengumbar imajinasinya dan memanfaatkan besaran hasrat pasar industri sejarah. Tentu saja mustahil hasrat itu bisa memberi artikulasi berikutnya pada hubungan karya sejarah dan karya sastra, kecuali melulu menjadi hasrat pasar.

*) AHDA IMRAN Penyair
Dijumput dari: http://oase.kompas.com/read/2012/11/19/0738570/Pasar.Sejarah.Nusantara.Menanggapi.Binhad.Nurrohmat

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest