Senin, 02 April 2012

Penggali Kubur

Jusuf AN
http://www.kompasiana.com/jusuf_an

Senja itu, ketika langit benar-benar muram, dengan lambung yang perih dan kerongkongan yang kering Gustaf memohon agar ada orang yang meninggal. “Tuhan, kenapa sudah seminggu ini tak ada lagi orang yang mati?” Doanya mungkin terdengar aneh. Bukankah setiap menit, atau bahkan setiap detik selalu ada orang yang mati? Ya. Dan sebenarnya bukan itu yang sungguh-sungguh Gustaf inginkan. Sesungguhnya Gustaf hanya meminta agar Tuhan melepas nyawa salah seorang manusia yang kemudian mayat salah seorang itu dibawa ke pekuburan di mana Gustaf bekerja setiap harinya. 

Hampir dua tahun Gustaf menjadi penggali kubur di sebuah pemakaman yang terletak di antara rimbun gedung-gedung. Ia sendiri tinggal di sebuah gubug di tepi sungai bersama istri dan dua anaknya yang masih bocah. Tentu ia tak pernah berdoa dan berkeinginan tinggal di tempat seperti itu. Ia justru sering membayangkan indahnya tinggal di sebuah rumah megah. Sayang, nasib tak bisa ditimang. Ia hanya dapat membayangkan dan membayangkan saja. Meski begitu, baginya tinggal di gubug reot dengan atap seng bekas dan dinding triplek bersama para gelandangan lainnya lebih nikmat dibanding bertahan di kampungnya. Betapa ia tak kuat lagi mendengar gunjingan tetangga dan ocehan mertuanya yang panas di telinga. 

“Mendingan jadi kuli nyangkul di kampung ketimbang jadi penggali kubur!” kata Ojah saat Gustaf mengatakan niatnya untuk pergi ke kota. 

“Kang Sasmita, kau tentu kenal dia, meskipun ia hanya penggali kubur di kota sana, buktinya setiap kali pulang kampung, ia selalu bawa oleh-oleh yang banyak dan pakai pakaian yang bagus.”

“Tapi, Mas…” Memang, Ojah sering tidak sependapat dengan keputusan Gustaf. Tapi walau bagaimanapun, istri adalah istri, yang manut kata suami. Apalagi ajakan Gustaf bukan sesuatu yang buruk. Hidup mandiri, menjauh dari gunjingan, bukankah itu keinginan yang patut diikuti? Dan Ojah, meskipun hanya lulusan SD, sudah tahu hukum agama, bahwa tak baik terus-terusan menerima bantuan, meskipun itu dari orang tuanya sendiri. 

Maka, pergilah Gustaf beserta istri dan dua anaknya ke kota. Mula-mula yang ditemui adalah alamat tinggal Sasmita. Sebuah rumah kontrakan yang cukup nyaman di pinggiran kota. Bertemu Sasmita, Gustaf dan istrinya cukup lega karena menurut Sasmita besok pagi Gustaf sudah dapat mulai bekerja. “Ada proyek penggusuran kuburan Cina,” kata Sasmita menerangkan. 

Awalnya Gustaf agak kaget. Ia mengira akan bekerja sebagai peggali kubur untuk orang mati—dan itu merupakan suatu pahala—bukannya menggali kuburan orang yang sudah dikubur. Tapi, karena ia sudah terlanjur tiba di kota dengan menghabiskan banyak ongkos, dan istrinya sendiri menyetujui akhirnya ia mau menerima pekerjaan itu. 

Dalam sehari saja ia dapat menggali (atau lebih tepatnya membongkar) lebih dari sepuluh kuburan. Hujan keringat tentu tidak masalah, asal uang yang didapat sebanding dengan lelah. Pekerjaan yang mengasyikkan, pikirnya. Membongkar satu kuburan saja ia sudah dapat makan enak dan membelikan banyak mainan untuk dua anaknya. Ia sering menemukan emas dan barang-barang berharga lainnya di antara tulang belulang yang berserakan di setiap yang ia bongkar. Alhasil, belum sebulan bekerja ia sudah dapat menyewa sebuah rumah dan membelikan perhiasan untuk istrinya. 

Tapi proyek itu selesai juga. Tanah yang tadinya ditumbuhi ratusan batu nisan kini rata dan siap dibangun sebuah gedung. Gustaf tetap tenang, karena kata Sasmita, masih ada sekitar tiga proyek lagi, meski lokasinya agak berjauhan dengan rumah sewanya dan yang digali bukan lagi kuburan Cina—tak jadi soal baginya. 

Tapi sayang, pada pembongkaran kuburan yang ketiga ia dan puluhan kawannya terpaksa mencari pekerjaan lain sebab sudah ada traktor yang tidak cerewet dan lebih perkasa dari seratusan orang pekerja. Gustaf, entah kenapa tak mau ikut-ikutan Sasmita yang kemudian memutuskan membuka warung minuman keras. Ia lebih senang bekerja di kuburan karena selain mendapatkan uang, ia juga dapat merenungi hidup yang pendek. Dulu, saat membongkar kuburan demi kuburan dan melihat serakan tulang belulang manusia, ia selalu teringat dengan kematian dan itu membuatnya tidak terlalu banyak berpikir tentang harta. Kerenanya ia memutuskan menjadi penggali kubur saja di sebuah pemakaman elit, meski ia tahu penghasilannya sebagai penggali kubur jauh lebih kecil dibanding menjadi pembongkar kubur. 

Apa yang disangkanya itu tidaklah melenceng. Kalau dulu ia pulang dengan peluh-keringat campur keriangan, sekarang ia sering pulang dengan lelah dan pegal-pegal saja. Uang menggali satu kubur tak tersisa lebih dari dua hari, padahal belum tentu dalam seminggu ada orang yang menyuruhnya menggali kubur. Tapi ia tetap bersikeras bertahan bekerja sebagai penggali kubur. Kian banyak kuburan yang ia gali kian kecil semangatnya mencari uang. Ia kerap terlihat merenung di bawah rindang kamboja sembari menunggu juru kunci pemakaman mengatakan ada mayat akan dikubur.

Kalau dulu ia tinggal di rumah kontrajan kini ia dan keluarganya tinggal di gubug reot di pinggir kali. Semua perabot rumah dan perhiasan istrinya telah habis tak tersisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dan kini, istri dan anak-anaknya sedang terserang sakit yang parah, seminggu lebih hanya berbaring, muntah-muntah. Karenanya Gustaf begitu giat berdoa, berharap Tuhan mencabut satu nyawa saja kemudian membawa jasadnya ke pekuburan di mana ia tengah gundah.

Kadang Gustaf merasa tak diperhatikan lagi oleh Tuhan, tetapi buru-buru ia menampik pikiran itu. Ia pernah dengar, tak baik berprasangka buruk pada Tuhan. Maka ia terus dan terus memanjatkan doa-doanya; lewat mulut, lewat hati; lewat mulut dan hatinya. 

Tapi hingga siang berganti senja tak ada tanda-tanda ia akan dimintai menggali kuburan. Ah, ia sudah cukup letih untuk berdoa. Ia pun pulang dengan langkah lesu dan terhuyung-hujung menyusuri trotoar. 

Tapi Gustaf tak langsung masuk ke rumahnya yang pintunya hanya ditutupi kain kumal. Ia duduk mencangkung lama memandangi air sungai yang nyaris berwarna hitam seluruhnya. Sampai malam membentangkan jubahnya dan ribuan nyamuk menyerangnya barulah ia bangkit berdiri, berjalan menuju rumah. 

Sungguh, Gustaf tak menyangka, bahwa apa yang ia panjatkan di pekuburan di bawah rindang kamboja senja tadi akan didengar oleh Tuhan. Di ranjang kayu ia melihat tiga tubuh tergolek tak berdaya. Gustaf meloncat dan merangkul tiga tubuh itu. Ketika menyadari tubuh istri dan anaknya yang pertama dingin ia sama sekali tak menitikkan air mata. Ia telah berkali-kali melihat mayat—bahkan yang hanya menyisa tulang-belulangnya saja—sehingga ia tahu, sangat tahu, bahwa kematian sudah menjadi kewajiban bagi setiap yang hidup. Air matanya baru tumpah manakala ia teringat di mana mesti menguburkan jasad dua orang yang dicintainya itu. 

Dijumput dari:  http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2011/10/30/penggali-kubur/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest