Kamis, 09 Februari 2012

Senyum Soeharto dan Politik Kesenian

Binhad Nurrohmat*
http://www.jawapos.com/

Presiden Soeharto berkata dalam otobiografinya, ”Di depan para seniman dan seniwati itu saya tegaskan, ketahanan sosial budaya tak kalah pentingnya dengan ketahanan militer dan ketahanan ekonomi dalam memperkuat ketahanan nasional” (Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya, 1989).

Perkataan Soeharto yang membungahkan itu merupakan ”petunjuk” bahwa andil kaum seniman bisa sederajat dengan kiprah kaum tentara dan pedagang. Lain kata, kesenian itu berguna atau sekurangnya tak mubazir bagi ”ketahanan nasional” –bila mengandung pesan atau menyuarakan kritik yang ”membangun”.

Kekuasaan Soeharto gemar ”pembangunan-isme” dengan gaya ”keras” dan yang di kemudian hari mewariskan luka kultural dan sekaligus juga merangsang pergulatan kreativitas kesenian kita.

Pada awal masa Soeharto berkuasa, ada semarak eksperimentasi dan inovasi yang melahirkan keemasan kesenian kita yang pamornya tak pudar hingga kini. Di masa ini terjadi ”bulan madu” kesenian dan kekuasaan, meski pendek saja masanya tapi monumental.

Ketika Soeharto kian berkuasa, merebak hegemoni ”kesenian a-politis”, yaitu kesenian yang bisu pada kenyataan kemasyarakatan dan terselenggara pencekalan terhadap kesenian/seniman yang dianggap mengusik stabilitas sosial-politik. Tudingan subversif kerap ditimpakan kekuasaan pada kesenian/seniman yang (dianggap) menyuarakan kezaliman negara.

Di masa kekuasaan jenderal yang punya senyuman khas itu, menjulang kesenian yang kukuh spirit artistiknya dan yang militan komitmen sosialnya –yang menyembulkan tak sedikit prestasi, heboh, legenda, dan mitos dalam kesenian kita.

Realitas kesenian kita kurang-lebih tiga dasawarsa di masa Soeharto itu merupakan contoh yang kontekstual tentang hubungan kemerdekaan kreativitas dan kekangan kekuasaan, yaitu upaya negara yang hendak menaklukkan kesenian atas nama politik serta politik kesenian kaum seniman untuk menghadapi dan menyikapinya.

Pengekangan dan Pembangkangan

Taman Ismail Marzuki (TIM) dan Majalah Sastra Horison merupakan situs dan kiblat kesenian kita yang masyhur di masa Soeharto. Keduanya didirikan oleh pemerintah dan atas prakarsa kaum seniman yang pro-Soeharto atau anti-Soekarno. Maka, wajarlah TIM dan Horison tak bebas dari kehendak kekuasaan di masa itu. TIM dan Horison merupakan kaki-tangan kekuasan atau bukan, bisa terjawab dan dimengerti dari kebijakan yang dibikin dan diamalkannya.

Melalui TIM dan Horison, politik kesenian kekuasaan bisa bekerja secara laten ataupun vulgar untuk menaklukkan kesenian atau setidaknya mengarahkan kesenian sesuai hasrat kekuasaan. Keadiluhungan kesenian di masa itu ”ditentukan” di dua tempat itu, dan banyak kaum seniman mengamini.

TIM dan Horison adalah sumber legitimasi tertinggi kesenian dan kesenimanan di masa Soeharto. Setelah bersentuhan dengan keduanya, seniman seakan berhak mendongak kepala. Siapa gerangan seniman terpandang kita yang awal kemunculannya di masa Soeharto yang tanpa sentuhan TIM atau Horison?

Di masa Soeharto, politik kekuasaan cenderung ”sepandangan” dengan politik kesenian yang dijalankan kaum seniman, karena murni sikap seniman sendiri atau lantaran tekanan kekuasaan, dan hal yang terakhir ini memarakkan ”ketundukan kolektif” dan sedikit saja pembangkangan.

Kemerdekaan kreativitas –dalam pengertian ideologi dan sumber penciptaan yang merdeka– jadi urusan rumit di masa Soeharto. Pilihan tema dan estetika kesenian dibatasi ”rambu-rambu” kekuasaan di masa itu. Ada kesenian yang tampak tunduk, ”kucing-kucingan”, atau nekat melawan rambu-rambu itu dengan motif kemerdekaan kreativitas ataupun pembangkangan.

Karya sastra, teater, lukis, musik, film, dan tari yang muncul di masa Soeharto pernah ”berkasus” dengan kekuasaan, meski dipertunjukkan di TIM secara resmi. Tentu, kesenian yang ”berkasus” amat sedikit ketimbang yang ”aman”.

Kesenian kita di masa Soeharto bisa dipandang tak remeh oleh kekuasaan, bahkan dianggap gawat, sehingga pengekangan kesenian terjadi (dan amat ketat), meski tak jarang pengekangan itu semata menggambarkan nafsu kekuasaan untuk mengontrol kesenian secara berlebihan melalui perizinan, sensor, dan pencekalan. Akibatnya, kekuasaan Soeharto menjadi legenda tentang paranoia kekuasaan terhadap kesenian di negeri ini.

Gairah Reformasi dan Seksualitas

Kekuasaan Soeharto resmi berakhir pada 1998 dan dia meninggal sepuluh tahun kemudian, tapi gaya kekuasaan dan birokrasi kekuasaan Soeharto belum sirna sepenuhnya, atau setidaknya jejak atau pengaruhnya masih tampak, meski penentangan terhadapnya kian merebak.

Kesenian kita pasca-Soeharto tak lagi menjadikan TIM dan Horison sebagai satu-satunya kiblat, tapi masih mewarisi ”pola” umum kesenian yang berkembang di masa Soeharto.

Memang, kesenian tak bertugas sebagai pengobral solusi agung dan ampuh terhadap masalah kemasyarakatan. Namun, keterpencilan kesenian dari masalah kemasyarakatan seolah ”dibakukan” di masa Soeharto dan mengakar dalam kesenian kita hingga kini.

Runtuhnya kekuasaan Soeharto bukan tak berpengaruh terhadap politik kesenian kita. Runtuhnya Soeharto dan munculnya gairah Reformasi memang belum menimbulkan ”pelampiasan” yang berarti dalam hal kemerdekaan kreativitas yang ingin menjalankan komitmen sosial sebagaimana yang dulu (di masa Soeharto) ditekan habis-habisan. Namun, bukan berarti kesenian kita kini tak menyembulkan ”kecenderungan baru” komitmen sosial yang berharga.

Sesungguhnya, perbedaan kesenian kita di masa Soeharto dan kini terletak pada bahan penciptaan dan sumber risikonya.

Simbol kemerdekaan kreativitas kesenian kini tak lagi ditandai oleh kekritisan atau perlawanan terhadap kekangan kekuasaan yang memberangus komitmen sosial, yaitu membongkar aib kekuasaan berupa ketakadilan dan penindasan oleh negara. Simbol kemerdekaan kreativitas kesenian kita kini berupa jamahan, potret, atau kritik terbuka terhadap kemunafikan moral, yaitu tabu sosial yang dikukuhi masyarakat, misalnya perkara seksualitas.

Simbol kemerdekaan kreativitas di masa Reformasi itu sangatlah mendasar dan relevan, karena pengekangan kekuasaan Soeharto memiskinkan kehidupan sosial-politik dan juga membangkrutkan nilai kultural seksualitas. Di sinilah letak salah satu dasar yang membuat kehadiran seksualitas bermakna secara artistik dan sosial.

Sesungguhnya, seksualitas dalam kesenian kita kini merupakan simbol kemerdekaan kreativitas dan bentuk politik kesenian yang tak terpencil dari masalah dan gairah kehidupan di sekelilingnya –meski akibatnya ada yang tersenyum dan yang berang! (*)

*) penyair, tinggal di Jakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest