Minggu, 29 Januari 2012

Gerilya Negri Sungsang II

(Catatan Pementasan di Desa Maibit, Kecamatan Rengel-Tuban pada 23 Januari 2012)
Sabrank Suparno *
http://sastra-indonesia.com/

Ketika para aktor Negri Sungsang ikut berdiskusi seusai pementasan di desa Jono, personel KSI yang lain membongkar properti. Setelah dirasa perlengkapan terselesaikan, seluruh awak KSI berpamitan kepada tuan rumah. Secara tekhnis tidak ada perbedaan dengan kedatangan di Jono, begitu sampai di Balai Desa Maibit, Kecamatan Rengel-Tuban jam 24.30 malam, beberapa awak rombongan membantu setting panggung dan lighting. Persis ketika di Jono, dengan harapan esok harinya waktu hanya untuk istirahat total, kecuali jalan-jalan dan atau tugas lain yang terjadwal.

1. Penyuluhan Pertanian

Agenda pementasan di Maibit berbeda dengan di Jono, di mana selain jam pementasan, KSI juga memberi pelayanan sebatas kemampuan yang dipunyai beberapa personel. Sehingga bekerjasama dengan panitia setempat termasuk menyepakati pengadaan workshop musikalisasi puisi serta penyuluhan pertanian.

Tepat jam 09.00, mBah Catur mengisi acara penyuluhan pertanian kepada sekitar 25 perwakilan petani desa Maibit. Dalam paparannya, Catur mengulas hasil-hasil riset yang telah dibuktikan di area sawahnya. Yakni terkhusus mempraktekkan pembuatan insektisida dan pupuk alami.

Menurut Catur, kondisi kesuburan tanah di Indonesia cukup memprihatinkan. Itu tersebab pengaruh pupuk kimia sejak masa Orde Baru yang perlahan berpengaruh buruk pada tingkat kesuburan tanah. Indikasi penurunan kesuburan, tanah menjadi kelang. Penanggulangan yang efektif dengan cara mengolah bahan alamiah seperti bentol gedebok pisang, kotoran ternak baik tai atau air kencing, daun trembesi dll. Sedangkan untuk insektisida buatan bisa memfungsikan: daun mimbo, daun srikoyo, tembakau, gadung, kunir, cabe besar dan kecil serta akar tuba. Hingga titik jam 11.00, Catur mempraktekkan peramuan insektisida alami di hadapan petani.

Secara umum Catur menyontohkan peminum pemula yang satu sloki saja sudah teler. Namun karena terlalu sering, tubuh peminum menjadi kebal, sehingga meminum habis 5 botol pun tidak akan mampan. Begitu juga kondisi tanah dan hama di Indonesia, dengan insektisida yang cc kimianya kian meningkat, hama tetap kebal dan merusak tanaman. Penyebab utamanya adalah sistem kapitalisme pertanian yang sekedar memayukan produk pupuk, obat dan benih tanpa berfikir efek samping kelangsungan tanah. Sehingga jika sistem tersebut tidak segera dirombak akan mewariskan kondisi tanah mati pada anak cucu kelak. Ditambah lagi terputusnya ekosistem sawah karena ular dan burung elang pemangsa tikus banyak ditangkap. Juga tidak digunakannya perhitungan pranoto mongso yang menajamkan kapan waktu yang tepat menanam, sehingga pertumbuhan padi misalnya tidak berbarengan dengan musim hidup si wereng. Pada kondisi tanah berkesuburan normal seperti yang ada di Jawa Barat, padi mampu menghasilkan 14 ton / ha.

2. Workshop Musikalisasi Puisi

Menginjak jam 15.10, Ragil Sugriwul (penyair Malang) dan Lek Mujib atau yang di kalangan seniman akrab dipanggil Kaji Bobi memandu workshop musikalisasi puisi. Di hadapan peserta workshop yang rata-rata siswa SMA, MA. MTS dan beberapa sanggar teater sekitar kecamatan Rengel serta karangtaruna desa Maibit, Ragil dan Lek Mujib memaparkan pertanyaan mendasar mengenai musikalisasi puisi dari segi apa sesungguhnya, bagaimana, dan mengapa. Pertanyaan tersebut penting agar memfokus pada persoalan yang diinginkan peserta workshop. Ibaratnya sebelum jauh berdebat mengenai jempol kaki, harus dipilah dulu jempol kaki yang mana dimaksut. Jangan sampai, kadung terjadi perdebatan ngalor-ngidul, ternyata yang dimaksud adalah jempol kaki kanan, tuwas engkel-engkelan. Hihihi.

Karena tidak ada tanggapan yang signifikan dari peserta, akhirnaya Lek Mujib menggeser peserta workshop untuk merapat ke perangkat gamelan di pendopo balai desa. Lek Mujib dan Ragil menyontohkan cara mengaransemen puisi dengan bunyi gamelan. Bahwa puisi dan musik yang meskipun kedengarannya berbeda bentuk namun satu tujuan. Bukan seperti suami-istri yang terbalik, kelihatannya bersama tetapi menjalani hidup berseberangan.

Puisi ’Do’a’ yang ditulis Sosiawan Leak dalam antologi Umpatan misalnya, jika dimusikalisasipuisikan harus ada tekanan tinggi-rendahnya aransemen menginjak bait-bait tertentu. Begitulah puisi Do’a diaransmen selama workshop hingga tuntas.

3. Mandi ke Sendang Maibit

Sebutan Maibit adalah nama danyang desa setempat yang dikenal dengan sebutan mBok Lanjar. Yakni julukan wanita Jawa yang sudah menikah dan belum sempat melakukan MP (Malam Pertama), kemudian sang suami meninggal dunia. Lalu wanita tersebut tidak menikah lagi hingga akhir hayat. Wanita Lanjar di desa setempat dulu bernama mBok Maibit. Hihihi, jadi ingat sub bab novel Albert Camus.

Menjelang pukul 17.00, seluruh rombongan Nergi Sungsang mengunjungi Sendang Maibit yang berjarak sekitar 500 meter dari balai desa. Sengaja berkunjung mapak surup sebab kebanyakan anggota berencana mandi, berdeburan merasakan genangan air bening dari sumber sumur abadi yang berlobang sekitar 20 meter dari sendang. Satu kubangan kolam dipergunakan khusus bagi warga laki-laki desa setempat, sedang satu kubangan lagi dibangun mBelik berpagar dinding tembok setinggi satu meter-an khusus untuk mandi kaum wanita. Ada sekitar 5 pohon raksasa di tepian danau / sendang, Saya yang tidak ikut mandi, memilih duduk santai di akar pohon sambil menulis puisi.

Sendang Maibit

di cerung pohon raksasa
kekar tinggi menjulang
dan entah sampai kapan?

lekuk akar menggurat sejarah
mencakar tepian sendang

sepertinya mBok Lanjar berdiri
tangan doanya mencakar langit

“ini bukanlah tinggalan nenek moyang
melainkan hak anak cucu
berteduh di bawah rindang”

(Sendang Maibit, Rengel Tuban, 23 Januari 2012)

Di sendang itulah tempat nyadran warga sekitar, seperti pada malam Rabu Wekasan kemarin (Hari Rabu di akhir bulan Sapar: Jawa) warga Maibit membikin tumpeng dan kenduri bersama di sendang tersebut. Uniknya, tumpeng dibuat berdasarkan posisi rumah menghadap. Rumah yang menghadap ke timur, harus membawa tumpeng yang berbeda jenis dengan rumah yang menghadap ke utara, selatan dan barat.

Sendang Maibit mengingatkan Saya pada Telaga Kintamani di Kabupaten Bangli-Bali. Atau juga Telaga Ngebel di kawasan timur perbukitan Kabupaten Ponorogo yang pada 10 Juli 2011 lalu Saya, Nurel Javissyarqi, Sutejo (Dosen Sastra STKIP Ponorogo), Maman S. Mahayana (Kritikus Sastra) sempat makan malam bersama di Rumah Makan ‘Telogo Asri’, kawasan wisata kuliner yang mulai marak mengelilingi telaga. Potensi yang sama dengan Telaga Kintamani atau Telaga Ngebel barangkali bisa dihidupkan Dinas Pariwisata Tuban sebagai sentra ekonomi rakyat.

4. Sekilas Pementasan Negri Sungsang

Sebelum pementasan Negri Sungsang, Karang Taruna desa setempat mempersembahkan 4 nomor tembang campursari-an setelah pementasan Tari Sri Penganti (tarian khas Tuban) yang dimainkan anak anak desa Maibit. Perlu diacungi jempol kegigihan Karang Taruna desa, sebab latihan memukul gamelan baru 4 kali pertemuan. Tetapi bisa serempak mengiringi pesinden yang menyanyi di hadapan warga. Keinginan Karang Taruna Maibit untuk berlatih karawitan terdorong rasa ingin melestarikan kesenian tradisional sekaligus mewarisi perangkat gamelan milik almarhum Ki Dalang Sapak yang meninggal karena kecelakaan. Sambutan dari tuan rumah dipungkasi dengan sambutan kepala desa.

Berbeda dengan di Jono yang masih bisa membentuk beghround leter U walau 5 m/2, di Maibit hanya memungkinkan beghround Tapal Kuda. Artinya bisa diterka bahwa penonton akan mengelilingi pementasan persis tanggapan ludruk.

Ada sekitar 600 penonton di Maibit, sedikit lebih banyak dibanding dengan di Jono. Namun tingkat suara yang menyauti dialog pemain relatif minim. Saya sebagai pemeran Ki Bolo Sewu digantikan rekan Jiren (awak Teater Roda Lamongan yang sering latihan bersama) supaya ada warna berbeda. Saya yang riwa-riwi menangkap berbagai komentar penonton. Termasuk di antaranya, “opo ngerti wong ndeso disuguhi tontonan semacam ini?” Ada anak kecil yang ketakutan dengan jedar-jederrr pecutnya si tokoh Sampok hingga ia menangis. Di belakang panggung, Saya ditanya segerombolan siswa SMA yang memertanyakan, “mas, ini tontonan apa?” Saya menjelaskan kalau itu teater atau drama yang digabung dengan seni tradisi Jaran Dor. Secara umum sama dengan penonton di Jono, mereka menganggap pementasan Negri Sungsang adalah jaranan yang memakai lakon. Namun pementasan di Maibit, Cak Sinyo sebagai tim pengendali lighting harus berusaha keras memindah kabel ke stop kontak karena ada perangkat kabel yang kobong.

5. Diskusi Usai Pementasan

Peserta diskusi di Maibit yang terbanyak diikuti komunitas teater SMA, MA sekitar. Vera menanyakan apa maksut dari anding Negri Sungsang yang Kelopak kok disangga oleh dua aktor yang menjadi simbol orang desa? Sementara penanya lain menilai terjadi penyampuran antara peran serius dengan peran anekdot yang diperankan Ki Bolo Siji dan Bolo Sewu. Rakan Wawan, seorang penanya yang memakai kaos Bang Bang Wetan meminta kejelasan alur naskah Negri Sungsang. Wawan menyaksikan Negri Sungsang di Maibit karena diajak teman, dan dia tidak tahu kalau ternyata dalam pementasan itu akhirnya bertemu dengan Saya, Lek Mujib dan Cak Likun. Sementara PakDe Uban yang terus mengamping pementasan Negri Sungsang menanyakan perihal apa yang menjadi pemantik semangat KSI, sebab proses Negri Sungsang terdapat aktor yang berbeda tempat dan jenjang pendidikan. Wulan misalnya yang memerankan Nyai Ayu Kesuma adalah mahasiswa semester dua di salah satu Universitas Tulungagung. Sedang Mahendra yang memerankan Baginda Pemimpin masih SMA kelas dua di Jombang. Itulah yang mengilhami arti Suket pada KSI, Suket yang berarti Sulit Ketemu kemudian menjadi Sukur Ketemu.

*) Peserta Temu Sastra Jatim 2011. Pemeran Ki Bolo Sewu. /26 Januari 2012

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest