Ahmad Zaini
http://sastra-indonesia.com/
Di bilik rumah sebelah kanan, terdengar suara suamiku mengerang-erang kesakitan. Riuh rendah suaranya terbawa oleh hembusan udara yang memenuhi ruang depan. Rintihan-rintihan itu seakan seperti sembilu yang menyayat-nyayat kalbu. Rasa sakit yang berkepanjangan belum juga sampai ke muara kesembuhan. Pedih rasanya mendengar erangan suami yang menahan rasa sakit di luar kemampuannya. Suara itu semakin lama semakin keras hingga aku harus berdiri dan beranjak menghampiri suamiku yang masih tergolek di ranjang kamar. Sarung yang membungkus kepalanya perlahan kusingkap, lantas kuusap keringat yang mengucur deras di keningnya. Terasa di telapak tanganku suhu badan suamiku sangat panas. Lalu aku bergegas mencarikan kain kemudian kucelupkan di sebuah ember yang berisi air di samping suamiku. Kening yang mulai berkerut kukompres dengan kain yang sudah kubasahi air. Dengan rasa kasih sayang kuusap perlahan lelehan air mata yang mengalir dari matanya yang agak memerah karena kondisi kesehatannya yang semakin memburuk.
Rasa iba pada suamiku menggelayut dalam pikiranku. Setiap aku bekerja di pasar berjualan kue basah selalu teringat penderitaan yang ia alami sejak penyakitnya kambuh. Sejak ia dipositifkan terkena liver, hampir setiap hari ia berbaring di ranjang. Badannya yang dulu tegap dan gagah mulai ringkih digerogoti penyakit yang tergolong ganas. Dan akhir-akhir ini perutnya semakin membesar. Jangankan untuk berjalan, bangun untuk duduk atau merebahkan tubuhnya kembali harus dibantu.
Kondisi suamiku yang dibekap penyakit seperti itu membangkitkan semangatku bekerja mencari nafkah. Setiap hari aku harus bangun tengah malam untuk membuat kue basah. Saat orang-orang sedang terpulas dalam dengkur, aku sudah bangun melembutkan beras yang kurendam sejak siang hari. Suara antan bertalu-talu menggilas butiran-butiran beras menjadi tepung dalam lesung.
Tanganku yang dulu lembut karena tidak pernah bekerja berat kini tampak kekar seperti kaum pria. Antan setiap tengah malam kuangkat lalu kutumbukkan entah berapa ratus kali hingga beras-beras itu menjadi tepung.
Rasa kantuk tak kuhiraukan. Peluh dingin mengguyur tubuhku yang terbalut kebaya warna kusam kuusir dengan sekedar membuka kancing kebaya bagian atas. Sedikit terasa hembusan angin tengah malam mengusir resa gerah.
Kemudian tungku yang menyala merah dengan jilatan-jilatan api membakar panci, kudiamkan saja hingga masakanku benar-benar matang. Satu persatu kue basah yang baru kuangkat dari panci kutiriskan di tampah agar cepat dingin. Hingga pada akhirnya aku sampai pada pagi yang menjanjikan.
“Pak, aku pamit dulu!” Suamiku tergeragap di tempat duduknya. Lantas ia memberikan isyarat izin kepadaku untuk pergi berjualan kue basah di pasar.
Anak-anakku sudah mulai terbiasa kutinggalkan dalam keadaan tidur. Jika mereka bangun, mereka sudah tidak merengek-rengek memanggilku. Mereka akan pergi ke kamar mandi tanpa harus disuruh atau dibentak-bentak seperti anak-anak pada umumnya. Setelah mandi mereka akan memakai seragam sekolah yang sudah kutaruh di dekat tempat belajarnya lalu sarapan pagi. Dua anak yang masih membutuhkan perhatian orang tua terpaksa harus belajar mandiri karena kesibukanku mencarikan nafkah buat mereka.
***
”Kue, kueeee….! kue, kueee…..!” suaraku beradu dengan suara pedagang-pedang lain yang menawarkan barang dagangan. Di tengah keramian pasar aku relas berdesak-desakkan sambil membawa tampah yang sarat dengan kue basah daganganku. Tangan kekarku selalu mendesak, mendorong orang-orang yang menghimpitku agar daganganku selamat. Sedangkan kedua kakiku selalu berderap seperti kaki-kaki kuda menerjang segala rintangan yang menghadang.
Tanah berlumpur di tengah pasar kuterjang walau lumpur-lumpur itu membalut kaki hingga akan mencapai lutut.
Di tempat yang agak kering aku duduk lalu menjajar kue daganganku di tepi jalan yang selalu dilewati orang. Sambil duduk beralas daun jati yang kutaruh dalam keranjangku, aku sedikit bias bersitirahat melemaskan otot-otot kakiku yang kaku. Kulihat lalu-lalang pedagang dan pengunjung pasar tradisoanal saling berhimpitan. Ia beradu otot untuk saling menyingkirkan agar mereka bisa berjalan ke tujuan. Satu dua orang datang menghampiriku menanyakan harga daganganku. Dengan senang hati mereka kulayani.
”Ini, Bu jajannya,” kataku sambil menyodorkan bungkusan tas kresek berisi jajan kepada seorang ibu yang menggendong anaknya di punggung.
Saat matahari sudah nangkring di langit yang cerah, aku bergegas mengemasi barang daganganku yang tersisa. Sambil berjalan pulang, aku menawarkan daganganku pada orang-orang kampung. Dan syukur Alhamdulillah, saat sampai di rumah daganganku habis.
”Lho, kalian kok sudah pulang?” tanyaku pada anak-anakku.
”Ya, Bu. Aku dan adik disuruh minta uang oleh pak guru katanya kami belum membayar iuran sekolah,” kata anak pertamaku dengan lugas.
”Kok, masih membayar sekolah to? Kalian itu sudah dibayari pemerintah. Jadi sekolahnya gratis,” jelasku pada mereka.
”Ini buktinya!” jawab anak pertamaku sambil menyodorkan surat dari sekolah.
”Oooo, biaya Infaq to…! Kalau begitu, ayo, masuk rumah dulu!” ajakku pada mereka.
Jari-jemariku membuka kepingan uang yang kuletakkan di balik daun pisang yang mengalasi tampah. Kuhitung kepingan-kepingan itu lalu kuberikan pada anak-anakku.
”Terima kasih, Mak!” kata mereka sambil berlari kegirangan kembali ke sekolahnya.
”Buuuuu! Kemari, Buuu!” suara suamiku dari dalam kamar.
Aku melihat suamiku semakin melemah. Ia sepertinya tak kuasa menahan rasa sakit dari perutnya yang bertambah besar. Sebagai seorang istri yang lemah aku hanya dapat menatap penderitaan suamiku yang mengenaskan. Perutnya yang semakin membesar dan mengeras selalu ia pegang sambil merintih kesakitan.
”Ambilkan air, Buuu! Panasss!” keluhnya.
”Sabar, Pak, kuambilkan!”
Saat kukembali dari mengambilkan air, tiba-tiba suamiku tergolek lemas.
Tangannya yang memegang perutnya kuraih dengan perlahan. Ia tak bereaksi.
Waktu kuusap perutnya yang membesar dengan air, juga tak bereaksi. Aku jadi panik. Aku bingung menghadapi kondisi suamiku yang tak berdaya. Saat kutepuk-tepuk pundaknya ia juga diam tak merasakan tepukan tangan kekarku. Aku lantas memanggil Pak Kuslan, tetanggaku. Ia segera datang tergopoh-gopoh untuk memeriksa suamiku.
”Suamimu sudah tiada, Tin!”
”Masya Allah, Bapak……..!” teriakku keras hingga para tetangga yang lain datang ke rumahku.
Sesak dadaku karena larut dalam tangis kehilangan suami yang telah sakit hampir enam bulan kutahan. Air mataku yang sempat membanjiri pipiku segera kuusap dengan gendong yang baru saja kuletakkan di ranjang kamar. Aku berusaha tabah menghadapi cobaan yang selama ini membebani hidupku. Aku harus bisa menerima apa yang telah ditentukan oleh Allah dengan mengambil suamiku yang sangat kucinta. Aku tak mau saat anak-anakku pulang sekolah melihat diriku masih berlinangan air mata. Aku tak ingin mereka bersedih dan meratapi kepergian bapaknya yang mengasihi mereka. Aku harus bisa menjadi ibu yang mengasihi dan melindungi mereka. Aku akan membesarkan mereka hingga mencapai apa yang dicita-citakan. Aku akan berusaha mencarikan jalan kehidupan yang terbaik bagi mereka.
”Ibu….Bapak kenapa?” Aku kaget oleh kedatangan anak-anakku. Aku tergagap menjawab pertanyaan anak sulungku. Aku hanya mampu merangkul keduanya sambil membisikkan kata-kata kematian yang bisa diterima oleh mereka.
Kepeluk dan kubelai rambut yang beraroma orang aring.
”Ikhlaskan kepergian ayah kalian, biar nanti bisa tenang di sisiNya!” bisikku pada anak-anakku.
Menjelang pemakaman kedua anakku diberi kesempatan oleh Pak Modin untuk melihat jasad ayahnya yang terbungkus kain kafan. Mereka lantas berdoa dan memberikan ucapan selamat jalan pada ayahanda tercinta.
Seminggu kemudian, suasana duka dalam keluargaku perlahan mencair oleh kesibukanku sebagai ibu rumah tangga. Aku harus kembali berdagang ke pasar demi masa depan anak-anakku yang masih mentah. Mereka membutuhkan bekal yang banyak untuk mengarungi kehidupan yang semakin ganas. Mereka harus bisa bersekolah walau dengan biaya pas-pasan hasil dari kerjaku berjualan kue basah.
Pada pagi hari saat aku berangkat ke pasar dengan membawa tampah penuh dengan kue basah, ada seseorang yang menghentikan perjalananku. Aku pun berhenti. Eh, ternyata kepala sekolah anak-anakku. Dia memberi kabar kepadaku bahwa anak-anakku mendapatkan beasiswa dari sekolah. Aku menyambut kabar tersebut dengan bersyukur kepada Allah. Aku mengucapkan rasa terima kasih kepada kepala sekolah. Hingga pada akhirnya matahari sudah tak sabar lagi memberikan penerangan bagi jalanku untuk mendidik anak-anakku yang masih belia. (*)
Wanar, 20 April 2010
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 11 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar