Senin, 31 Oktober 2011

Mengenang Chairil, Sebuah Perkenalan

Nelson Alwi
http://www.suarakarya-online.com/

AKU berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,/ Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?/ Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:/ Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

Demikian sajak pendek Malam di Pegunungan karya Chairil Anwar. Pertama membaca membersit tanya: beginikah sajak? Sementara salah seorang kakak -yang kemudian saya yakini lumayan lugas mengapresiasi sajak tapi tak sempat jadi penyair- yang kebetulan memperhatikan bertanya, "Apa yang kamu pikirkan, he?"

"Ini," sahut saya. "Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan ini."

"Memang kenapa?"

"Yeah, gimana, ya," kata saya sambil menggaruk kepala yang sebetulnya tidak gatal," lucu!" sembur saya akhirnya.

"Coba bayangkan, bagaimana jika sekiranya kamu yang berkejaran dengan bayangan," kata kakak pula.

"Itu perbuatan yang sia-sia," gerutu saya. "Kita akan penat sendiri. Bayangan itu toh bersatu dengan kita, paling tidak pada telapak kaki."

"Nah itu dia," ujar kakak. "Lewat sajak penyair mempersonofikasikan dirinya sebagai anak kecil yang asyik sendiri dengan pekerjaan yang bagi kebanyakan orang dewasa tak ada faedahnya. Padahal di balik semua itu, sebenarnya penyair bermaksud menyorot sekaligus menertawakan manusia dan kehidupan atas dasar ketakberdayaannya."

Saya terperangah. Bingung! Banyak yang terasa namun tidak tahu harus ngomong atau mempertanyakan apa!?

Dan itu peristiwa 41 tahun yang lalu, tatkala saya masih di bangku Kelas V Sekolah Dasar.

Ya, waktu memang terus menggelinding tanpa kompromi. Kini tahun 2008. Dan Chairil ternyata seorang tokoh yang begitu memasyarakat. Ia tidak hanya dikenal di lingkungan sastrawan dan seniman tok, melainkan juga di kalangan pelajar, mahasiswa, pegawai, politikus, prajurit dan lain sebagainya. Bahkan, lepas dari apa yang menjadi topik pembicaraan mengenai Chairil, di terminal angkot atau di tempat mangkalnya pemuda putus sekolah dan kaum preman(isme), sering mengumandang nama besar penyair itu. Tanpa canggung-canggung mereka turut serta melewakan Chairil sembari -kadang-kadang- dengan suara lantang mendeklamasikan bait atau larik Aku-nya yang masyhur lagi menakjubkan. Konon, peristiwa semacam itu berlangsung sejak dulu (hingga sekarang) dan, mungkin (!?) buat masa datang.

Chairil, putra pasangan Toelus (asal Taeh, Payakumbuh) dan Saleha (asal Koto Gadang, Bukittinggi), lahir di Medan pada 26 Juli 1922. Masa kanak-kanaknya yang getir sangat mempengaruhi perkembangan jiwanya. Banyak orang menganggap ia berperilaku urakan dan susah dimengerti. Tapi Asrul Sani, yang kerap "menemani" Chairil mencuri buku, pernah mengklaim, Chairil tidak selalu bertindak seleboran. Di samping segala kenaifannya, ia punya kepribadian serta komitmen yang kuat untuk mencapai kemajuan dan kemerdekaan. Tidak jarang ia tampil begitu parlente: dengan setelan rapi, berdasi dan pakai sepatu mengkilap, ia bertamu atau bertemu dengan tokoh-tokoh pergerakan maupun pemimpin-pemimpin bangsa dalam diskusi atau resepsi.

Pendidikan Chairil hanya sampai kelas II Mulo (setara SMP). Tapi selama bersekolah ia telah berkenalan dengan kesusastraan Barat. Ia tertarik membaca karya-karya Slauerhoff, Ter Braak, Du Perron, Marsman dan, kemudian Nietzsche, Rilke serta bapak estetika ekspresionisme Benedetto Croce. Alkisah, Chairil fasih beberapa bahasa asing seperti bahasa Belanda, Inggris dan Jerman.

Berhenti dari Mulo Chairil hijrah ke Jakarta. Dan pada Juli 1943 ia menggebrak kota itu dengan sajak-sajak berikut pandangannya tentang seni-budaya. Ia ingin mengerjakan sesuatu yang besar, dan itu ia pertaruhkan sepenuhnya buat kesusastraan.

Sekali berarti/ Sesudah itu mati, tulis Chairil dalam sajak berjudul Diponegoro.

Sedang lewat sajak Rumahku ia pun bertegas-tegas, Rumahku dari unggun-timbun sajak/ Kaca jernih dari luar segala nampak// Kulari dari gedong lebar halaman/ Aku tersesat tak dapat jalan// Kemah kudirikan ketika senjakala/ Di pagi terbang entah kemana// Rumahku dari unggun-timbun sajak/ Di sini aku berbini dan beranak// Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang/ Aku tidak lagi meraih petang/ Biar berleleran kata manis madu/ Jika menagih yang satu.

Dan sebenarnyalah apa yang ia canangkan. Kehadirannya telah membawa perubahan spektakuler di kancah sastra Indonesia. Dengan alirannya yang ekspresionistis dan sifatnya yang individualistis-revolusioner, ia berhasil mendobrak jagat perpuisian sebelumnya.

Kini Chairil telah tiada. Ia meninggal pada 28 April 1949, dan berkubur di TPU Karet. Adapun penyebab kematiannya ialah penyakit Typhus. Namun selain itu, konon, sudah cukup lama ia mengidap sakit paru-paru -yang menaun.

Chairil mengamanatkan 70 buah sajak asli, 4 saduran dan 10 terjemahan ditambah 6 prosa asli serta 4 terjemahan. Dan sebagian besar dikumpulkan dalam buku "Koleksi Sajak 1942-1949" Aku Ini Binatang Jalang yang bersumber dari Deru Campur Debu, Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Putus, antologi (bersama Rivai Apin dan Asrul Sani) Tiga Menguak Takdir, Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 serta Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang.

Memang tidak tergolong banyak karya Chairil ditilik dari kurun waktu kepenulisannya. Tetapi aspek-aspek yang terkandung dalam sajak-sajak maupun prosa-prosanya diakui sarat dengan hakikat hidup dan kehidupan: rasa cinta yang menukik, jiwa kepahlawanan yang bergelora, pikiran-pikiran serta sikap budaya yang -kiranya- relevan sampai saat ini. Karenanya, tak heran kalau kebanyakan buah pena Chairil diterjemahkan orang ke bahasa asing, seperti ke bahasa Inggris dan Jerman.

"Karenanya, tak heran pula kalau saban tahun para seniman sengaja berkumpul buat mengenangkan Chairil," ujar Mochtar Lubis -ketika saya mendampingi Pak dan Bu Mochtar- dalam perjalanan Padang-Bukittinggi beberapa tahun sebelum beliau wafat. Dan di sela tawa serta senyum khas pengarang roman seangkatan Chairil Anwar itu saya pun menimpali, "Acara mengenang, jika tidak mempergunjingkan sudah barang tentu membacakan terutama sajak-sajak Chairil, lazimnya terselenggara pada tanggal kematiannya."

Singkat cerita, banyak sudah orang ngomong tentang Chairil. Namun satu hal yang tak bisa dibantah, HB Jassin adalah figur yang paling sering membicarakan penyair legendaris itu; tidak cuma mengenai karya-karyanya tetapi juga menyangkut sepak-terjang maupun tingkah-laku si penyandang gelar "Binatang Jalang" itu.

Akan halnya saya, menjelang 28 April tahun ini, diam-diam membebaskan ingatan saya mengembara ke berbagai "pertemuan" dengan Chairil. Dan itu sudah barang tentu berbaur dan berproses dalam rentang waktu yang menghasilkan "kekinian" saya. Kekinian yang melahirkan pengertian-pengertian tentang (ke)hidup(an) dan (ke)manusia(an) yang dilengkapi Yang Mahakuasa seperangkat unsur lahir-batin berikut suasana yang menggerakkan saya untuk ikut nimbrung memperbincangkan Chairil serta beberapa sajaknya.

Dan, setelah kemerdekaan berpendapat menyangkut karya seni dianggap sah dan dijamin halal, maka saya ingin menyatakan bahwa Malam di Pegunungan -begitu pun sajak-sajak lainnya- lebih afdal bila dinikmati dan dirasakan ketimbang dijabarkan atau dikonkretkan. Tetapi, apakah yang dinikmati dan dirasakan sewaktu serta sesudah membaca sajak (Chairil) bisa memberikan "sesuatu" kepada saya? Inilah masalahnya! Maka, agaknya, di sinilah saya harus bermain. ***

___________10 Mei 2008
* Nelson Alwi, pencinta sastra budaya, tinggal di Padang.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest