Minggu, 16 Oktober 2011

Membelah Septum Sastra

Soegiharto *
http://www.lampungpost.com/

Tidak dimungkiri kenyataan sastra kini hanya berkembang di kota-kota. Tokoh-tokoh sastra kita kebanyakan tinggal di daerah urban. Demikian pula dengan penikmatnya. Tidak heran kalau Arief Budiman pernah mengatakan kalau sastra Indonesia merupakan sastra kota.

TENTU Arief tidak sembarang bicara, karena hampir seluruh karya sastra kita muncul dan syiar hanya di kota-kota. Senada pendapat Arief, pada Temu Sastra ’82 Arifin C. Noer tak gamang mengatakan kalau sastra kita adalah sastra borjuis. Kenyataan kalau sastra juga harus dihidupi dan sumber penghidupan itu ada di kota. Pas. Lantas, haruskah sastra kita hanya berkembang di sana? Pastilah sastra kita akan mandek dan sumpek. Sebab, mayoritas penduduk Indonesia masih tinggal di daerah. Ibarat orang lapar: nasi sesuap diharap, sepiring terhidang dibuang.

Sungguh memprihatinkan, penduduk Indonesia yang hampir seperempat miliar semestinya menjadi jaminan investasi bagi karya sastra. Seandainya sastra kita tidak terjebak di daerah urban. Dan sepatutnya sastra Indonesia bicara banyak di khasanah sastra dunia. Saat menerima gelar Doktor Honoris Causa di Universitas Indonesia, H.B. Jassin mengatakan kalau sastra Indonesia sudah mulai masuk dalam khasanah sastra dunia. Itu memang tidak mengada-ada, pantas, dan sepatutnya. Tetapi kata “mulai memasuki” memberi arti sastra Indonesia masih bayi. Masih merah. Masih harus merangkak, berdiri, kemudian berjalan agar bisa disebut bocah.

Untuk tampil mendunia, sastra Indonesia harus meningkatkan bobot. Dan, hal itu tidak akan terjadi jika di negeri sendiri sastra Indonesia mandek, terkurung. Belenggu harus dibebaskan agar sastra kita maju. Estimasi sastra kota harus didobrak dan septum sastra dibelah. Kemudian mengalirkan darah kesusastraan kita ke seluruh wilayah Indonesia. Niscaya sastra kita lebih membumi. Mempunyai ciri dan mampu menepuk dada di kancah dunia.

Realita

Seorang teman pernah mengeluh. Pasalnya, setelah selesai kuliah dia ditugaskan di daerah. Katanya di daerah sangat sulit mengembangkan kepenulisan apalagi bagi pemula. Teman itu rupanya kehilangan optimisme. Alasannya sederhana dan realistis. Pertama, kesulitan menembus media sebagai akibat sastra yang mengota. Asumsi bahwa masyarakat kota jauh berpendidikan lebih punya potensi. Kedua, pusat informasi, referensi dan event-event sastra masih terfokus di kota-kota. Ketiga, kurang berkembangnya media di daerah. Keempat, masih ada asumsi penulis asal kota penerbitan lebih mendapat prioritas. Alasannya penulis kota lebih mudah mengontrol naskah, ada relasi, punya status, aktivis perhimpunan atau hal lain.

Sementara itu, konsep penciptaan sastra terus dipermasalahkan. Sejak Manikebu (Manifes Kebudayaan), hingga usaha untuk membangun kembali konsep Manikebu di penghujung tahun 1992 yang kemudian dikenal dengan Neo-Manikebu. Konsep ini pun masih banyak ditentang, dan salah satunya Sapardi Djoko Damono. Katanya, “Bukan Neo-Manikebu yang dibutuhkan dunia kesusastraan Indonesia, melainkan pengarang-pengarang cendikia”. Ada catatan menarik, pembicaraan sastra Indonesia oleh para cendikia terjadi di luar Indonesia. Tanggal 28—31 Mei 1998, lokakarya diselenggarakan di Centre for Performance Studies dengan hibah dari Faculty of Arts pada Sydney University. Dan sebuah hibah dari Australia Research Council untuk penelitian tahun 1999—2001.

Membelah septum sastra memang bukan perkara mudah. Perlu perhatian dan kesadaran banyak orang. Terutama mereka yang berkubang di dunia sastra penulis, pemerhati, redaktur, dan guru bahasa. Yang terakhir sangat diharapkan karena jumlah mereka banyak dan tersebar di seluruh wilayah. Uluran tangan pemerintah sangat berperan. Misalnya dengan membentuk lembaga, mengadakan lomba, memfasilitasi event-event sastra, dan sebagainya.

Jangan Gerah

Kita tak perlu gatal-gatal dengan empat sandungan di atas. Sudah semestinya seorang penulis membebaskan diri dari segala belenggu. Karena di mana pun sastra boleh tumbuh. Sastra bukan monopoli kota. Septum sastra harus dibelah agar khasanah sastra lebih kaya. Jika dalam kondisi tidak menguntungkan, seorang Chairil Anwar mampu mendobrak dunia kepenyairan Indonesia. Itu karena Chairil Anwar tidak gerah dengan kondisi, bahkan dia “ingin hidup seribu tahun lagi”.

Untuk menjadi pengarang yang tinggal di daerah tidak sendirian. Banyak pengarang terkenal di Indonesia yang tinggal di daerah. Sebut saja seperti Chairul Harun (Sumatera Barat), Zawawi Imron (Madura), Putu Arya Tirtawirya (Lombok), dan Beni Setia (Jawa Timur). Mereka membuktikan daerah bukan halangan untuk menjadi pengarang. Sekaligus sebagai bukti bahwa sebenarnya sastra bukan monopoli kota. Sastra lahir sebagai hasil peradaban di mana pun tempatnya.

Bagi pengarang, menelorkan karya berbobot itu yang penting. Tentu semua itu tidak mungkin diperoleh begitu saja. Perlu belajar dan berlatih terus-menerus. The Liang Gie dalam buku Pengantar Dunia Karang-Mengarang dengan segar memberi nasihat: Kalau mau menjadi pengarang produktif, jangan menunda aktivitas kepengarangan kita dengan dalih udara panas, tetangga berisik, mesin tik tidak diservis, dan badan terasa gatal-gatal.

The Liang Gie tidak bergumam dengan kata-katanya, karena malas memang “penyakit mencari alasan” yang susah disembuhkan.

Menghidupkan sastra di daerah berarti pula membangun fondasi sastra Indonesia di pelataran sastra dunia. Sebab, bibit pengarang tidak lagi lahir dari minoritas kota, tetapi dari seluruh penduduk Indonesia. Setelah itu H.B. Jassin boleh berharap pidato gelar doktornya diteruskan.

Sastra Indonesia sudah mulai masuk khasanah sastra dunia dan akan menjadi anggota sastra dunia yang sangat diperhitungkan. Itu bukan angan-angan jika saja kita mampu membawa sastra ke desa-desa, membuat tumbuh, dan semarak di sana.

Sebuah desa di dekat Oxford pernah melahirkan novelis besar Amerika penerima Nobel 1949, William Faulkner. Sang pengarang ini lahir dan meninggal di sana. Boris Pasternak, pengarang novel Dr. Zhivago yang menerima Nobel tahun 1958, lebih sering tinggal di desa di luar kota Moskwa. Dan setelah enam tahun terakhir, Nobel jatuh pada sastrawan Eropa, akhirnya Nobel Sastra 2010 diterima Mario Vargas Llosa kelahiran Arequipa (Peru). Penyair Abdul Hadi W.M. pernah berniat membuka pesantren di luar kota Sumenep, dan berharap dapat membantu sastra masuk desa. Mengapa kita tidak?

*) Soegiharto, pembaca sastra

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest