Rabu, 28 September 2011

KACAMATA

Indiar Manggara
http://sastra-indonesia.com/

Kacamata itu masih dibiarkannya terlipat rapi. Bagio terus memandanginya dengan bermacam pertanyaan di benaknya yang tak pernah ia temukan jawabannya.

Kacamata itu berada tepat di pojok kiri, di atas meja tulisnya dan dibiarkan begitu saja terlipat rapi, hanya dialasi selembar tisu toilet. Meskipun di sekitar kacamata itu buku-buku dan peralatan tulisnya berserakan seperti rongsokan, tetapi pandangan Bagio tak pernah lepas sedetik pun dari kacamata itu. Seolah-olah kacamata itu melekat pada kedua bola matanya.

Sekali waktu ia mencoba memungut kacamata itu dan mencoba mengenakannya, tetapi buru-buru ia menarik kembali tangannya yang sudah terlanjur terjulur menggapai dan segera mengurungkan niatnya. Seketika itu jantungnya berdegup kencang, aliran darahnya menderas dan keringat dingin berkucuran membasahi bulu kuduknya yang berdiri tegang.

Bagio menarik nafas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya dengan berat sekali. Dengan tarikan nafas seperti itu ia merasa ketegangan yang luar biasa pada dirinya tadi sedikit mereda. Kemudian ia meraupkan tangannya membasuh keringat dingin di mukanya. Tetapi keringat dingin itu terus menderas keluar melalui pori-pori kulitnya yang agak kecoklatan, merambati rasa penasarannya, mencekam kekalutannya.

“Hampir saja,” batinnya.
Kacamata itu masih terlipat rapi di sana, tepat di pojok kiri di atas meja tulisnya, di antara serakan buku dan dialasi dengan selembar tisu toilet.

Tak ada yang aneh pada kacamata itu sebenarnya. Hanya sebuah kacamata murahan dengan frame hitam, berbentuk oval mungil dan lensa masing-masing minus empat setengah. Kacamata yang dibelinya di sebuah optik kecil tujuh tahun yang lalu. Ketika ia hanya menjadi anak ingusan yang tidak mengerti apa-apa tentang orang lain, tentang hidup, tentang dunia, tentang dirinya sekali pun.

Mata dan pikiran Bagio masih terpaku pada kacamata yang terlipat rapi di depannya. Sah-sah saja apabila ada orang lain yang menganggapnya berlebihan atau bahkan mengatainya gila karena ketakutan pada kacamatanya sendiri. Tetapi baginya kacamata itu mempunyai energi yang dahsyat dan bisa jadi sangat berbahaya.
+++

Kulit Bagio masih basah dengan keringatnya. Bagian-bagian tubuhnya yang hampir tak memiliki lekuk karena tertimbun lemak itu menempel lekat di kaus oblong merah kusamnya yang menjadi merah gelap terhisap keringatnya sendiri.

Bagio sendiri tak tahu. apakah ia hanya sekedar penasaran terhadap sesuatu energi asing yang tersimpan pada kacamatanya itu atau ia mulai ketakutan dan mengambil jarak sejauh mungkin dengannya agar tidak terseret ke dalam arus dahsyat energi itu. Tapi yang pasti, baginya keringat dingin yang tanpa ampun berkeliaran di hamparan tubuhnya kali ini bukanlah sesuatu yang menyenangkan, bukan sesuatu yang sehat seperti dikatakan orang-orang. Tapi bedebah pengganggu yang seolah-olah meledek kepengecutannya dan semakin merajam rasa tegangnya saat itu. Ia muak dengan keringatnya sendiri.

Perasaan Bagio pecah merantau ke arah entah dan kembali satu menumpuk dalam dirinya saling tumpang campur aduk membakar gejolaknya saat itu. Tapi matanya sedetik pun tidak dapat lepas dari kacamata itu. Ia seperti merelakan dua bola matanya direnggut. Pandangannya menyerah, sujud di kaki kacamata. Ia hanya bertahan dalam pikirannya. Memutar dengan keras, terjebak, menahan, kemudian memberontak, terjebak lagi dan berontak, seterusnya tanpa lelah.

Kacamata itu diam tapi menghadapinya dengan angkuh. Buku-buku berserakan dan dinding kamar memutar balik pandang membelakangi Bagio. Mereka lari meninggalkan Bagio dengan kecemasannya.

Bagio benar-benar merasa sendirian sekarang. Ia tidak memiliki siapa-siapa lagi selain pikiran yang ada di kepalanya saat ini. Hanya dengan itu ia harus berjuang menghadapi kacamatanya.

Di tengah perjuangannya Bagio mulai sedikit goyah. Bola matanya seperti tak ada lagi di rongga matanya. Perasaannya yang campur baur, tiba-tiba saja damai dalam sekejap dan kemudian hening, sepi seperti kota tua yang telah mati ribuan tahun. Begitu pula pikirannya yang sempat bertahan beberapa lamanya, kini bagai benteng pertahanan yang telah dikepung dan diambil alih oleh musuh.

Bagio tiba-tiba saja berubah menjadi sesosok tubuh yang tak memiliki jiwa. Dengan mata yang tanpa air kaca dan pikiran yang menyerah, tangannya kembali terjulur. Gerakannya begitu mati tanpa ruh. Ia meraih kacamata itu seperti seorang ksatria meraih tangan seorang putri yang telah menaklukan hatinya–begitu hormat dan pasrah. Bagio semakin terseret oleh energi dahsyat dalam kacamatanya. Kacamata itu telah diraihnya. Ia membuka lipatannya, dan…
+++

Memang tetangga kost di sebelah Bagio itu kurang memperhatikan kebutuhan bayinya. Sehingga ia seringkali terganggu dengan suara tangisannya. Tapi kini keadaan itu bagi Bagio lain. Suara tangis bayi itu merupakan sebuah penyelamatan baginya. Seandainya saja bayi itu tidak menangis, ia tidak akan bisa membayangkan lagi apa yang terjadi pada dirinya.

Kaadaan Bagio sekarang sedikit pulih. Perasaannya kembali damai dengan gairah. Pikirannya kembali membentuk benteng-benteng pertahanan. Dengan keringat dingin yang masih membanjir di permukaan kulitnya. Hanya saja matanya tetap terpaku mengarah ke depan, menghadap kacamata yang telah dikembalikannya ke tempat semula.

Ia kembali menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan berat. Matanya masih terseret oleh kacamata itu.

“Ya. Ternyata aku memang takut,” Bagio berbisik sendiri.
“Kacamataku sendiri.”
“Tapi..”
“Nggak wajar. Aneh.”
“Bahaya!”
“Tapi…”
“Apa yang aneh? Apanya?”

Bayi, anak tetangga kost di sebelahnya kembali menangis. Bagio kemudian membayangkan betapa beruntungnya bayi yang tak tahu apa-apa itu. Seandainya ia dalam keadaan seperti bayi itu, ia akan merasa aman dan tenang. Tidak akan disisihkan dan dibuang.

Tiba-tiba ingatannya melompat jauh ke masa lalu. Dimana ketika itu ia hanya seorang yang tersisih. Bagio selalu berada pada keadaan yang tidak menyenangkan. Ia dianggap remeh, baik dalam keluarganya maupun oleh teman-temannya.

Dengan perasaannya yang terus terhina dan tertekan, ia kemudian kabur dari rumahnya dan tinggal di sebuah kost-an kecil dan kumuh. Biaya kuliah dan pokoknya ia dapatkan dengan bekerja serabutan setelah pulang kuliah. Pekerjaan itu baginya akan sedikit nyaman. Karena pekerjaan itu hanya butuh otot yang besar.

Ternyata perkiraannya salah. Ia tetap saja dianggap orang yang tidak berguna. Tapi Bagio tetap bertahan demi cita-citanya membeli sebuah kacamata. Sebab ia menyangka kalau biang dari semua itu adalah matanya.

Setelah tabungannya terkumpul, akhirnya ia mendapatkan kacamata juga. Bagio dapat melihat apa saja dengan sangat jelas. Dengan cepat ia juga dapat dengan mudah memahami apa pun yang ingin ia pahami. Bagio mengerti banyak hal. Ia merasakan mengetahui segalanya. Baginya ia bukan orang yang bisa disisihkan.

Dengan kacamatanya, Bagio merasa bukan sekedar orang yang paham tentang segalanya. Ia dapat melihat, mengamati, mengingat, memikirkannya, menerka, dan menentukan apa pun.

Keadaan Bagio sekarang berubah 180 derajat. Ia menjadi orang yang dielu-elukan dan menyisihkan orang lain.

Bagio bukan merasa menjadi nabi baru yang dianugerahi mukjizat. Tapi ia sendiri adalah tuhan. Baik bagi dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Ia yang menentukan segalanya.

Setiap orang yang dulu menyisihkan Bagio kini selalu mengharapkan keberadaannya. Banyak orang yang membutuhkannya. Mulai dari masalah sex, masa depan, hingga politik kenegaraan.

Setiap hari, setiap jam, setiap detik Bagio selalu didatangi orang dan dimintai tolong. Ketergantungan mereka terhadap Bagio semakin memperkuat rasa bangganya. Bagio benar-benar seolah menjadi tuhan bagi mereka. Semuanya tunduk dan takluk pada Bagio. Semuanya sempurna. Terlalu sempurna.

Tapi seketika itu juga, ia diam. Gelisah seperti bingung memikirkan sesuatu yang gawat dan terlanjur lewat.

“Tunduk? Takluk?”
“Sempurna?”
“Kelewat.. Kelewat!! Kelewat!!”
+++

Bagio segera tersadar dari lamunannya. Ia merasa ada sepasang mata yang mengawasi dirinya dengan tajam. Perasaan itulah yang membuat lamunannya tergugah. Matanya menyelidik ke dinding-dinding, lemari, kolong tempat tidur, tapi ia tidak menemukan mata siapa pun.

Tapi perasaan terawasi itu semakin kuat dan semakin dekat. Bagio menyelidik lebih teliti matanya dilepaskan ke segala arah di kamar itu. Tapi tetap tak ada mata yang terpasang di sana.

Perasaan diawasi itu semakin dekat dan kuat lagi. Bahkan ia seperti sedang berhadapan dengan mata itu.

Bagio dengan spontan melemparkan pandangnya ke arah kacamata itu. Seketika darah Bagio tersingkap, keringat dinginnya menderas, jantungnya kencang dan nafasnya tersendat..

April 2008
Dijumput dari: http://manuskripdody.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest