Beni Setia
http://www.suarakarya-online.com/
Berkali-kali Nina bermimpi jadi kembang api. Terdorong ke ketinggian langit kota yang kelam, dengan bunyi bercericis yang membuat orang-orang menengadah mengawasi gerakannya melintas, lantas tiba di zenit dan meledak menebarkan aneka lentik api warna-warni dalam bentuk bola cahaya. Terbahak-bahak melihat mata [orang-orang] yang membelalak, mulut yang ternganga heran, dan kemudian lirikan pada yang di sebelah sambil berdecak kagum dan menggeleng-gelengkan kepala.
Kata-kata mereka itu, yang berkubang dalam kekaguman dan takjub keheranan, akan mengalun dan meluas seperti efek lemparan kerikil di tengah kolam yang tenang. Menjilat-jilat pematang kolam, menggoyang-goyang benda-benda yang terapung di atas muka air, dan membuat ikan-ikan resah selusupan sebelum kembali di permukaan bila goncangan jadi tenang. Celingukan memeriksa lengkung langit yang disangkanya rubuh itu tetap lengkung biru dengan sedikit hiasan awan yang meng-geliat dan melintas menjauh. Memeriksa tepi kolam dan menemukan dirinya yang tersenyum sambil menimang-nimang kerikil yang siap dilomtar ke kolam. Tertawa mendengar desah kaget dan kagum akibat lontaran kerikil di pagi hari.
***
"Aku bahagia," gumannya. Dan Nina selalu ingin mengatakan hal itu kepada setiap orang agar setiap orang tahu kalau ia memang berbahagia. Terutama kepada orang-orang kampung ketika bertemu di warung saat belanja untuk makan siang di hari libur. Ketika arisan, ketika sama-sama pergi menjenguk yang sakit, mengucapkan bela sungkawa, dan terutama ketika pergi ke hajatan perkawinan atau sunatan. Kepada orang-orang kantor yang merasa dirinya sebanding, sama-sama PNS - cuma guru bidang studi di SMP pinggiran. Ya! Padahal ia itu istri Yuwana, PNS Pemkab yang sekarang menjadi Kabag. Yang baru membeli mobil setelah mempunyai tiga sepeda motor - dengan rumah baru dengan perabotan lengkap anyar.
Ya! Tapi kenapa mereka mencibir, melengos, dan terkadang - di balik punggungnya - tertawa, meniru intonasi, caranya bicara dengan nyinyir, lalu terbahak-bahak.
Apa tidak boleh orang merasakan kebahagian, penuh dengan kebahagiaan, dan karenanya kepengen menjalarkan kebahagiaan itu pada seluruh teman dan tetangga? Apa kebahagiaan hanya boleh dirasakan dalam hati, dihayati dalam hati, dan kare-nanya dirayakan di dalam hati - dengan sedikit gejala yang diekspresikan ke luar. Bersenandung, mengganti model rambut, memakai baju baru, dan sekedar memba-wa jajan yang dibagi-bagi di kantor? Kenapa tidak boleh diperkatakan, sebagai ke-bahagiaan yang dipertontonkan - selama tidak diekspresikan secara berlebihan.
***
"Kenapa orang-orang itu?" katanya pada Muis - rekan sekantor yang lembut dan penuh pengertian, mau mendengar kebahagiaannya dan penuh perhatian bila ia mengeluhkan kesumpekan batin. Lelaki langsing dengan rambut tercukur dan tersi-sir rapi - seperti juga garis setrikaan baju seragamnya dan semiran sepatunya - itu tersenyum.
"Bukan di sana pokok persoalannya," katanya sambil terus memainkan jarinya di keyboard komputer, sambil terus menyelesaikan tugas-tugas sebagai staf. "Mereka mengapresiasi kebahagiaanmu bukan dengan gairah berbahagia yang kamu rasa-kan, tapi dengan ketidakbahagiaan mereka, bahkan dengan semacam ketersinggungan, luka karena mereka merasa dicemooh sebagai yang tidak berbahagiaan - ketika kamu mengekspresikan kebahagiaanmu."
"Jadi aku harus bagaimana?"
"Coba membungkam. Coba belajar diam, memendam kebahagian - karena itu bisa jadi duri yang melukai orang-orang yang sumpek di tengah keterpurukan."
"Tapi ...?"
"Ingat Kisah Pita Multatuli? Fenomena kita hidup untuk disalahtafsiri, selalu," katanya, sambil tersenyum. Nina tefakur. Melongo di sisi Muis. Matanya mengawasi layar monitor, tapi tak menangkap deretan huruf yang muncul dari balik garis yang terus bergeser mengikuti gerak jari Muis pada keyboard. Sekaligus ia kembali teri-ngat akan Kisah Pita Multatuli yang diungkapkan Muis. Begini kisahnya: Seorang ibu mendandani gadis kecilnya dengan pita, lalu menmbawanya ke tetangga sebe-lah untuk dibanggakan. "Lihat, cantik bukan?" katanya. Si tetangga menggangguk. "Gaun yang anggun," katanya. Ibu gadis kecil itu ternganga. Yang dipertontonkan dan dibanggakannya itu sesungguhnya pita rambut anaknya dan bukan gaun, tapi kenapa si tetangga malah memuji gaunnya - yang sudah sering dipakai itu -? Ya! Dan itu menunjukkan bahwa kita berkomunikasi untuk senantiasa terjerunuk dalam miskomunikasi. Dan setelah itu?
Nina memenjam. Ia ingat, cerita itu dituturkan Muis ketika satu hari - ia masih ingat tanggal, bulan, tahun, dan bahkan jam dan menitnya -: ia mengeluhkan suaminya yang marah besar saat disiapkan menu [makan siang] sayur lodeh, ikan asin, dan sambal dengan lalab. Suaminya yang pulang dari olah raga pagi di hari libur itu membelalak.
"Memangnya aku ini kucing kok disuruh makan ikan asin!" teriaknya sambil menndorong piring. Beranjak ke kamar, lantas berangkat ke kota untuk makan soto. Nina terbelalak. Bukankah terkadang dia suka minta dibuatkan sambal, lengkap dengan lalab dan lauk ikan asin yang digoreng garing - terkadang ikan segar goreng. Apa ia salah?
Siangnya ia menyembah - minta maaf. Tapi Yuwana diam saja. Di keesokan harinya ia mengeluhkan kelakuan suaminya itu pada Muis, mempertanyakan menga-pa Yuwana tak menyukai menu yang seingatnya merupakan menu favorit sang suami. Muis tersenyum. Menceritakan Kisah Pita Multatuli itu, dan menambahinya dengan sebuah nasihat pendek. Bahwa kita tidak bisa menebak selera, keinginan, dan angan-angan orang lain, meski dia itu suami, dan karennya lebih baik bertanya terlebih dulu - untuk mencari tahu apa yang paling diinginkannya saat itu.
Terkadang ia membayangkan kebahagiaan bersuamikan Muis yang begitu bijaksana, penuh toleransi dan pengertian. Ya! Tapi apa Muis bisa membuatnya mencelat ke zenit malam dan meledak sebagai kembang api di tengah kota dengan puluhan orang yang membelalak dan ternganga - takjub dan mengagumi kecerlangnya sebagai si kembang api? Sebagai istri yang beruntung, dengan anak cerdas dan su-ami yang punya jabatan - serta melimpahinya dengan kekayaan -?
Terkadang ia berpikir, satu saat suaminya akan sebijak, setoleran dan sepenuh pengertian Muis. Tapi terpikir juga: bagaimana rasanya jadi istri Muis? Mungkin cuma dapat senyum, sentuhan dan belaian - dengan tugas rutin mencuci yang bersih dan menyetrika yang rapi. Mungkin. Benarkah begitu? Bukankah itu juga semacam jebakan Pita Multatuli? Tapi bisakah kita memahami keinginan setiap orang? Atau ia tak perlu memikirkan mood setiap orang, dengan tetap setia pada nalurinya untuk memperkatakan kebahagiaan yang dilimpahkan-Nya?
***
Dengan lantang ia bilang bahwa SMP kota yang katanya berdisiplin nilai itu ternyata omong kosong. "Tidak percaya?" katanya, "Anakku tak diidzinkan Thukul ikut her olah raga - agar nilai angka 5-nya bisa dikoreksi. Bojo-ku menggertak. Membawa pengacara dan bersumpah akan menuntut. Mereka tekuk lutut, dan angka 5 pun berubah jadi 7. Dan karenanya anakku bisa ikut tes SMA Taruna," kata Nina sambil tertawa, kepada setiap orang di setiap kesempatan.
Ketika anaknya lulus di Magelang - setelah lulus seleksi tingkat Kodim dan Kodam -, dengan bangga Nina bilang bahwa semua itu karena ada yang menun-jukkan dalan Jendral dan Yuwana berani bayar ongkos tol-nya. "Pada zaman sekarang ini tidak ada yang gratis," kata Nina dengan setengah mencibir dan meneliti reaksi orang-orang, "Pokoknya ono rupa ono rego!" Dan orang-orang mengiyakan sambil menunduk menahan marah dan menelan rasa pahit dari kepapaan tak punya kuasa dan harta. Dan Nina yakin, di balik punggungnya, mereka pasti menggerutu.
Tapi bisa apa mereka? Bahkan Muis yang mengingatkan agar Nina tidak banyak omong. "Bahaya itu," katanya, "Bisa jadi bahan fitnah," Nina cuma meng-angkat bahu. Siapa yang bisa mengutak-ngutik dan mengganggu-gugat sesuatu yang telah tertulis secara formal-legal? Seperti kata suamiku, guman Nina setengah tertawa. Dan ia merasa terbang di atas langit malam dan meledak jadi berkas cahaya warna-warni dengan bentuk bola yang menggelembung - sambil merasakan banyak tatapan dengan mata terbelalak dan mulut menganga, decakan kagum dan gelengan kepala yang menyatakan ketakjuban.
Dan memang tak setiap orang dilahirkan untuk merasakan lengkung keberuntungan yang cemerlang di langit malam. Hanya Nina, hanya seorang Nina: Lantas tidak bolehkah aku merasakan sensasi kepuasan dari kebahagiaan yang dijalarkan secara verbal kepada setiap orang?
***
"Akulah malam, Kembang api yang menguasai dan menghiasai malam."
Meski sesaat, guman Nina, tapi aku bisa merasakan indahnya ketinggian dan gemerlapnya percikan lentik cahaya warna-warni yang menggelembung membentuk wujud bola api imajiner. Ya! Karena, SMP Kota - di mana anakku disekolahkan - ditelepon Kodim, yang merasa mendapat telepon dari seseorang yang mengatakan bahwa Thukul, guru olah raga, merasa dirinya ditekan dan dipaksa untuk mengu-bah nilai olah raga anaknya, dari 5 jadi 7, dan seterusnya. Kemudian SMP Kota memanggil kami dan KS-nya menegur aku - yang dikatainya banyak omong. Aku cuma tersenyum. Bukankah segala sesuatunya telah tetulis formal-legal? Biarlah sekolah dan Thukul yang bertengkar berkepanjangan. Bukankah suamiku akan kembali membayar pengacara dan menggertak dengan gugatan?
"Atas dasar apa mereka melarang aku berbicara mengekspresikan kebahagiaan yang menjalari punggung dan ingin diteriakan kepada setiap orang - agar mereka mengerti kalau aku sedang berbahagia," teriak Nina - sambil tetap duduk di pojok, bergoyang-goyang meski kedua tangannya ada dalam lengan baju terpal yang dibelitkan dan diikat tali di punggung. Sesaat Nina tersenyum. Terbahak dengan rambut masai. Di kamar belakang yang sunyi. Terpencil.***
Minggu, 10 Juli 2005
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar