Jumat, 08 Juli 2011

Nina dari Kampung

Aminullah HA.Noor
http://www.suarakarya-online.com/

Tanpa menanggalkan pakaian panjangnya, Nina langsung memba- ringkan tubuhnya pada tikar usang di sudut ruang tengah yang sekaligus jadi ruang tamu dan ruang makan. Nina lelah, tapi pikirannya tak mau istirahat. Menerawang, Nina tak mengerti mengapa ia tiba di kompleks perumahan ini.

Memang, baru pertama kali ia memasuki kompleks perumahan sederhana yang sesak dan sumpek. Nina gugup mendengar suara yang menurutnya aneh. Suara seperti itu selama ini belum pernah ia dengar. Betapa lagi ketika malam sudah larut. Ada desing dan bising kendaraan, ada teriakan memekakkan gendang telinga dan ada erangan panjang yang amat memilukan. Dan ada pula tangis anak kecil yang mungkin sangat haus dan karena itu memerlukan air susu.

Padahal, di kampungnya, Nina terbiasa dengan udara dingin kala malam dan alangkah sejuk ketika siang. Pada malam hari ia sering mendengar suara burung hantu dan binatang-binatang malam. Dan pada malam- malam tertentu ia mendengar lolongan anjing dari kejauhan. Dan lolongan yang tingkah-bertingkah dengan suara burung hantu itu menakutkan. Itu dijadikan pertanda, dalam waktu dekat kampung terkena musibah. Entah musibah apa.

Akan tetapi, di kota? Selain gerah, Nina merasakan hal lain dan kadang-kadang tak terterima oleh akal sehatnya. Ya, seperti suara yang menurutnya aneh itulah. Serta-merta ia merasa menyesal terdampar di kota itu. Betapa lagi, selama ini, baru sekali ia ke kota. Itu terjadi ketika ia kanak-kanak, dulu, ketika ikut berdarmawisata bersama teman-temannya di Sekolah Dasar sebelum libur panjang. Biarpun tak mungkin dilupakan, tetapi peristiwa pertama kali ke kota itu bukan kejadian yang membahagiakannya. Soalnya, dalam perjalanan itu ia kehilangan uang, enam puluh ribu rupiah uang jajan dari ibunya.

Dengan demikian, selama perjalanan, ia tak sempat berbelanja sama sekali. Ia pun takut mengadukan kehilangan dompet kecil berisi uang itu kepada guru-gurunya. Dan, selamanya ia tak ingin kehilangan lagi.

* * *

Rasa sesal itu ia utarakan kepada mamak alias pamannya, kakak lelaki ibunya, yang membawanya ke kota.

"Mengapa ke kota?" polos gadis sederhana itu bertanya, tanpa menyembunyikan kegugupannya.
"Cari kerja," jawab pamannya enteng.

"Cari kerja? gadis itu balik bertanya, tak memahami jawaban mamaknya.

Si mamak menjelaskan, sebuah perusahaan yang mengelola Tenaga Kerja Perempuan Indonesia untuk kawasan Asia Selatan dan Timur memerlukan paling tidak dua ratus perempuan muda-usia untuk dikirim dan dipekerjakan di luarnegeri. Mamak-nya, pedagang kecil di kota, mengetahui informasi itu dari sebuah iklan suratkabar setempat.

"Sebagai mamak, saya bertanggung jawab mengusahakan agar kemenakan saya mendapat pekerjaan. Dalam kehidupan yang serba susah seperti kini, tiap orang harus kerja. Sebaiknya kemenakan saya itu cukup bekerja di kampung. Tetapi apa yang bisa ia kerjakan. Ke sawah dan ke ladang seperti yang dikerjakan ayah, ibu atau kakek dan neneknya? Pekerjaan seperti itu tak mungkin lagi. Jumlah warga bertambah banyak. Lahan pertanian tersedia kian terbatas. Dan hasil yang didapat pun sangat tak seimbang. Saya sendiri semestinya bisa bekerja menjadi petani di kampung-halaman. Tetapi ternyata saya harus hidup di rantau. Di kota, asal mau kerja keras, hasil yang diraih lumayan, terutama untuk hidup dari hari ke hari," si mamak merenung.

Sang mamak yang juga sudah beranak tiga itu bukan tak tahu, persis sebagaimana anak-anaknya, kemenakannya pun sebaiknya disekolahkan sebaik dan setinggi mungkin. Sekolah dan pendidikan amat penting di masa sekarang, tetapi untuk itu diperlukan biaya yang tak sedikit. Jangankan membantu kemenakannya secara finansial, menyekolahkan anak-anaknya pun ia tak sanggup. Anaknya yang tertua, yang seusia dengan kemenakannya itu, menganggur, setelah tamat SLTP. Ia menduga, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya hanya sampai ke tingkat itu. Mampu menyekolahkan anak sampai ke tingkat pendidikan setinggi itu pun sudah sangat membahagiakannya.

Dan ia takkan begitu hirau andai ayah dari kemenakannya itu masih hidup. Ayah Nina, semendanya itu, dan ibu Nina, adik kandung si paman, tewas dalam kecelakaan tanah longsor yang menimpa kampung-halaman mereka beberapa tahun lalu. Galodo, demikian ungkapan setempat untuk musibah tanah longsor, memang merenggut puluhan nyawa warga setempat. Dua orang di antara mereka adalah ayah dan ibu Nina.

"Saya harus membantu Nina," ujar sang paman dalam hati.
* * *

Dan Nina pun sampai di sana, di kompleks itu. Dan terkapar seorang diri di atas tikar usang itu dengan penerangan redup, tiba-tiba Nina takut. Dia mengintip ke sudut-sudut kamar, tetapi dia tak menampak seorang pun. Pamannya yang membawanya dari kaki gunung tadi pun sudah tak terlihat.

"Ke mana paman, ya? tanya gadis itu.
Nina tak habis pikir. Dia tak tahu apakah pintu terkunci. Dan ia memang tak sempat membayangkan andaikan ke rumah itu, ke kamarnya, tiba-tiba datang dua atau tiga lelaki kekar tak dikenal. Dan tanpa ba-bi-bu mereka meminta Nina melepaskan semua pakaiannya. Dan andai dia coba melawan, setidak-tidaknya mempertahankan diri, lalu seorang di antara tamu-tamu tak diundang itu memegang kedua pangkal lengan, dan dua orang yang lain memegang kedua kaki Nina. Dan ketika Nina mencoba berteriak lalu lelaki itu menyumbat moncong Nina. Ketika Nina tambah ketakutan, nyaris pingsan, lalu mereka benar-benar melucuti pakaian gadis itu yang memang punya pikiran sangat sederhana.

Nina tak tahu dan mungkin takkan pernah mengerti, bahwa di kompleks perumahan itu pernah, bahkan lebih dari tiga kali, terjadi pemerkosaan terhadap perempuan. Satu kali dilakukan terhadap siswi sekolah menengah. Pemerkosanya mantan pacar. Pemerkosaan kedua dilakukan terhadap seorang janda, dilakukan pada pagi hari. Pelakunya adalah seorang pemuda yang setelah berkali-kali menonton film lelaki-perempuan bersebadan di layar VCD, benar-benar tak dapat menahan nafsu birahi seksualnya. Dan, pemerkosaan terakhir dilakukan terhadap seorang perempuan yang hamil tiga bulan. Pelakunya diduga lelaki tetangga sebelah yang sampai kini masih buron.

Ketika mamak-nya yang tak terlihat, Nina tak sempat berpikir, bahwa oleh pamannya itu sesungguhnya ia ingin dipekerjakan di mana, dan bekerja sebagai apa. Kecuali ke sawah dan ke ladang, baginya pengertian bekerja tak satu apa pun. Ia tak mengenal konsep bekerja menjadi pembantu rumah-tangga, bekerja di pabrik atau di rumah bordil. Ia sama sekali tak mempunyai gambaran bekerja di luar negeri. Luar negeri! Gambarannya tentang luar negeri tak lebih daripada negeri-negeri atau mungkin cuma awan-gemawan di balik gunung yang demikian jauh, di balik kampung halamannya.

Nina juga tak berharap apa-apa lagi dari ayah-ibunya, yang secara persis dia ketahui, sudah meninggal-dunia dilanda galodo. Saat kanak-kanak, ia bukan tak pernah mendapatkan kasih-sayang dari mereka. Kenangan masa kanak-kanak itu tentu saja sangat membekas. Tetapi, kini, dia berhadapan dengan keanehan dan keganjilan yang selama ini tak terbayangkan.

Bekerja di Malaysia, Arab Saudi, Timur Tengah, menjadi pembantu rumah-tangga keluarga kaya-raya? Sama sekali tak punya gambaran, dan juga sama sekali belum menerima informasi, tentang itu semua. Juga tidak dari mamaknya! Tentu saja ia tak pernah memaklumi kisah-kasih nyata nasib-malang pembantu rumah tangga yang bekerja di luar negeri. Selain sering harus segera berbadan dua, bukan tak ada fisik pekerja perempuan itu hancur sehancur-hancurnya, dianiaya dan disiksa majikan. Bahkan ada yang pulang hanya nama.

Dan, jangankan bisa berbahasa Arab, Inggris, berbahasa asing apa pun, bertutur dalam bahasa Indonesia saja pun Nina tak cukup lancar. Ia hanya fasih, sefasih-fasihnya, berbicara dalam bahasa ibunya. Tak lain, ia memang belum sempat membayangkan, bahwa kelak, bila ia memang bekerja di luar negeri, maka sedikitnya, untuk keperluan sehari-hari, ia harus mampu berbahasa setempat.

Nina juga tak berharap apa-apa lagi dari ayah-ibunya, yang secara persis dia ketahui, sudah meninggal-dunia dilanda galodo. Ia sendiri belum dapat cerita bagaimana ia sampai selamat dari bencana bah yang sangat besar. Saat masih kanak-kanak, ia bukan tak pernah mendapatkan kasih-sayang dari mereka, dari ayah-ibunya itu. Andai ayah-ibunya masih hidup, tentu saja ia bisa mendapatkan kisah getir bagaimana ia bisa selamat dari mara bahaya dahsyat itu. Tapi tidak! Bahkan, kini, ia berhadapan dengan kenyataan, keanehan dan keganjilan yang selama ini sama sekali tak pernah ia bayangkan.

* * *

Pada akhirnya, nyaris menjelang subuh, dengan kelelahan yang tak terkira, baik fisik maupun mental, seorang diri Nina tertidur di lantai kamar. Di kamar itu ia memang tak mendapatkan gangguan apa-apa. Dan ketika Nina terbangun pagi hari, mamak-nya sudah berada lagi di dekatnya. Nina tak tahu di mana pamannya bermalam. Dan, setelah menyuruh Nina membersihkan badan, mandi, ganti pakaian, si paman langsung membawa gadis itu sarapan pagi di warung kecil, tak jauh dari sana.
"Kita ke mana, Mamak?"

Entah bagaimana, tiba-tiba Nina memberanikan diri, bertanya. Pamannya tak menyambut. Setelah sarapan pagi, sang paman langsung membawa kemenakannya itu ke sebuah kantor perusahaan yang mengaku menyalurkan tenaga kerja ke luar negeri. Sesampai di sana, persisnya di sebuah aula di belakang kantor yang berpagar tinggi sekali, Nina berhadapan dengan puluhan, bahkan lebih dari seratus, gadis seusianya. Mereka adalah calon tenaga kerja luar negeri. Nina benar-benar tak mengerti. Bagaimana pun ia tak ingin bergabung dengan gadis-gadis itu.

"Mamak, pulangkan saya ke kampung," ujar Nina sebelum pamannya pamit.

Namun, pasti, di pagi itu Nina berada di aula itu. Dan, sang paman, tak sempat berpikir untuk memulangkan Nina, kemenakannya itu, ke kampung-asal.

* Muara Labuh, 20 Januari 2005

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest