Aminullah HA.Noor
http://www.suarakarya-online.com/
Tanpa menanggalkan pakaian panjangnya, Nina langsung memba- ringkan tubuhnya pada tikar usang di sudut ruang tengah yang sekaligus jadi ruang tamu dan ruang makan. Nina lelah, tapi pikirannya tak mau istirahat. Menerawang, Nina tak mengerti mengapa ia tiba di kompleks perumahan ini.
Memang, baru pertama kali ia memasuki kompleks perumahan sederhana yang sesak dan sumpek. Nina gugup mendengar suara yang menurutnya aneh. Suara seperti itu selama ini belum pernah ia dengar. Betapa lagi ketika malam sudah larut. Ada desing dan bising kendaraan, ada teriakan memekakkan gendang telinga dan ada erangan panjang yang amat memilukan. Dan ada pula tangis anak kecil yang mungkin sangat haus dan karena itu memerlukan air susu.
Padahal, di kampungnya, Nina terbiasa dengan udara dingin kala malam dan alangkah sejuk ketika siang. Pada malam hari ia sering mendengar suara burung hantu dan binatang-binatang malam. Dan pada malam- malam tertentu ia mendengar lolongan anjing dari kejauhan. Dan lolongan yang tingkah-bertingkah dengan suara burung hantu itu menakutkan. Itu dijadikan pertanda, dalam waktu dekat kampung terkena musibah. Entah musibah apa.
Akan tetapi, di kota? Selain gerah, Nina merasakan hal lain dan kadang-kadang tak terterima oleh akal sehatnya. Ya, seperti suara yang menurutnya aneh itulah. Serta-merta ia merasa menyesal terdampar di kota itu. Betapa lagi, selama ini, baru sekali ia ke kota. Itu terjadi ketika ia kanak-kanak, dulu, ketika ikut berdarmawisata bersama teman-temannya di Sekolah Dasar sebelum libur panjang. Biarpun tak mungkin dilupakan, tetapi peristiwa pertama kali ke kota itu bukan kejadian yang membahagiakannya. Soalnya, dalam perjalanan itu ia kehilangan uang, enam puluh ribu rupiah uang jajan dari ibunya.
Dengan demikian, selama perjalanan, ia tak sempat berbelanja sama sekali. Ia pun takut mengadukan kehilangan dompet kecil berisi uang itu kepada guru-gurunya. Dan, selamanya ia tak ingin kehilangan lagi.
* * *
Rasa sesal itu ia utarakan kepada mamak alias pamannya, kakak lelaki ibunya, yang membawanya ke kota.
"Mengapa ke kota?" polos gadis sederhana itu bertanya, tanpa menyembunyikan kegugupannya.
"Cari kerja," jawab pamannya enteng.
"Cari kerja? gadis itu balik bertanya, tak memahami jawaban mamaknya.
Si mamak menjelaskan, sebuah perusahaan yang mengelola Tenaga Kerja Perempuan Indonesia untuk kawasan Asia Selatan dan Timur memerlukan paling tidak dua ratus perempuan muda-usia untuk dikirim dan dipekerjakan di luarnegeri. Mamak-nya, pedagang kecil di kota, mengetahui informasi itu dari sebuah iklan suratkabar setempat.
"Sebagai mamak, saya bertanggung jawab mengusahakan agar kemenakan saya mendapat pekerjaan. Dalam kehidupan yang serba susah seperti kini, tiap orang harus kerja. Sebaiknya kemenakan saya itu cukup bekerja di kampung. Tetapi apa yang bisa ia kerjakan. Ke sawah dan ke ladang seperti yang dikerjakan ayah, ibu atau kakek dan neneknya? Pekerjaan seperti itu tak mungkin lagi. Jumlah warga bertambah banyak. Lahan pertanian tersedia kian terbatas. Dan hasil yang didapat pun sangat tak seimbang. Saya sendiri semestinya bisa bekerja menjadi petani di kampung-halaman. Tetapi ternyata saya harus hidup di rantau. Di kota, asal mau kerja keras, hasil yang diraih lumayan, terutama untuk hidup dari hari ke hari," si mamak merenung.
Sang mamak yang juga sudah beranak tiga itu bukan tak tahu, persis sebagaimana anak-anaknya, kemenakannya pun sebaiknya disekolahkan sebaik dan setinggi mungkin. Sekolah dan pendidikan amat penting di masa sekarang, tetapi untuk itu diperlukan biaya yang tak sedikit. Jangankan membantu kemenakannya secara finansial, menyekolahkan anak-anaknya pun ia tak sanggup. Anaknya yang tertua, yang seusia dengan kemenakannya itu, menganggur, setelah tamat SLTP. Ia menduga, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya hanya sampai ke tingkat itu. Mampu menyekolahkan anak sampai ke tingkat pendidikan setinggi itu pun sudah sangat membahagiakannya.
Dan ia takkan begitu hirau andai ayah dari kemenakannya itu masih hidup. Ayah Nina, semendanya itu, dan ibu Nina, adik kandung si paman, tewas dalam kecelakaan tanah longsor yang menimpa kampung-halaman mereka beberapa tahun lalu. Galodo, demikian ungkapan setempat untuk musibah tanah longsor, memang merenggut puluhan nyawa warga setempat. Dua orang di antara mereka adalah ayah dan ibu Nina.
"Saya harus membantu Nina," ujar sang paman dalam hati.
* * *
Dan Nina pun sampai di sana, di kompleks itu. Dan terkapar seorang diri di atas tikar usang itu dengan penerangan redup, tiba-tiba Nina takut. Dia mengintip ke sudut-sudut kamar, tetapi dia tak menampak seorang pun. Pamannya yang membawanya dari kaki gunung tadi pun sudah tak terlihat.
"Ke mana paman, ya? tanya gadis itu.
Nina tak habis pikir. Dia tak tahu apakah pintu terkunci. Dan ia memang tak sempat membayangkan andaikan ke rumah itu, ke kamarnya, tiba-tiba datang dua atau tiga lelaki kekar tak dikenal. Dan tanpa ba-bi-bu mereka meminta Nina melepaskan semua pakaiannya. Dan andai dia coba melawan, setidak-tidaknya mempertahankan diri, lalu seorang di antara tamu-tamu tak diundang itu memegang kedua pangkal lengan, dan dua orang yang lain memegang kedua kaki Nina. Dan ketika Nina mencoba berteriak lalu lelaki itu menyumbat moncong Nina. Ketika Nina tambah ketakutan, nyaris pingsan, lalu mereka benar-benar melucuti pakaian gadis itu yang memang punya pikiran sangat sederhana.
Nina tak tahu dan mungkin takkan pernah mengerti, bahwa di kompleks perumahan itu pernah, bahkan lebih dari tiga kali, terjadi pemerkosaan terhadap perempuan. Satu kali dilakukan terhadap siswi sekolah menengah. Pemerkosanya mantan pacar. Pemerkosaan kedua dilakukan terhadap seorang janda, dilakukan pada pagi hari. Pelakunya adalah seorang pemuda yang setelah berkali-kali menonton film lelaki-perempuan bersebadan di layar VCD, benar-benar tak dapat menahan nafsu birahi seksualnya. Dan, pemerkosaan terakhir dilakukan terhadap seorang perempuan yang hamil tiga bulan. Pelakunya diduga lelaki tetangga sebelah yang sampai kini masih buron.
Ketika mamak-nya yang tak terlihat, Nina tak sempat berpikir, bahwa oleh pamannya itu sesungguhnya ia ingin dipekerjakan di mana, dan bekerja sebagai apa. Kecuali ke sawah dan ke ladang, baginya pengertian bekerja tak satu apa pun. Ia tak mengenal konsep bekerja menjadi pembantu rumah-tangga, bekerja di pabrik atau di rumah bordil. Ia sama sekali tak mempunyai gambaran bekerja di luar negeri. Luar negeri! Gambarannya tentang luar negeri tak lebih daripada negeri-negeri atau mungkin cuma awan-gemawan di balik gunung yang demikian jauh, di balik kampung halamannya.
Nina juga tak berharap apa-apa lagi dari ayah-ibunya, yang secara persis dia ketahui, sudah meninggal-dunia dilanda galodo. Saat kanak-kanak, ia bukan tak pernah mendapatkan kasih-sayang dari mereka. Kenangan masa kanak-kanak itu tentu saja sangat membekas. Tetapi, kini, dia berhadapan dengan keanehan dan keganjilan yang selama ini tak terbayangkan.
Bekerja di Malaysia, Arab Saudi, Timur Tengah, menjadi pembantu rumah-tangga keluarga kaya-raya? Sama sekali tak punya gambaran, dan juga sama sekali belum menerima informasi, tentang itu semua. Juga tidak dari mamaknya! Tentu saja ia tak pernah memaklumi kisah-kasih nyata nasib-malang pembantu rumah tangga yang bekerja di luar negeri. Selain sering harus segera berbadan dua, bukan tak ada fisik pekerja perempuan itu hancur sehancur-hancurnya, dianiaya dan disiksa majikan. Bahkan ada yang pulang hanya nama.
Dan, jangankan bisa berbahasa Arab, Inggris, berbahasa asing apa pun, bertutur dalam bahasa Indonesia saja pun Nina tak cukup lancar. Ia hanya fasih, sefasih-fasihnya, berbicara dalam bahasa ibunya. Tak lain, ia memang belum sempat membayangkan, bahwa kelak, bila ia memang bekerja di luar negeri, maka sedikitnya, untuk keperluan sehari-hari, ia harus mampu berbahasa setempat.
Nina juga tak berharap apa-apa lagi dari ayah-ibunya, yang secara persis dia ketahui, sudah meninggal-dunia dilanda galodo. Ia sendiri belum dapat cerita bagaimana ia sampai selamat dari bencana bah yang sangat besar. Saat masih kanak-kanak, ia bukan tak pernah mendapatkan kasih-sayang dari mereka, dari ayah-ibunya itu. Andai ayah-ibunya masih hidup, tentu saja ia bisa mendapatkan kisah getir bagaimana ia bisa selamat dari mara bahaya dahsyat itu. Tapi tidak! Bahkan, kini, ia berhadapan dengan kenyataan, keanehan dan keganjilan yang selama ini sama sekali tak pernah ia bayangkan.
* * *
Pada akhirnya, nyaris menjelang subuh, dengan kelelahan yang tak terkira, baik fisik maupun mental, seorang diri Nina tertidur di lantai kamar. Di kamar itu ia memang tak mendapatkan gangguan apa-apa. Dan ketika Nina terbangun pagi hari, mamak-nya sudah berada lagi di dekatnya. Nina tak tahu di mana pamannya bermalam. Dan, setelah menyuruh Nina membersihkan badan, mandi, ganti pakaian, si paman langsung membawa gadis itu sarapan pagi di warung kecil, tak jauh dari sana.
"Kita ke mana, Mamak?"
Entah bagaimana, tiba-tiba Nina memberanikan diri, bertanya. Pamannya tak menyambut. Setelah sarapan pagi, sang paman langsung membawa kemenakannya itu ke sebuah kantor perusahaan yang mengaku menyalurkan tenaga kerja ke luar negeri. Sesampai di sana, persisnya di sebuah aula di belakang kantor yang berpagar tinggi sekali, Nina berhadapan dengan puluhan, bahkan lebih dari seratus, gadis seusianya. Mereka adalah calon tenaga kerja luar negeri. Nina benar-benar tak mengerti. Bagaimana pun ia tak ingin bergabung dengan gadis-gadis itu.
"Mamak, pulangkan saya ke kampung," ujar Nina sebelum pamannya pamit.
Namun, pasti, di pagi itu Nina berada di aula itu. Dan, sang paman, tak sempat berpikir untuk memulangkan Nina, kemenakannya itu, ke kampung-asal.
* Muara Labuh, 20 Januari 2005
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 08 Juli 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar