Selasa, 31 Mei 2011

Gapura-Puri

S.W. Teofani
http://sastra-indonesia.com/

Kau menyambangiku ketika seluruh pintu puri telah kukunci. Kita bertukar kata di balik benteng yang lebih batu dari pualam. Tak ada lagi cekrama atau sesiah laksmi. Tinggal dinding murah pemahaman yang lebih agung dari rasa. Kita bukan lagi sepasang jiwa yang mendaki gigir takdir. Kau dan aku menjadi kumpulan keterbatasan yang luruh pada ketentuan Mahapasti. Tak ada lagi sesesap harap yang kita titipkan pada puing senyap. Sebab asa telah membumbung pada manzila yang lebih langit dari arasy.

Hati tak lagi mengeja kemungkinan beriringan mamasuki gapura. Telah kubangun puri jiwa yang melampaui wingitnya candi. Kutisik waktu dengan benang pengharapan yang lebih substil dari semua ingin.

Kusisir jalan sunyi yang melebihi kesenyapan nadir.
Kuikhlaskan semua jeda tanpa depa-depa yang disangka suka. Kupilih takdir-sebagaimana takdir mendekapku-untuk menjaga suhuf yang memuliakan Injil juga Tabut.

Kau pun telah memasuki sebuah gapura, bukan yang dulu kita tuju. Kau gandeng bidadari yang sudah memberimu sebocah peri.
Kemudian kita mengikhlaskan semua pengharapan seperti merelakan daun kering yang tanggal dan tertinggal. Tak kita pertanyakan lagi di mana dia terserak. Masing-masing diri mengeja bebatu waktu manjadi undakan yang kita daki tanpa tahu awal dan tepi. Menerima ketentuan Sang Hakim tanpa beban, sebagaimana tak pernah kita pertanyakan mengapa kita dilahirkan.

Kau menyapa saat aku mansyuk mengenyam benang waktu. Melupakan tapak-tapak jerih yang menjejak begitu duri. Mengais ingin sesungguh jiwa. Melompati tebing, manatah ngarai, menikmati cemas harap saat maksud hampir sampai. Tapi kita hanya pemain yang tak pernah tahu ke mana bola takdir berpihak. Kau dan aku hanya bisa berlapang jiwa saat semua ikhtiar maknanya tetap menjadi rahasia. Sedang maksud kita menjadi cita yang tak bernah mewujud.

Kau datang saat aku sempurna melupa semua tapak yang pernah kita jejak. Tak pernah tersisa penyesalan atas semua ingin yang tak sampai, karena kita hanya mengikuti sebuah kepastian. Seperti bintang-bintang yang patuh pada garis edar. Lintasan itu kadang bersejajar beberapa masa, seolah akan selalu sepanjang waktu.
Tapi mahluk tak punya hak atas keabadian, juga kepastian. Semua hanya kesementaraan dan selalu menyisakan pertanyaan. Kita pun tersadar tak berada pada satu lintasan takdir. Lintasan kita menjauh, segala yang kita maksud tertebar di kaki nasib. Lalu berjalan lagi pada garis hidup masing-masing. Menerima semua ketentuan dengan diam tanpa dendam.

Jangan ketuk pintu puriku, atau kau harap kubuka jendela. Karena aku tak menginginkan angin masuk mengusik segala mansyuk. Kau telah tahu aku tak menyesal pun mengharap. Aku pun faham jalan yang telah kau pilih. Maka biarlah hati kita saling tahu tanpa isyarat apa pun. Seperti gunung yang diam dengan segala beban yang dikandungnya. Dia tak pernah mengeluhkan lahar yang hendak keluar, pun magma membara. Tetap ditebarkannya kesejukan pada setiap yang memandang juga keindahan para pendaki. Maka biarlah kita menjadi paku-paku masa lalu yang mengukuhkan kesementaraan diri.

Di puri ini, kulolosi setiap huruf pada mushaf dari pengaitnya. Kujajar menjadi pagar. Lalu kupahat batu-batu puri dengan kukuku. Kuserupakan pahatan itu dengan setiap aksara mushaf hingga membentuk makna. Kubiarkan jari berdarah dengan warna merah menghitam. Huruf-huruf itu tak hanya terpahat, tapi juga bersinar dari setiap tetesnya. Jangan kau tanyakan pedih atau luka, karena aku tak lagi merasainya. Aku telah memilihnya. Apa yang lebih kokoh dari sebuah pilihan. Memilih berarti siap akibat dari setiap jalan yang dilaluinya. Begitu pun diriku.

Tak ku tolak dikatakan gila. Karena kewarasan tak memberiku apa pun selain kegilaan serupa. Biarlah kulalar jalan-jalan yang tak hendak dilalui siapa jua. Kan terus kupahat huruf-huruf ini hingga memenuhi bebatu puri. Puri yang membuatku tak akan berpaling pada apa pun. Tempat yang memberiku kehidupan dalam kediaman dan kebisuan. Yang menyelimutiku dengan ketenangan dalam luka dan kegilaan.
Bergumullah kau pada kewarasan yang menggilakanmu. Sedang aku memilih gila untuk mewaraskan jiwaku.

Jangan kau ucapkan kata kasihan padaku. Karena aku tak butuh kasih yang itu. Aku menggapai kasih Yang Satu. Yang mengilhami segala kasih, juga kasih yang dulu kau paparkan. Itu hanya sejentik dari seluruh kasih yang dihadiahkan Yang Satu.

Kini sepuluh kuku jariku telah mengelupas. Darahnya membasahi busana takdir yang kukenakan.

Tinggalkannlah aku. Jangan kau mematung di pintu puri. Aku tak ingin kau iba pada diriku. Karena aku tak pernah menginginkan itu. Aku tahu apa yang ku ingin, juga yang kumau. Dan itu, bukan mau kita dahulu. Aku telah memilih duri dari daging, menyukai lapar dari kenyang, mencintai senyap dari riang.

Apa lagi yang menundamu untuk pergi. Aku tak mengharapkanmu meski tak membencimu. Aku telah memilih pengharapan yang diharapkan sedikit orang. Pulanglah ke gapuramu. Jika kau ingin tahu tentangku, seluruhku telah menerangkannya padamu. Jangan kau membatu di halaman puriku. Aku khawatir seluruhmu-juga hatimu-benar-benar menjadi batu. Patung penghias puri yang tak mengenakanku.

Jika kau tak juga beranjak, ini yang terakhir untukmu. Kulit jariku telah mengelupas bergesek dengan huruf dan batu. Bukan lagi darah yang menabur bercak, juga sayatan daging tanganku hampir tandas. Kini aku menggoreskan huruf-huruh itu dengan tulang belulangkangku. Hingga gemeretak bunyi tulang dan batu. Kini bebatu puri tak lagi hitam. Telah kucipta lukisan abstrak dengan kuas daging dan cat darah. Jika itu masih kurang, kan kubiarkan satu per satu sambungan tulangku terberai, asal berpindah semua huruf dalam mushaf pada dinding, langit, juga lantai puri.

Jangan kau tanyakan tentang rasa sakit. Telah kuhapus seluruh rasa selain Cinta pada pengembus huruf-huruf itu. Satu per satu belulangku raras. Bermula dari tangan, kaki, kepala, bahkan tengkorakku tak lagi berupa. Semua tanggal, menyebar menjadi patahan yang menghantarkan setiap perpindahan huruf-huruf mushaf.

Kedua mataku pun tak lagi menyatu pada tengkorak kepala. Dia terbetot dari ceruk persembunyian. Semua kini menjadi pemindah huruf-huruf. Jari-jari, tangan, kaki, kerangka, daging, darah, usus, hati, jantung, semua beterbaran, hingga kupertanyakan di mana aku?

Semua tercecer, tapi tak menebar anyir, setiap bercak membawa wangi kesturi yang mengharumkan puri. Kulihat hatiku begitu ria, lebih ria saat kau dan aku menggapai jalan gapura. hati itu nyata merahnya, berkilau dengan bentuk yang lebih indah.

Ah…hatiku….seindah itu, hati yang menyatu dengan huruf-huruf mushaf.

Sekali lagi, aku tak akan menolak jika disebut gila, karena kegilaan ini sangat indah. Lebih indah dari laman-laman keindahan di sudut mana jua.

Sudah, aku telah katakan semua tentang halku. Kini kupinta, tinggalkan aku. Meski ku di dalam puri, kurasai dirimu yang mematung di terasnya. Apa lagi yang kau nanti. Tidakkah kau rasa cukup ceritaku?

“Maafkan aku, jika tak hendak meninggalkan purimu, meski aku telah memiliki gapura juga peri kecilnya,” suaramu patah-patah.

“Kenapa kau tak juga pergi.”

“Katakan padaku satu hal, setelah itu aku kan meninggalkan puri, juga seluruhmu, ” suaramu penuh harap.

“Katakanlah.”

“Apakah aku penyebab kegilaanmu, maafkan aku….?”

“Dengarkan, tak kan kuulangi, B u k a n!”

Bandar Lampung
Agustus—September 2010

S.W. Teofani, Lahir dan tinggal di Lampung.
Cerpennya dimuat di Lampung Post. Kini sedang menekuni karya sastra.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest