Senin, 17 Januari 2011

Rian

Sabrank Suparno
http://sastra-indonesia.com/

Klak, klak, klak. Denting jam di tembok lembab itu kian berdengung di telingaku. Berbeda dengan malam malam sebelumnya, setiap detak jam kini bergema yang gaungnya terngiang merasuk ke sumsum tulangku. Dadaku sesak. Nafasku tersengal. Tubuhku gemetar. Ketegaranku runtuh. Kekuatanku lunglai. Keteguhanku roboh. Nyali-nyaliku raib.

Klak, klak, kak. Detak jam dinding itu berubah menjadi detak-detak langkah sepatu. Ia tidak banyak. Hanya seorang yang langkahnya tegak, pelan dengan ayunan langkah yang dibandul jarak lebarnya dengan kesamaan tepat durasinya, santai, perlahan namun pasti. Ia menyelinap dari keremangan malam yang sunyi. Ia mendekat. Mendekat. Semakin mendekat. Dan tak lama lagi sosok hitamnya dengan wajah samar sudah di depan, samping, atau belakangku.

Pemilik langkah itu adalah seorang berwajah dingin, hati beku, kapala batu. Kerut giginya segera menggerus-gerus ketika melihat orang yang dia cari sudah di depan langkah. Ialah orang yang pernah memutar silet di depan matanya, kemudian menyayat pelipis, dahi, leher, punggung, tangan sampai hampir putus nadinya. Ialah orang yang mengencingi kepalanya sebelum mendadung leher, menyerimpung, kemudian menyeretnya ke bibir kubangan.

Di bibir kubangan yang baru digali itu, ia sengaja membiarkan engos nafas terahirnya. Hirupan hirupan terahir itulah ia nikmati sebagai cawan yang ia reguk bersloki-sloki. Antara remang, sadar dan keliyang, ia membiarkan tawanan mautnya tertekuk sambil memandangi beberapa teman yang mendahului menghuni petak persegi empat itu. Ia segera menjejak tubuh tak berdaya itu hingga terjungkal. Yang ia bayangkan betapa ia akan tersendat sendat menghela nafas ketika serpihan tanah urug sedikit demi sedikit menyumpal hidungnya dan menimbun badannya.

Setelah kubangan itu rata seperti semula, ia masih menunggu kemungkinan yang harus disikat pula. Yakni urugan tanah yang bergera-gerak tanda manusia di dalamnya masih bernyawa. Ia segera mengambil selonjor pring apus yang diruncingkan. Ujung lancipnya kemudian ditancap persis sekitar tanah yang bergerak. Dan itulah kematian yang ia inginkan.

Ia adalah aku. Yang sekarang rebah di pojok bilik sempit jeruji besi. Orang orang memanggilku Rian. Tapi tak tentu. Kadang tiap tempat aku perlu mengganti nama.
***

Mungkin aku titisan ayah, seorang yang tampan, tinggi, santun, dan masa mudanya, ibu adalah salah satu gadis yang kesemsem ketampanannya. Jangankan menggendongku, sejak kecil pun ia tak pernah memperlihatkan wajahnya kepadaku. Mungkin saja ayahku adalah lelaki selingkuhan ibu yang embrionya menjadi jabang bayi kecilku dulu.

Sejak itu aku membenci laki laki. Sosok yang digadang lebar jangkahnya, seenaknya datang dan pergi meninggalkan wanita, meninggalkan ibuku dan janda janda lainnya. Tanpa ayah sang soko guru, aku tak banyak faham bagaimana menjadi laki-laki. Laki laki yang perkasa melindungi keluarganya. Laki laki yang kelaki lakiannya membuat wanita berguna kewanitaannya.

Detak langkah itu menghilang saat wajah para hakim melintas. Mereka berkelebat dengan jubah dan palu godamnya. Aku seperti masih duduk lunglai di depan meja hijau. Namun yang paling jelas dalam bayanganku bukan mereka sedang memaparkan putusan final atas kebiadapanku. Atau pengacaraku yang gigih mempledoiku dengan berkas tebal verbalnya. Melainkan bisikan hakim dan pengacara, bahwa nyawaku seharga 2 hektar sawah ibu di selatan desa.

Aku sengaja tak menjual sawah untuk membeli nyawaku. Sejak muda ibuku sudah sengsara. Aku tak ingin ibuku terlunta saat usia senjanya. Mungkin ini hal yang paling kejam dalam hidupku. Hingga nyawaku sendiri harus kubenci.
***

Klak, klak, klak. Langkah itu datang lagi. Mungkin yang ini sepatu jinjit istri perwira polisi. Ia dan 17 wanita lainnya adalah korban kebiadapanku. Mereka itu para wanita dungu. Yang pasti terjerat jalinan asmara denganku. Dan setiap yang kuhabisi nyawanya adalah yang saat bersamaku pasti berkali-kali kukakahi selakangannya. Tak Cuma itu, mereka juga yang hartanya kukuras dengan kelihaian tipu dayaku. Istri polisi itu akan melampiaskan kecewanya dengan menikamku, senyawang aku masih berbentuk tubuh dan hati yang bisa merasakan sakit.

Aku memang beruntung dilahirkan dengan peringai tampan. Tak sulit bagiku menggaet wanita. Teori imaj building yang menilai kebaikan berdasar apa yang dilihat, seperti menempatkan aku menjadi pangeran kehidupan. Toh mereka tidak peduli walau hatiku busuk, sebab yang mereka cari adalah ketampanan.

Setiap berpacaran dengan wanita wanita itu, aku seringkali dikenalkan kerabat, famili, teman sekolah, juga para tetangga. Yang mereka inginkan adalah agar dipuji beruntung mendapat kekasih tampan. Padahal sesungguhnya aku tertawa diam-diam.

Berbeda dengan Wina dan Kalia. Mereka berdua bekerja sebagai menejer perusahaan. Wina tergaet, karena aku mengaku produser film. Dan Kalia terpikat pengakuanku sebagai intelegen polisi. Mobil mereka dulu sering kupinjam untuk menggaet gadis gadis desa yang kemajaran. Meski dengan mobil pinjaman, aku gampang memanen para perawan yang mahkotanya mulai mekar dan menyeruakkan aroma harum. Lingkungan dan kesusahan yang mereka tanggung bertahun tahun telah menutupi kesejatian yang sejati. Mereka tak seperti burung yang bisa terbang. Keluasan hidup yang ditempuh cukup dirampungkan dengan kibasan sayap. Dalam sekejap, sampailah pada wilayah yang jauh.

Mereka seperti hewan melata. Kesengsaraan merayap di bumi, membuat mereka bertarung keras menaklukkan hujan dan kemarau, banjir dan daun kekeringan, lembah dan tebing tebing curam yang melelahkan. Kelelahan sedemikian payah dan menutupi ketajaman nyalinya.

Mereka adalah wanita yang khatam berguru pada koran dan televisi. Yang programnya mengajarkan kehidupan terhadap apa yang laku dijual. Bukan apa yang baik. Bagi Koran dan televise, jika manusia digigit anjing, itu hal yang lumrah. Tetapi manusia menggigit anjing, itu yang luar biasa dan laris diekspose.

Wanita yang tidak kutarget sebagai mangsaku, ialah wanita yang mampu berkoar membela kaumnya. Kadang suara wanita pembela itu serak berteriak “kenapa wanita selalu dijadikan tawanan sangkar madu?” Tetapi itulah wanita dengan segala kelemahanya. Tanpa dijadikan tawanan, mereka memang kerap berseliweran di sekitar sangkar tawanan. Wanita mewarisi rahim sang Hawa. Yang kemecer melahap sebungkul keabadian dalam dirinya, yang bukan keabadian Tuhan.
***

Klak, klak, klak. Sesungguhnya itu hanyalah suara jam dinding. Tak ada satu langkah pun menghampiriku. “Ngaaa..!” Itupun hanya suara kucing penghuni lapas ini, dan bukan jeritan anak si Windi yang kubunuh sekalian bersama ibunya. Kucing yang keluar masuk tanpa diperiksa Sipir karna tak membawa bingkisan makanan enak seperti para pembesuk kamar sebelah.

Sebetulnya aku ingin tertangkap saat membunuh mangsa ke sepuluhku. Sebab aku yakin setiap nyawa kuculik dari tangan tuhan. Tapi tak bisa. Itulah kepolisian di negaraku, hanya bersungguh sungguh mengusut kasus jika ada bayaran. Negaraku memang bukan layaknya negara. Sebab tak punya pemerintah. Yang punya ialah panitia pengatur aliran dana pinjaman luar negeri. Bahkan, kewenangan kekuasaan dimanfaatkan sebagai bisnis sampingan makelar kasus. Ternyata pejabat di negaraku ini kebiadapannya dalam menjagal mangsa, malabihi kenekatanku. Mangsa terakhir yang membuat ulahku terungkap, bukanlah kepiawaian kinerja polisi. Melainkan aku sengaja meninggalkan jejak tanda yang merujuk identitasku.
***

Dengan terpaksa, aku menyukai takdir hidupku. Dengan begini artinya aku diutus mengingatkan cara berfikir kehidupan bahwa menyukai berdasar fisik semata, sama dengan menjeburkan diri ke jurang kenistaan. Hekk, sungguh inilah yang disebut zaman edan. Bukan zamannya yang edan, tapi manusianya berotak tumpul. Tak mamapu sedikit pun bangkit dari trend hidup yang tengah mengungkungnya. Mereka mencampakkan larik larik puisi sufinya Khalil Gibran: Tubuh bukanlah jiwa / Tubuh hanyalah rumah bagi jiwa / Tubuh yang indah / Belum tentu dihuni jiwa yang indah / Tetapi di jiwa yang indah / Pasti tersirat tubuh yang indah pula. Namun aku juga faham resikonya, yaitu dinista orang, dihukum mati, dan dilempar ke sulutan munclaknya api neraka.

Meski beberapa bulan terahir, Ustad yang mendampingiku mengalihkan pandangan bahwa Tuhan pasti membuka pintu taubatnya jika aku menyadari itu sebagai suatu kesalahan dan lantas memohon ampun. Ustad hanyalah mengamankan hati dan prasangkaku menjelang kematian yang beberapa langkah lagi menghampiriku. Kematian yang waktunya diketukan palu hakim di meja hijau saat aku divonis eksekusi mati.

Klak, klak, klak. Bukan sekedar detik detik jam dinding yang menjemput ajalku. Menurut Ustad, tengah malam nanti waktuku dieksekusi. Langkah langkah sepatu itu kian mendekat. Mataku segera diiakat sehelai kain, dan teropong diselobongkan ke kepalaku. Rombongan bersepatu itu mengajakku ke suatu tempat yang berjarak setu jam setengah mengendarai mobil. Aku dituntun bagai sandera dengan tangan terborgol. Persis waktu kecilku di kampung bersama teman sebaya. Kami bermain perang perang, bedil bedilan dan sandera sanderaan. Aku diikat temanku di pohon Jarak. Ujung senapan laras panjang yang kami buat dari gedebok pisang diacung-acungkan ke jidakku sambil meluapkan amarah kemenangan.

Macam-macam peradaban ada peperangan / Macam-macam zaman ada pertempuran / Macam- macam periode ada pertentangan / Macam- macam musim ada pergolakan / Macam- macam negara ada peperangan / Macam- macam wilayah kerajaan ada pertempuran / Macam- macam keluarga ada pertentangan / Macam- macam diri manusia ada pergolakan / Ada pertempuran, pergolakan, pertentangan dan peperangan yang macam-macam untuk menemukan wilayah dan jati diri /

Namun jangan macam-macam bertempur, berperang, jika engkau belom miliki aji-aji kesaktian yang macam-macam / Salah satu macam kesaktianku bertempur dan berperang adalah : sun malik ajiku, aji sluman slumun slamet / Untuk memenangkan diriku, aku mengalahkan dirimu, dengan cara memenagkan dirimu / Hanya dengan jurus cinta, kasih, sayang, musuh terkapar tanpa tercabik. Tinggallah yang aku lakukan! Jangan sampai kalah walau dalam kemenangan sekalipun. Sebelum 16 regu tembak serempak! Dor! Satu diantara peluru menembus jantung hatiku.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest