Senin, 17 Januari 2011

RENCANA PALING SEMPURNA

Juwairiyah Mawardy
http://www.surabayapost.co.id/

Dia akan menikahiku. Resmi sebagai istri. Tercatat dalam buku nikah yang bisa diperlihatkan pada siapapun. Begitulah janjinya. Semula aku selalu bertanya kapankah itu? Tapi lama-lama aku tak ingin bertanya lagi. Aku hanya perempuan luar pagar. Perempuan kedua. Mungkin saja dalam tingkatan-tingkatan pikirannya, aku bukan hanya nomor dua, melainkan nomor ke sekian puluh dari urusan hidupnya. Yang terpenting adalah urusan politiknya.

Dia hendak maju sebagai calon bupati. Ia katakan akan segera bercerai dengan istri yang belum juga dapat berbuah itu. Aku menunggu. Aku percaya padanya. Seperti ia percaya padaku bahwa aku tak akan membongkar hubungan kami ke publik. Aku menginginkan kesuksesannya terwujud. Seperti aku menginginkan pernikahan agung kami juga terwujud.

Hubungan kami adalah hal yang tak terelakkan. Kami tidak kumpul kebo, melainkan menikah di bawah tangan yang tersembunyi dari tatapan-tatapan mata yang nyata. Sepekan sekali ia akan datang dan menginap di rumahku. Dalam kamar pribadiku, baju-bajunya, beberapa benda miliknya sengaja ditinggal. Bagiku itu sangat berarti. Membuatku merasa menjadi istri seseorang. Meski secara tersembunyi.

Ia tak memiliki anak. Anak-anaknya hanya berupa harta yang berlimpah ruah. Tapi harta hanyalah harta. Tak menjadi ukuran kebahagiaan. Tak menjamin kelengkapan. Anak adalah suatu hal berbeda. Dan ia tak memiliki itu bersama istrinya. Tetapi mungkin akan memilikinya bersamaku, yang tersembunyi ini.

Ia mulai disibukkan oleh rapat-rapat, perjalanan-perjalanan jauh ke luar kota, menyisir titik-titik yang mungkin akan menjadi pendukungnya nanti di hari pemilihan. Belum lagi musim kampanye ini ia sudah semakin sibuk. Gambarnya beredar dalam baliho-baliho, terpampang di ruas-ruas jalan. Aku bangga secara tersembunyi. Seperti pernikahan kami yang rahasia.

Ia mulai jarang datang di hari yang wajib untukku itu. “Maafkan aku, aku belum bisa ke situ. Sabarlah ya?”

Aku hanya mengiyakannya dalam telepon yang dengingnya kubiarkan meski beberapa saat telah ia tutup pembicaraan kami.

“Aku ingin sekali bisa pergi denganmu ke luar kota. Kita akan mencari waktu. Akan aku agendakan,” katanya di kali lain seperti membicarakan jadwal kunjungan ke daerah.

Aku pun hanya mengiyakan. Apakah yang kubisa? Menuntutnya untuk selalu ada? Bukankah sejak awal aku sudah tahu resiko-resiko sejenis ini? Resiko dinomor-sekiankan dari sekian nomor. Ah, tak mengapa. Aku sudah biasa hidup sendiri. Mengatasi semua sendiri. Rumah ini sudah terbiasa hanya ada aku. Bukankah jumlah kedatangannya ke rumahku ini dapat kuhitung seperti halnya tamu?

Akhirnya kami sempat bersama. Ia menginap. Seperti biasa, bercinta bukanlah menu utama kami. Karena yang kami hayati bukanlah percintaan yang panas. Bukan sex. Melainkan kebersamaan. Chemistry. Kecocokan dalam berbicara dan berpikir. Kami makan bersama. Tidur bersama dan bercinta dengan singkat. Ia tak kekurangan kehangatan di rumah. Dan rumahku bukanlah tungku tempatnya memanaskan cinta. Bukan perapian.

“Bolehkah aku bercerita tentang Nalini?” Katanya sambil memeluk bahuku.

Kugenggam tangannya. “Akan kudengarkan.”

“Nalini kini ikut terapi. Katanya ingin punya anak. Aku hanya menuruti keinginannya memeriksakan spermaku. Dan Nalini yang harus terapi, meski aku pun diminta tetap menjaga kondisi…”

“Kalian akan punya anak?” Aku gagal menyimpan getar suaraku.

“Siapa yang bisa meyakinkan? Perkawinan kami sudah hampir dua puluh tahun. Dan baru kali ini Nalini terbuka hati mengajakku memeriksakan diri.”

Aku terdiam. Ia mengusap pipiku. Kulirik rautnya yang letih. Bukan letih karena bercinta tetapi karena banyak pikiran dan rencana-rencana dalam otaknya. Masukkah aku dalam rencana-rencananya itu?

“Aku ingin kita menikah resmi setelah usai kesibukan pilkada ini.”

Entah mengapa hatiku tak hangat lagi mendengar kalimat ajaibnya itu. Nalini sedang terapi. Ia ingin hamil. Nalini pasti punya rencana. Apakah Nalini tahu suaminya punya istana kedua? Rumahku?

“Bagaimana jika Nalini berhasil hamil?” Tanyaku skeptis.

“Kukira tidak akan terjadi. Kami sangat jarang bercinta. Sudah lama tidak. Bukan cuma karena kesibukan. Tapi aku sering enggan karena tak menghasilkan. Lagi pula, anjuran dokter, sekarang justru kami diminta menjarangkan hubungan agar rahimnya siap. Terlalu sering juga tak bagus, kata dokter,” ia menjawil ujung hidungku sambil tertawa.

“Dan dokter akan meminta kalian bercinta di suatu waktu yang tepat ketika rahim Nalini siap, lantas Nalini hamil, dan hilanglah aku dari kehidupanmu…” aku tak tahan dengan gerimis dari mataku. Aku menangis membayangkan itu yang mungkin terjadi.

“Sssshh…tenang, sayang. Jangan membayangkan yang terburuk. Itu tak akan terjadi. Rencana kita-lah yang akan menjadi kenyataan. Aku menang atau kalah dalam pemilihan nanti, aku akan menikahimu secara resmi. Mungkin akan ada gossip sebentar, tapi pasti akan reda sendiri. Sekarang tiap hari gossip berganti. Kita tak akan menjadi santapan banyak bibir sepanjang hari.”

Aku diam saja. Kubiarkan ia mengusap air mataku. Mengapa rasaku begitu nelangsa? Kesedihan semacam ini adalah kepastian bagiku, bukan kemungkinan lagi. Kesedihan adalah sebagian buah dari hubungan kami yang tersembunyi ini. Seharusnya aku tak menangis. Tetapi siapa yang dapat mencegah kehendak air mata untuk terbit sebagai kepedihan? Karena aku pun tak pernah bermimpi untuk menjadi secunder woman.

Ia pulang kembali ke Nalini. Tiba-tiba aku membutuhkan liburan. Yang sendiri dan sunyi. Tapi aku tak dapat pergi tanpa memberitahunya. Tak dapat mematikan handphone tanpa pamit padanya. Ia adalah suamiku. Yang sah secara agama. Kami menikah baik-baik di hadapan Tihan, meski tidak diakui negara.

Aku membatalkan rencana liburanku meski cuma untuk dua hari. Aku ingin pulang ke rumah ibu. Rumah lama yang membuatku seperti anak kembali, murni seperti pagi hari. Tetapi kantor sedang sibuk. Dalam waktu-waktu ini anak-anak akan ujian. Maka meski akhir pekan, pikiranku tersita dengan persiapan itu. Dan dalam ruang pikiran yang lain aku terus menerus menumbuhkan kecemasan. Nalini mungkin akan hamil. Dan aku….

Selama ini aku telah berusaha agar tak membuahkan hasil dari setiap percintaan kami. Tidak, aku tak ikut KB. Ia pun jarang mau memakai kondom. Selalu ada cara lain bukan? Dalam kalutku aku ingin hamil saja agar ia tak meninggalkanku. Tapi siapa yang dapat menjamin aku akan segera hamil dan ia tak akan pergi meninggalkan aku? Hubungan kami penuh spekulasi. Tergantung siapa yang punya spekulasi. Jika aku hamil, aku akan merusak rencana kami, menurutnya. Karena ia tak mau ada data bahwa ia menikahiku karena aku hamil. Pernikahan kami tak seorang pun tahu.

Jika Nalini yang hamil, maka rencana kami berdua untuk menikah resmi akan terhalang. Tidaklah mungkin ia meninggalkan Nalini dalam keadaan hamil, itu akan menimbulkan malapetaka publik padanya. Tidak mungkin pula ia meresmikan poligaminya di awal masa bertugasnya sebagai bupati jika ia menang dalam pemilihan nanti sedang pada saat yang sama istri sah-nya sedang hamil; hal yang ia nanti-nanti sejak dahulu. Dan jika ia menang, meski Nalini tak hamil, bagaimanakah ia akan bercerai dengan Nalini dan menikahiku dengan resmi? Betapa kusutnya benang hidup yang kami jalin ini. Dan di antara segala kekusutan ini aku menempati posisi sebagai yang paling tak mudah diurai. Semata-mata kekusutan.

Suatu malam ia datang tanpa terlebih dahulu memberitahu.

“Aku ingin benar-benar istirahat satu hari ini saja. Aku sedang penat saja. Rapat-rapat itu semakin menampakkan padaku betapa banyaknya mulut yang harus kututup dengan uangku. Sebagian besar mereka mendukungku karena bertaruh dengan uang, berkejaran dengan uang. Dan mereka tahu aku punya banyak uang dan tak akan eman mengeluarkannya demi posisi ini. Sungguh menyebalkan.”

Kuusap peluh di keningnya. Tak biasanya ia mengomel. Biasanya ia pandai menahan diri dan emosinya. Semuanya dihadapi dengan tenang.

“Maafkan aku, aku tak bermaksud menumpahkan kekesalan padamu.”

Aku hanya mengangguk saja. Entah mengapa di hadapannya aku ini begitu patuh, begitu penuh toleransi, dan mengesampingkan rasaku sendiri.

Aku berusaha membuatnya merasa nyaman di dekatku, di rumahku. Bukankah laki-laki yang mencari istana kedua seringkali karena di istananya tak lagi ia temukan tempat untuk melarikan diri dari kekalutan hidup? Dan aku, dengan takdirku ini, menyediakan diri untuk menjadi istana pelarian, tong sampah yang mulia bagi kepengapan-kepengapan.

Sepenuhnya ia beristirahat di rumahku malam itu. Bersantai, tidur, mematikan handphone, menikmati makan malam kesukaannya, bercinta di jelang subuh hingga ia lelap lagi di awal hari. Dan seperti biasa ia akan pergi begitu merasa lebih baik.

“Maafkan aku karena hanya sebentar bersamamu,” ucapnya saat pamit.

Ia memelukku sebelum membuka pintu rumah. Aku tak berkata apa-apa. Hanya membalas pelukannya. Dan berlalulah lagi kecintaanku itu.

Dan kini, saat aku mengandung puteranya, dan ingin mengabarinya, aku justru mendapat kabar darinya bahwa Nalini tengah mengandung. Betapa hebatnya kenyataan kami! Takdir ini memakuku.

Dari polling yang diadakan sebuah media, ia diperkirakan akan memenangkan pemilihan. Aku dapat merasakan kebahagiaannya. Ia mendapatkan calon putera yang sudah lama diimpikannya dan sekaligus akan mendapatkan posisi yang sedang diperjuangkannya sekuat tenaga. Betapa lengkap baginya kenyataan ini.

Dan aku tiba-tiba merasa begitu kecil, begitu tak layak menyeruak di antara semua kenyataan yang membahagiakannya ini. Hilang sudah semangat untuk mengabarkan bahwa aku tengah mengandung calon puteranya. Tetapi aku tak ingin membuang bayi ini. Bayi yang tak bersalah ini. Bayiku tak diciptakan dalam keharaman.

Mungkin Nalini akan menertawakanku sebagai perempuan bodoh. Dan aku tak akan dapat melawan kata-katanya sedikitpun. Aku akan kalah. Akan menjadi orang yang salah. Dan suamiku – suaminya itu – tak akan dapat membelaku. Bukankah aku sudah dilarangnya untuk hamil sementara ini? Sampai semua rencana selesai sempurna?

Mungkin aku akan pergi, ke jauh, ke entah. Membawa serta calon anakku yang hanya akan segaris darah denganku secara hukum. Rencana paling sempurna yang kami susun berdua tak sanggup berhadapan dengan rencana Nalini. Atau rencana Tuhan?

Pulau Madura, November 2010

*) Juwairiyah Mawardy, lahir di Sumenep 25 Juni 1976, pendidikan S1, beralamat Jl. Raya Blajud rt. 004/ 001 Karduluk Pragaan Sumenep, Madura Jawa Timur 69465. Email: neter_kolenang@yahoo.com

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest