Dadang Ari Murtono
http://www.surabayapost.co.id/
Sampai manakah batas kesetiaan itu barangkali tak ada yang tahu benar. Seperti pula tak ada yang tahu benar sejauh mana batas cinta itu. Kadangkala teramat tak masuk akal. Seperti kisah ini. Kisah tentang gadis yang memutuskan menjadi hantu. Setia menjaga rumah yang oleh orang-orang disebut rumah hantu. Setia menjaga dendam.
Semua dimulai ketika orang-orang mendadak lihai menjarah dan membakar, memperkosa dan membunuh pada suatu mei yang rusuh. Dan keluarga Mei adalah salah satu keluarga yang menjadi korban. Ibu dan kakak perempuannya diperkosa sebelum kemudian dipotong kedua puting payudaranya. Ayah dan kakak laki-lakinya dibunuh dan dibakar setelah sebelumnya dipaksa menyaksikan ibu dan kakak perempuannya diperkosa bergantian dengan brutal. Ia selamat. Mei selamat. Semata karena ayahnya memasukkannya ke dalam lemari kosong yang lama tak terpakai dab teronggok di sudut gudang. Orang-orang itu, pada akhirnya membakar pula rumahnya. Seperti tak menyisakan ada satu pun dari keluarganya yang tersisa. Semuanya mesti menjadi abu. Begitu pula tubuh ibu dan kakak perempuannya yang pingsan setelah diperlakukan seperti itu. Semua mesti menyusul jasad ayah dan kakak laki-lakinya yang telah lebih dulu diabukan hidup-hidup. Namun selalu ada keajaiban. Baru setengah rumah terbakar, hujan turun. Hujan yang ajaib. Hujan yang sasar musim. Hujan deras yang segera berhenti setelah api padam. Hujan yang seakan dikirim semata untuk menyelamatkannya. Menyelamatkannya dari jilatan api yang semestinya tak lama lagi bakal menyentuh gudang. Mengusap lemari sembunyinya. Menjadikan tulang dan daging-dagingnya bara sate yang tak sedap.
Ia ke luar dengan cara merangkak dari lemari sembunyinya. Masih 5 tahun ia waktu itu. Tak banyak yang dapat dipahaminya dari apa yang baru saja terjadi. Ia menangis. Ia menangisi mainan-mainannya yang telah terbakar. Ia menangisi ayah ibunya yang tak juga muncul padahal ia telah keras-keras memanggili mereka. Ia menangisi kakak laki-laki dan kakak perempuannya yang tak juga datang mengajaknya bermain. Ia merasa sendirian. Ia merasa kesepian.
Ia tak mengerti kenapa ayahnya memasukkannya ke lemari gudang. Ia tak mengerti kenapa tak ada satu pun keluarganya yang datang menggendongnya. Ia tak mengerti kenapa mainan-mainannya dibakar begitu rupa. Apakah ia telah berbuat nakal dan ayahnya tengah menghukumnya seperti beberapa waktu yang lalu ayahnya menghukumnya dengan tidak memberi uang saku selama 3 hari hanya karena ia malas berangkat mengaji ke masjid yang berjarak 500 meter dari rumahnya? Tapi ia merasa tak sedikit pun berbuat nakal atau melanggar perintah ayahnya beberapa hari ini.
Sungguh ia merasa tak melakukan sesuatu yang membuat ayahnya tidak suka dan menghukumnya sedemikian rupa. Ia ke masjid untuk mengaji tiap jam 3 sore hingga setengah 5. Ia juga bangun pagi terus untuk membantu ibu menyapu halaman sementara kakak laki-lakinya menyiapkan barang dagangan di toko dan kakak perempuannya membantu ibu menyiapkan sarapan. Sedang ayahnya berbelanja kekurangan-kekurangan barang dagangan ke pasar kecamatan. Setelah semuanya beres, kakak laki-lakinya berangkat sekolah. Kakaknya itu masih kelas 2 SMP. Begitu pula kakak perempuannya yang bersekolah di SMA kecamatan kelas 3. Sebulan lagi, pada akhir juni, kakaknya yang cantik, berkulit putih, bermata sipit dan rajin sholat itu akan menempuh ujian akhir kelulusan. Menurut rencana yang telah disetujui ibu ayahnya, kakaknya itu akan melanjutkan ke jurusan kedokteran universitas yang ada di luar kota. Ia tak ingat nama universitasnya sebab namanya teramat sulit bagi lidahnya yang masih cadel. Keluarganya termasuk keluarga yang berkecukupan. Jadi tak ada masalah tentang biaya besar yang dibutuhkan untuk kuliah di jurusan kedokteran. Toko ayahnya adalah toko paling besar dan lengkap di desa itu. Dan keluarga itu adalah keluarga terkaya di desa itu. Mei sendiri masih TK nol kecil.
Dengan kondisi perekonomian semacam itu, bukanlah hal yang aneh bila ia mempunyai banyak mainan. Bahkan bila dibandingkan dengan keseluruhan mainan kawan-kawannya kampung sepantarannya, mainannya masih lebih banyak. Karena itulah sepulang sekolah ia kerap mengajak kawan-kawannya bermain di rumahnya. Dakon, bongkarpasang, rumah-rumahan, monopoli, ular tangga, boneka-boneka barbie dan masih banyak lagi. Ibunya yang mirip kakak perempuannya itu, cantik dan sipit, selalu saja menyambut tamu-tamu kecil itu dengan suka cita, dengan senyum manis dan kue-kue yang tak kalah manis dengan senyum ibu itu. Begitu pula bila kakak laki-laki atau kakak perempuannya mengajak kawan sekolah mereka menginap di rumah untuk mengerjakan tugas kelompok atau sekadar bermain.
Namun perkara-perkara menyenangkan semacam itu tak bertahan lama. Ketika harga barang-barang terus menanjak dan televisi serta surat kabar terus-terusan mengabarkan bank yang dilikuidasi, demonstrasi dan kerusuhan, situasi berubah dengan cepat. Orang tua kawan-kawannya mulai melarang anak-anak mereka bermain bersamanya atau berkunjung ke rumahnya. Demikian pula kawan-kawan kakak laki-laki dan kakak perempuannya. Tak ada lagi yang menginap. Pada waktu itu ia tak mengerti kenapa kawan-kawan dan tetangga-tetangganya bertingkah aneh seperti itu, seperti mengucilkan keluarganya meskipun ia tak yakin keluarganya telah berbuat salah pada orang-orang itu.
Ia hanya ingat meskipun waktu itu tak paham maksudnya, ayahnya berkata, “satu-satunya alasan kenapa orang-orang memperlakukan kita seperti ini adalah karena kita putih dan sipit. Ayah sendiri juga tak mengerti, sejak kapan kiranya sipit dan putih itu menjadi dosa. Barangkali semenjak beberapa orang menyebarkan isu bahwa kenaikan harga barang-barang itu disebabkan oleh orang-orang semacam kita. Orang-orang yang putih dan sipit. Ayah sama sekali tak percaya dengan isu itu. Orang-orang semacam kita , orang-orang sipit dan putih itu kebanyakan memang berprofesi sebagai pedagang, mulai dagang kelontongan hingga pusat-pusat perbelanjaan raksasa. Tapi,sungguh, bukan mereka yang menaikkan harga-harga sesuka hati. Mereka juga merasa susah dengan kenaikan harga-harga itu. Dengan kondisi seperti ini. Penjualan menurun karena daya beli masyarakat juga turun. Itu berarti keuntungan juga menurun. Persis seperti toko kita itu. Ada banyak hal lain yang menyebabkan harga-harga naik dan krisis parah seperti sekarang ini. Teramat rumit. Dan sungguh itu bukan semata salah orang-orang seperti kita. Namun orang-orang terlanjur mencap kita seperti itu. Itu bukan hal yang baik. Maka tak kita mesti segera bersiap. Bersiap untuk hal paling buruk yang mungkin saja terjadi. Hal-hal yang barangkali tak pernah sanggup kita bayangkan.”
Namun semua berlangsung teramat cepat. Sebegitu cepat hingga mereka tak sempat bersiap. Televisi, radio, dan surat kabar telah tiba-tiba memberitakan hal-hal yang buruk itu. Hal-hal yang ditakutkan ayahnya itu. Perampokan, penjarahan dan pembakaran toko-toko yang dimiliki mereka yang berkulit putih dan bermata sipit seperti keluarganya. Pemerkosaan dan penyiksaan perempuan-perempuan bermata sipit dan berkulit putih seperti keluarganya. Orang-orang yang tiba-tiba dituduh pengrusak perekonomian, orang-orang yang tiba-tiba dijuluki pendatang yang tak tahu diri. Orang-orang yang diharuskan bertanggungjawab terhadap krisis yang tak jelas ini. Orang-orang yang mesti segera dihabisi, dibersihkan dari permukaan tanah negeri ini. Negeri yang sebenarnya juga tanah air, tempat lahir mereka, orang-orang bermata sipit dan berkulit putih, orang-orang seperti keluarganya itu.
Tak butuh waktu lama agar pembersihan itu merambat ke mana-mana. Menjalar ke seluruh negeri dan hinggap pula di kampung mereka. Maka begitulah, orang-orang berbondong-bondong datang ke toko ayahnya. Bukan untuk membeli atau berhutang seperti dulu, melainkan merampok dan menjarah, memperkosa dan menyiksa, membunuh dan membakar. Dan tinggallah ia sendiri yang luput.
Baginya, butuh bertahun-tahun untuk mengerti itu semua. Untuk mengerti bahwa ia kini sebatang kara. Dan selama itu pula ia tidak berani keluar dari reruntuhan sisa bakaran rumah dan toko ayahnya. Ia ketakutan dan buru-buru sembunyi tiap ada orang yang lewat di depan reruntuhan itu. Meski pun waktu itu ia tak mengerti apa dan kenapa hal buruk seperti itu terjadi, namun jauh di bawah alam sadarnya, sesuatu menggerakkan ia untuk sembunyi dan merasa ketakutan. Sesuatu itu barangkali adalah teriakan penuh marah dan umpatan orang-orang yang didengarnya samar-samar dari lemari sembunyinya dulu. Barangkali juga erangan permohonan ampun ayah dan kakak laki-lakinya atau isak kesakitan ibu dan kakak perempuannya.
Seperti biji beringin, sesuatu yang tersemai dengan tidak sengaja di kedalaman alam bawah sadarnya itu terus tumbuh. Terus tumbuh dan tak henti memekarkan tunas daun dan cabangnya. Terus tumbuh menjadi beringin raksasa dengan sulur-sulur akar dahan yang menyeramkan. Terus tumbuh seperti rambutnya yang awut-awutan. Terus tumbuh seperti kuku-kukunya yang kian panjang, tajam dan kotor. Sesuatu itu tumbuh menjadi dendam yang demikian besar seiring dengan pemahamannya tentang apa yang terjadi. Tentang apa-apa yang dalam kenangannya terlihat kian jelas. Kian terang. Kian menyakitkan. Kian membuatnya menangis.
Bertahun-tahun ia bertahan seperti itu. Dendam dan kemarahan sebenarnya yang membuat ia bertahan. Atau kesetiaan pada dendam dan kemarahan itulah. Yang jelas, itu semua pula yang mengajarkan pencernaannya untuk sanggup mencerna jatuhan daun-daun, daging tikus mentah, air selokan, bahkan batu bata dan kereweng untuk menebus lapar dahaganya.
Dan tiap malam ia menangis. Begitu lirih. Dan orang-orang yang lamat mendengar tangisan itu mulai ketakutan. Mereka berpikir tangisan itu adalah ratapan arwah keluarganya yang mereka bantai dulu. Mereka mulai beranggapan rumah itu berhantu. Dan kadang-kadang, ketika anak-anak muda yang dengan sok jagoan ingin menemui hantu itu, mendatangi sumber ratapan itu, ia dengan samar-samar menampakkan diri di kegelapan. Dan anak-anak muda itu akan segera lari terbirit-birit dan menceritakan kepada orang-orang yang lain bahwa hantu itu berambut panjang jelek awut-awutan dan berkuku hampir 30 sentimeter.
Dan orang-orang mulai menjauhi rumah itu. Menjauhi ia yang tetap setia. Bersetia menjaga warisan keluarganya. Bersetia merawat ingatan-ingatan dan kenangan-kenangan tentang keluarganya. Bersetia pada dendam dan amarah sebab diperlakukan teramat tak adil, teramat tak manusiawi.
Kesetiaan itu telah membuatnya menjadi hantu.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Senin, 17 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar