Jumat, 31 Desember 2010

Air Terjun

Denny Mizhar *
Malang Post, 19 Des 2010

“Baiknya kau tak bepergian dahulu. Umur pernikahanmu baru memasuki selapan. Di sini saja, sampai kau punya anak. Biarkan suamimu saja yang pergi sendiri mengunjungi rumahnya. Toh, tak akan lama. Mungkin hanya seminggu atau dua minggu. Kami khawatir denganmu. Bila di jalan terjadi sesuatu denganmu”.

“Mak, aku juga berharap begitu. Tapi aku ingin menemani Kang Mas. Aku juga ingin menikmati daerah perbukitan di daerah Kang Mas. Aku tetap berangkat. Boleh kan kang Mas?”

“Dinda, semua keluargamu mengharap kau tak pergi. Tapi kalau kau memaksa, mau bagaimana lagi”.

“Terima kasih Kang Mas, Dinda sayang sama kang Mas”.

Hari yang cerah. Dewi Anjarwati bersama Suaminya pergi. Sebenarnya keluarga Dewi tak ingin melepas kepergiannya. Tapi Dewi memaksa. Keluarganya tak bisa mencegah. Sedang yang paling takut adalah Emaknya. Sebab semalam mimpi darah mengalir dari tubuh Dewi dan suaminya terbawa arus sungai. Emaknya, meneteskan air mata melepas kepergian Dewi dengan suaminya untuk berkunjung ke daerah perbukitan Anjasmoro.

Hari yang cerah, matahari terbit sempurna. Dewi dan suaminya berpamitan pada Emak dan Bapak serta semua keluarganya. Meraka berdua menaiki kuda putih dengan gerobak yang terbuat dari kayu jati. Terukir bunga-bunga pada dinding-dindingnya, merekah. Seperti wajah Dewi yang berbinar-binar menampakkan keceriaan juga wajah suaminya. Lain dengan Emaknya, meneteskan air mata, takut mimpi dan firasatnya akan menimpah anak dan suaminya. Tanpa memperdulikan air mata yang jatuh dari kelopak mata Emaknya Dewi berangkat, suaminya memacu kudanya. Berjalan berlahan sedikit kencang.

“Mas, jangan pernah meninggalkan Dewi?”

“Tidak akan Dewi! Sampai mati pun akan aku pertahankan cinta Mas, pada dinda”

“Benar ya Mas?”

“Yakinlah Dinda, tidak boleh siapapun menyentuh Dinda. Karena cinta Kang Mas pada Dinda serupa air terjun yang menderas tanpa putus.”

Tiba-tiba awan hitam menutup wajah matahari yang berseri-seri. Berarak-arakan awan menutup langit. Mendung tebal dan gelam. Hujan rintik-rintik mulai turun. Tetap di pacunya kuda putih yang menyeret mereka dalam gerobak yang indah. Tak dihiraukan air hujan turun yang mulai membasai kuda dan atap gerobak, sedikit nyiprat ke tubuh mereka berdua. Lama-lama jika diteruskan akan basah juga tubuh mereka. Dewi meminta berhenti dan berteduh ketika nanti melihat gubuk atau tempat yang bisa membuatnya istirahat sejenak menunggu hujan meredah. Hujan semakin deras, angin semakin kencang. Kuda putihnya berjalan lambat. Tak juga ditemukan tempat untuk berteduh. Masih merambat berjalan. Semakin basah tubuh mereka terkena cipratan air hujan yang membentur gerobak mereka. Dewi gusar, semakin gusar, alam tak bersahabat denganya.

Tiba-tiba berhenti kuda putihnya, tepat di perempatan jalan. Suami Dewi mencambuknya, mulai berjalan pelan. Kuda putihnya meringik menanda gusar, seperti Dewi yang gusar membaca alam. Dewi memeluk Suaminya.

“Kang Mas, Dewi takut”

“Tenang Dinda, tidak akan terjadi apa-apa denganmu. Kang Mas akan menjagamu”

Tak juga berhenti hujan yang deras dan angin kencang. Mengoyang-goyang dehanan pepohonan, keadaan semakin mencekam. Pohon-pohon pinus, jati, rerumputan dan ilalang bergoyang-goyang mengikuti pukulan angin. Hampir saja roboh gerobak Dewi dan suaminya. Tetapi suami Dewi langsung mengendalikan dan menjaga keseimbangan. Jalan mulai menanjak, tak juga bertemu tempat berteduh.

Tiba-tiba kuda berhenti, tak mau berjalan. Cemeti sudah berkali-kali dicambukkan pada kudanya tetap saja tak mau bergerak. Dewi mulai ingat Emaknya, resahnya, peringatannya, air matanya. Dewi mulai menteskan air mata dan merengek pada suaminya.

“Kang Mas, Dewi takut”

Suami Dewi diam, tak menjawab. Suami Dewi merasa ada yang ganjil dengan hujan dan angin yang menyapa dalam perjalanannya. Mulai diam, menenangkan Dewi dan merebahkan Dewi ke sisi belakang gerobaknya. Suami Dewi mulai merapal mantra dengan tenang. Dan memang nampak bayangan-bayangan hitam berkelebatan mengoyang-goyangkan pepohonan. Meraka saling tertawa dan bersuka ria. Suami Dewi tetap tenang dan terus membaca mantra. Dewi hanya rebah dan memandang Kang Masnya. Sambil menahan resah yang membucah sedari tadi.

Masih diam suami Dewi, mulai mengeluarkan keris yang dipunya dari bungkusan di belakang tempatnya duduk. Tiba-tiba angin meredah, hujan berlahan hilang. Dewi bangun, memandang suaminya yang berkeringat. Dewi mengusap keringatnya dengan selendang yang dikenankannya. Kuda putihnya mulai berjalan lagi, mulai sedikit kencang. Matahari mulai nampak kembali.

“Berhenti, serahkan perempuan itu padaku. Kalau tidak saya akan membunuhmu”

“Tidak akan aku serahkan, sampai matipun tidak akan!”

Laki-laki betubuh besar dan gagah menghadang mereka berdua. Dengan pasukan yang banyak. Dewi tidak dapat melihat pasukan yang di bawah Laki-laki bertubuh kekar tersebut. Hanya suaminya yang dapat melihat.

“Sepertinya kita telah dihadang banyak orang”

“Mana Kang Mas? hanya satu orang”

Lelaki bertubuh kekar mulai mendekat

“Memang, kau cantik sekali Dewi. Pasti semua orang akan terkagum-kagum memandangmu. Termasuk aku”

“Hai, siapa kamu. Hadapilah aku. Tak bisa kau menyentuh Istriku!”

“Ha..ha..ha.. Lawanlah aku, turun dari gerobakmu. Aku penguasa Anjasmoro, siapapun perempuan yang melewati daerah ini maka akan menikmati malamnya denganku dahulu. Apalagi kau Dewi, tentu tak akan semalam saja. Kau akan aku jadikan istriku”

Suami Dewi langsung meloncat dari gerobaknya, mengeluarkan keris yang dipunya. Mendekati lelaki bertubuh kekar. Tanpa banyak bicara langsung menyerang lelaki bertubuh kekar tersebut. Tapi pasukannya mengahalangi jalan suami Dewi menuju laki-laki bertubuh kekar. Satu persatu tumbang. Sebab suami Dewi juga memangil pengawalnya dari negeri gaib. Lalu sebagian membawa Dewi lari.

“Dewi, sembunyilah. Bila pertempuran usai. Kanda akan menjemputmu.”

Dewi lari sembunyi, sampailah di air terjun yang dibaliknya goa. Lalu Dewi masuk dan duduk di dalamnya menunggu suaminya bertempur. Sampai terdengar kabar, bahwa suami Dewi dan lelaki kekar tersebut sama-sama meninggal dengan melewati pertarungan yang sengit. Salang hantam, saling balas. Akhirnya sama-sama kalah. Pasukan suami Dewi yang membawa berita tersebut. Dewi pun mengikrarkan diri untuk bertapa di atas batu dalam goa di balik air terjun.

***

“Massssssssss……………”

“Ada apa Dewi?”

“Dewi nggak mau kehilangan Mas”

“Iya, ada apa?”

“Baiknya kita pulang saja. Seharian kita di sini. Sampai-sampai aku tertidur di pangkuan Mas. Memang udara di sini membuat aku terkantuk”

Sebelum beranjak pulang Dewi melihat wajahnya di air terjun. Seperti mengaca saja. Persis, cuma yang menjadi beda adalah pakaian yang digunakannya. Dewi terdiam, terpaku, ketengengen. Dewi mengaitkan dengan mimpi yang barus saja dialaminya.

“Dewi, katanya mengajak pulang kok diam seperti patung. Oh.. ada pelangi ya.”

Tetap diam, tetapi sudah mulai bergerak. Dewi tidak menceritakan pada Masnya apa yang dialaminya.

“Mas, Dewi takut!”

“Takut kenapa Dewi?”

“Takut kehilngan, Mas”

“Tidak akan Dewi! Itu janji mas”

Dewi dan suaminya berjalan menuju parkiran sepeda motor. Ketakutannya menyapa ketika ingat mimpinya tadi.

Sampailah Dewi dan suaminya di motornya. Mereka pulang, akhirnya sampai rumah.

“Dek, Mas mau beli rokok dulu”

“Hati-hati, Mas”

Kegelisahan masih menyelinap dalam benak Dewi. Tiba-tiba saja Dewi dikagetkan sapaan dari dalam rumahnya.

“Dari mana Ndok?”

“Dari coban, Mak”

Maknya kaget, langsung menyeret Dewi duduk di kursi.

“Dari Coban?! Mak kan sudah bilang. Jangan main ke Coban. Usia pernikahanmu masih selapan”

Tiba-tiba hand phone Dewi berbunyi.

“Dewi, yang sabar ya…”

“Kenapa Mbak?”

“Pokoknya yang sabar!”

“Iya Mbak”

“Mak mana, Dewi?”

Dewi memberikan hand phonenya pada Emaknya. Lansung lemas diam dan duduk dikursi bersandingan dengan Dewi.

“Sudah Mak bilang, kalian jangan main-main ke Coban Rondo dulu!”

“Ada apa Mak?”

“Suamimu meninggal, kecelakaan sehabis beli rokok di toko Mbakmu”

“Apa Mak! Yang benar Mak?!”

Mak Dewi menganggukan kepala. Dewi lemas. Tak terbayangkan semuanya. Dewi menangis di pangkuan Emaknya. Berusaha berdiri ketika mobil jenazah sampai rumahnya dan membawa suaminya untuk dimandikan lalu dimakankan.

***

Masih larut dalam kesedian, Dewi berjalan-jalan lagi mengunjungi air terjun. Sampai di tepi air terjun Dewi mamandang jatuhnya air. Dewi melihat lagi wajahnya sambil tersenyum memandangnya.

“Kemarilah… Dewi, kemarilah… Dewi. Mendekatlah…”

Dewi melangkahkan kakinya pelan-pelan sepertinya tubuhnya melayang-layang. Dewi semakin dekat dengan air terjun. Ada tangan menuntunnya. Dewi masuk dalam air terjun dekat sekali dengan batu yang nampak dalam mimpinya. Seperti kamar permaisuri, harum… penuh bunga-bunga.

***

Terlihat wajah sedih menaburkan bunga kembang tujuh rupa. Di samping-samping air terjun.

“Tuhan, salah apalagi hambamu ini. Dua kali terjadi pada ke dua anak perempuanku”

Lalu perempuan tersebut melihat wajah anak-anaknya dan suaminya sedang berada di atas gerobak yang ditarik oleh kuda putih. Mereka semua mengenakan kain putih. Dan melambaikan tangan pada perempuan tua yang menabur bunga.

“Berdiamlah di situ anakku, pacu kudanya. Aku menunggumu jika malam bulan purnama tiba”

Malang, 2010

*) Pegiat Pelangi Sastra Malang dan Guru SMK Muhammadiyah 2 Malang.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest