Senin, 15 November 2010

Mazhab Sastra Facebookiyah

Fahrudin Nasrulloh**
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/

Sarang teknologi telah pecah. Menyebar ke pedalaman renik manusia. Buku, tradisi membaca, dan perjalanan kepengarangan telah dipadatkan jadi arca di kamar facebook. Kemanakah gelombang kesusastraan dan kepengarangan kita sekarang, ketika tentakel teknologi dan gerak perubahan berada di tubir ketidakpastian?

Dunia maya terkini telah menghadirkan produk terbaru yang kita sebut “facebook”. Terkait dengan dunia penulis, tak dapat ditampik, mereka juga menggunakan teknologi tersebut yang berdaya-guna praktis, cepat, dan berbagai kepentingan apa pun bisa digentayangkan di dalamnya secara serius maupun main-main. Inilah bagian dari ekses “guncangan media”, seperti yang disinyalir Afrizal Malna, di mana percepatan bersilang-salip, muncul-tenggelam, dalam aras gigantis yang terus merangsek keseharian manusia. Di sanalah dirayakan segala keterbukaan dan ketakterbatasan itu. Beberapa penulis yang terbilang berduit, pasti memiliki laptop dan modem sendiri untuk ber-internet-an. Malah dapat pula lewat telpon genggam.

Selain facebook yang tak jarang disesaki “status” basi-basi, saya mengamati seorang teman yang nyaris 24 jam nonstop tak beranjak dari laptopnya. Facebook telah dijadikannya sebagai rumah berkarya, mengusung semua karya-karyanya ke dalamnya, mengedit ulang, dan setelah itu menayangkannya dalan “note” ataupun “status”nya. Yang terakhir itu ia gunakan untuk menjalin sapa-kenal dan sambung-rasa dengan teman baru maupun teman lama. Saling bercengkerama, mengomentari, bahkan tak jarang dari teman pendatang “asing” nylonong masuk dan terjadilah percekcokan sengit soal apa saja ihwal politik, puisi, kesenian, pilkada, gigolo di Bali, hingga lomba karikatur Nabi Muhammad. Ini cerita kecil soal seorang penyair yang merasa karya-karyanya tertampik di koran. Ada dendam sampai tak bertekad lagi mengirim. Tapi semangat menulisnya tak pernah padam.

Ia terus bergerak dari batin terdalamnya yang kemudian menjadikan dirinya serpihan daun yang terapung-apung di belantara impiannya. Coba memaknai sesuatu yang tercecer dan mengendap lama dalam tempurung kepala dan daki yang mengerak di tapak kaki. Impian-impian yang diangankan, dalam keseharian yang pedat yang tak bosan-bosan menguntitnya, membentur apa saja yang bahkan kosong tapi kuasa mementalkan. Dan di tembok lapuk itu dirinya seolah membikin bundas batok kepalanya sendiri dengan seabrek kejayaan pengarang dan pemikir masa silam. Tapi tak ia perdulikan. Cinta atas nama puisi yang bergayut dalam dirinya menjelma menjadi hiruk-pikuk was-was, sakwasangka, dan kesumat penuh nafsu tersembunyi. Mengisi apa saja yang di tangkapnya dari jalan-jalan panjang yang pernah dilewatinya. Di lorong itulah ia, melimbur diri dalam dunia maya. Ada yang menyergapnya tiba-tiba di balik layar monitor, liang mause, dan pekatnya flashdisk.

Ia terus menulis, menulis apa saja untuk menebus apa saja yang pernah melongsor dari dirinya. Mengelupaskan diri dalam “status” facebook, hingga yang menguap pengap dari mulut para penyapa harus dipelototi dan “dijempoli”. Tapi dari “entah” itu, ia setidaknya ingin dianggap “ada”. “Ada” yang baginya penting ketimbang merasa sunyi sendiri di pelosok kampungnya. Hidup semakin kompleks. Kebutuhan sehari-hari makin mengimpit. Menulis adalah jalan yang diteguhkan pengalaman panjang sehingga menjadi sejenis iman. Tiba-tiba terasa ada yang menghentak, menelikung diam-diam, dari balik dinding keserbagamangan itu. Ia seperti biksu yang linglung, yang mencari makna bahwa keraguan yang dirawat baik akan menemukan lorong cahayanya sendiri.

Tiap sebatang rokok yang tandas, keringatnya mengudara dikesiur malam dan berakhir di perut asbak yang menggunung latu dan puntung. Kini menulis bukan perkara keramat dan wingit, semua orang dapat merayakan perkembangan teknologi yang dengan begitu murahnya terhadir di depan mata. Dalam fitur-fitur facebook itulah, ia jadikan sebagai medan bertapa. Khayalan cerita pendekar-pendekaran jaman dahulu mengisi imajinasinya. Laku bersyair, baginya, seperti lelaku si pendekar kelana yang menyerap ilmu dari guru ke guru demi menjadi pendekar pilih tanding.

Suatu hari, pada Selasa, 27 April 2010, ia menulis sebuah tulisan berjudul “Para Amatir yang Pemberani”. Tulisan ini agak panjang. Tentang energi menulis dan proses mengimaninya yang harus diperjuangkan. Ia menulisnya langsung di laptopnya dengan seberkas gairah yang barangkali amat jarang didapatinya di luar momen itu. Beberapa kalimat sempat saya rangkum berikut ini:

Inilah kesederhanaan hidup. Semua boleh menulis, asal tak bertolakan dengan hati nurani. Kegunaan nalar kalbu dijalankan. Tak mengganggu pekerjaan lain, yang telah digeluti. Dari pada bengong, menangis tanpa juntrung. Ambillah selembar kertas demi kesejatian nafas. Sebaiknya kita percepat pemberangkatan ini. Sekali-kali jangan mengemis, kita bisa bikin sejarah. Sebenarnya kita punya nyawa rangkap tapi wujudnya berbeda. Kelemahan kita hanyalah keraguan. Jangan ragu hidup sekali dan mati itu pasti. Bukankah keyakinan bakal mempercepat segalanya? Peristiwa pecahnya sarang nalar hampir mendekati turunnya ilmu laduni. Kurangi tidur sedapat mungkin, membasuh muka berkali-kali. Kasih mata ini sedikit garam kalau berani. Atau incipi asam Jawa biar jika diserang kantuk membuta, bisa mengelak. Terus membaca, sebab alam kantuk sanggup menancapkan ingatan sedalam sukma. Jangan sering pakai bantal, itu mengurangi dinaya ingatan. Semakin mengalami, kian kuat menahan apa saja. Singsingkan rasa malu, sebab separuh kesalahan dihasilkan dari situ. Alangkah indah dianggap remeh. Itu malah jadi godam kita suatu hari. Lewat ini darah kebodohan menggejolak. Tanah kehadiran butuhkan pengorbanan, darah juang tumbal semangat. Yang menyerahkan nyawa demi ilmu, merdekalah pemahamannya.

Penulis yang saya sebut itu adalah Nurel Javissyarqi, penyair dan bos penerbit Pustaka Pujangga dari Lamongan. Dari catatannya di atas jelas menyiratkan percikan dari endapan catatan perjalanannya dengan taburan tips menulis, agak filsafati, adventourus, dan sedikit magis. Setelah itu, pada 16 Mei 2010, ia menulis esai yang cukup menarik dengan judul “Untuk Bayi-bayi Besar Sastra Indonesia” yang didiskusikan dalam acara Geladak Sastra yang dihelat Komunitas Lembah Pring Jombang. Sedang pembicara lain, Bandung Mawardi dari Kabut Institut Solo, yang terbilang tulisannya kerap dimuat koran, menjadi kontras dengan pemikiran dan pengalaman Nurel. Yang satu bertapa-karya di facebook, dan yang satunya adalah “pengutuk facebook” yang telah merajai koran dengan esai-esainya.

Mencermati media facebook, juga media elektronik lain, sebagai “medan lintas batas” di mana “demokratisasi sastra” seperti yang disebut-sebut Afrizal Malna bergerak dengan percepatan dan ketakterdugaan yang berseliweran menerobosi keseharian penggunanya. Dan Nurel, setelah karya-karyanya tak digubris koran, ia memasuki lelorong facebook sebagai dendam skizofrenik yang “tak bertuan”.

Dalam arti lain, media koran sebagai sosialisasi karya para penulis, tidaklah menampung semua penulis. Ada ruang sistemik-prosedural yang berlaku dengan rambu-rambu tertentu di sana. Dan pertarungan di dalamnya pada akhirnya adalah bagi pemenang dan yang diberuntungkan. Koran dengan sendirinya telah benar-benar menjadi rezim sastra dan muasal dari segala proses itu adalah kegetolan mengirim karya, selebihnya seleksi, koneksi, dan jaringan personal-emosional yang terjaga baik antara penulis dan redaktur. Sejarah kecil “sastra koran” pada awal 2000-an yang pernah ditulis oleh kritikus Katrin Bandel dalam peta kesusastraan tanah air masih tetap menghangat diperbincangkan.

Dengan menjamurnya facebook dengan segala nilai positif-negatifnya, apakah kita juga melihat ihwal yang masih tersamar bahwa lewat sanakah kesusastraan Indonesia akan menilaskan jejak di kemudian hari? Tentu saja sastra koran adalah sisi lain yang masih kokoh tak tertandingi. Tapi penulis seperti Nurel dan lainnya, juga yang muda-muda dan yang tua-tua namun tetap bergairah, menjadikan facebook sebagai perlintasan jaringan informasi kekaryaan dan event kesenian yang sebenarnya jika diamati dengan cermat sungguh luar biasa perkembangannya. Itu salah satu pengaruh positifnya. Ekses lain mungkin dapat dibayangkan: penulis jadi malas riset berkarya, ajang gosip, tebar cerca dan fitnah, dan berpotensi ambeyen-liver-insomnia. Selain itu, banyak kita jumpai pengarang yang melahirkan karya lewat facebook, seperti Yusron Aminullah, adik Emha Ainun Nadjib, dan lain-lain.

Para penulis dan impian-impiannya mengalirkan karyanya dalam arus besar teknologi dan pergeseran gigantik yang tak tertampik itu. Ini seperti ramalan Jorge Luis Borges: “Di abad mendatang, ketika orang meneliti kesusastraan abad ini, nama-nama yang dikenal sebagai para sastrawan besar bakal berbeda, para pengarang tersembunyi bakal bermunculan, para pemenang Nobel Sastra akan dilupakan. Saya berharap, saya akan dilupakan…”

Nurel dan penulis lainnya yang seperjalanan, tentu mengeram imajinasi puitik demikian dan di batin terdalam mereka terselip tekad untuk mendapatkan tempat selain di koran demi menggores sejarah masing-masing. Dan inikah sejenis tanda era kesusastraan kaum facebookiyah?

-----
**) Bergiat di Komunitas Lembah Pring Jombang
*) dimuat di buletin [sastra] Pawon, edisi30 tahunIII, 2010

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest