Rabu, 24 November 2010

BUWUN: BAWEAN YANG KE ARAHKU*

(PULAU YANG BERGANDUL POTONGAN KUPING)
Mardi Luhung
http://sastra-indonesia.com/

I
Bawean adalah sebuah pulau yang ada di utara Gresik. Dan salah satu dari Kecamatan Gresik. Bawean, dalam pikiranku, bukan saja nun jauh di sana, tetapi juga sebagai khayalan yang terus menghantui diriku. Sebab meski bagian dari kotaku (Gresik), tapi aku tak pernah ke Bawean. Aku hanya mengenal dan membaca Bawean dari cerita-cerita yang ada.

Bawean adalah pulau perempuan, sebab para lelakinya cenderung merantau. Bawean adalah pulau misteri, sebab sampai kini banyak tempatnya yang masih tertutup oleh kabut rahasia. Dan yang lebih mencengangkan, di Bawean juga ada Pecinan, meski tak ada peninggalannya yang tersisa. Dan menurut cerita, Bawean dulunya pernah disebut Buwun. Dan seterusnya. Sampai suatu ketika, di bulan September 2007, aku dan dua temanku berangkat ke Bawean.

Keperluannya: aku dan dua temanku itu akan membuat sebuah dokumentasi video pendek dan beberapa foto untuk penerbitan buku tentang Bawean. Dan tentu saja, ini adalah saat yang cukup menggairahkan diriku. Apalagi pada saat itu, mendekati Ramadhan 1428 H. Artinya: aku dan dua temanku akan berbarengan dengan para orang Bawean yang pulang dari rantaunya.

Ternyata, ketika aku sampai di Bawean: kepala, tubuh dan perutku seperti diaduk. Betapa tidak, selama dalam perjalanan laut (Gresik-Bawean), aku naik kapal laut yang ramping. Dan aku terserang mabuk laut yang licik. Mabuk yang baru pertama kali aku alami. Mabuk yang benar-benar membuat aku kelenger dan tak berdaya. Aku muntah tapi tak bisa. Mau tak muntah, tapi isi perut seakan menyundul-nyundul.

Jadinya, saat datang itu, aku seperti menginjak sebuah pulau yang terus bergoyang. Dan terus membuatku mesti tersungkur. Sambil terus-terusan mengurut-ngurut kepala yang pening. Aku benar-benar seperti tersiksa luar-dalam. Sampai-sampai seorang temanku berkata: “Kalok kau begini, bagaimana nanti pulangnya?” Perkataan yang disambut tawa oleh temanku yang satunya.

Ha, ha, ha, memang untuk ke Bawean, tak ada cara lain kecuali harus menumpang kapal laut. Dan kapal laut itu tergantung pada jadwal yang ada. Lain itu, untuk naik pesawat udara tidak mungkin. Sebab, pembangunan bandara di Bawean masih terus diperbincangkan. Dan masih terus dicari pemecahannya. Dalam arti, rencana pembangunan itu masih tetaplah sebagai rencana.

II
Bawean dan bandara udara? Akh, mengapa tidak. Sebab, setelah aku mengitari pulau itu. Mulai dari Kecamatan Sangkapura dan berputar ke Kecamatan Tambak, memang perbincangan perjalanan ke luar negeri, seperti ke Singapura, Malaysia dan sesekali Australia dan Timur Tengah sering terdengar. Dan rasanya, bagi orang Bawean, pergi ke luar negeri itu seperti pergi ke kota sebelah.

Bahkan, ada seseorang yang berkata, jika dirinya ke Malaysia hampir dua atau tiga minggu sekali. Di samping mengurus tenaga kerja, juga melakukan bisnis kecil-kecilan. Dan aku pikir, orang-orang seperti ini, tentu membutuhkan sebuah bandara. Di samping lebih cepat. Juga tak perlu untuk menyeberang ke Surabaya atau ke Jakarta sebelum terbang ke tempat yang ditujunya.

Lalu selama mengitari itu, aku juga menemukan hal-hal yang menarik. Itu terutama berhubungan dengan nama-nama yang ada. Baik nama tempat atau benda nya. Misalnya: Komalasa, Gili, Jukung, Kelotok, Kubur Panjang, Kuduk-Kuduk, Durung, Noko, Pantai Menangis dst. Aku tak tahu, kenapa tiba-tiba denyut kepenyairanku bergelinjang setelah mendengar nama-nama itu. Tapi, karena pada waktu itu, aku hanya menjenguk. Bukan menyapa. Maka aku hanya diam saja.

Nama-nama itu pun aku simpan di otakku. Dan aku tak menulis apa pun. Aku hanya terus dan terus menikmati setiap nama yang ada. Yang aku temui sepanjang mengitari itu. Dan tentu saja, dalam menikmati itu, kadang-kadang aku jadi terhenyak. Bayangkan, di sebuah dusun di atas bukit ada sebuah gapura yang bertulis: “Selamat Datang di Buton Village,”. Atau ketika aku membaca grafiti di pintu penginapan, terbaca: Grand Funk. Sebuah nama group musik cadas dari barat tahun 70-an. Yang ternyata, dipakai untuk nama group dangdut anak-anak muda setempat.

Aku pun hanya geleng-geleng kepala. Imajinasi macam apa ini? Sebuah nama yang konon katanya punya sejarah tersendiri dicomot begitu saja. Apa ini yang disebut peminjaman, pencaplokan atau pemasangan semau gue? Akh, siapa yang mau mengurus. Yang jelas, imajinasi yang aneh itu pun semakin menjadi aneh, ketika beberapa kali aku berpapasan dengan sebuah truk. Di bak truk itu ada beberapa anak muda yang asik berjoget dan bersuka. Sebab, di bak truk itu juga, mereka membawa seperangkat salon dan pengeras suara yang besar.

III
Di Bawean, ternyata aku juga menemukan sekian cerita yang menarik. Misalnya: cerita tentang kuburan yang ukuran panjangnya tidak umum (Makam Panjang); pangeran yang mampu menjaring ikan-ikan di alun-alun (Purbonegoro); seseorang yang dapat memanggil ikan-ikan dengan kentongan (atraksi Arfai); danau yang di tengahnya ada undakannya (Kastoba); kapal-kapal Belanda yang dulu pernah hilir-mudik; orang asing yang dapat bersiul dengan rusa; istri sunan yang berkelana (Waliyah Zainab); adu sapi; sampai pada nasi yang direndam pandan (nasi hijau). Dan semua itu, benar-benar membuat aku makin terhenyak.

Jadinya, aku pun kembali ingin menulis, menulis dan menulis. Tapi apa yang mesti aku tulis? Aku tak bisa. Aku hanya bisa menikmatinya. Seperti ketika suatu malam, aku dan dua temanku itu pergi ke sebuah dusun di atas bukit. Dan dari bukit itu, bintang-bintang di langit tampak demikian gemebyar. Sebuah pemandangan yang jarang bisa aku nikmati di Gresik yang langitnya sudah penuh polusi. Dan semalaman itu, kami tak bisa apa-apa. Kecuali menikmati saja.

Dan sekembalinya. Ya, seperti biasanya, aku pun membayangkan diriku sebagai pemilik tunggal pulau Bawean. Sebuah pembayangan yang memang telah menjadi kebiasaanku sejak kecil. Dan lewat pembayangan sebagai pemilik tunggal itu, aku pun leluasa untuk terbang kemana saja. Dari telaga Kastoba pergi ke Komalasa, terus ke Pantai Menangis, naik Jukung atau Kelotok, mampir ke makam Waliyah Zainab, dan istirahat di Gili.

Dan semuanya itu bisa aku lakukan dengan enak. Bahkan, pada saat-saat tertentu (di dalam pembayangan itu), aku juga merasa seperti penguasa yang kalah. Yang dibuang ke sebuah pulau. Lalu dikubur di sebuah kuburan yang panjangnya tidak biasa. Yang sewaktu-waktu tertentu pun bangkit. Dan mencari penyebab, mengapa dulu sampai kalah.

Ya, sebuah ulang-alik imajinasi yang mirip dengan imajinsai Grand Funk tadi. Imajinasi yang langsung dicomot, dipakai, dibuang, diganti dengan seenaknya. Yang jelas, tiba-tiba dalam pikiranku, Bawean berubah menjadi pulau yang bergandul potongan kuping. Dan dari kuping itulah, aku bisa mendengar sekian nama dan sekian cerita. Dan sekian-sekian itu menjadi pupuk bagi imajinasiku. Imajinasi sebagai penguasa tunggal sebuah pulau.

IV
Nah, untunglah, waktu pulang dari Bawean, ada kapal laut yang besar. Dan aku dengan dua temanku pun naik kapal laut itu. Aku tidak mabuk. Aku bisa menikmati perjalanan pulang itu. Menikmati laut yang biru. Juga gerimis yang kadang-kadang tiba. Tapi, tanpa sepengetahuan dua temanku, pikiranku tetap melayang ke Bawean. Ke pulau yang telah kami tinggalkan. Ke pulau yang masih aku bayangkan sebagai kekuasanku.

Dan pembayangan itu pun terus melekat. Sampai aku tiba di Gresik. Sampai Ramadhan 1428 H datang dan berlalu. Sampai tiba-tiba, aku telah bisa menulis dan mengumpulkan beberapa puisi tentang Bawean. Dan anehnya: mengapa puisi-puisi yang aku kumpulkan dan aku tulis tentang Bawean itu kok jadi lain? Akh, aku terkesiap. Apa benar puisi-puisi ini bercerita tentang Durung, Komalasa, Pudakit, Kuduk-Kuduk, Kastoba, Jukung, Kelotok atau Pecinan?

Tidak! Tidak! Isi puisi itu telah mengalami perubahan yang begitu serius. Lalu apa yang salah? Atau, jangan-jangan, aku telah melakukan pencomotan nama, cerita dan imajinasi begitu saja. Seperti pencomotan nama Grand Funk di pintu penginapan. Ya, aku pikir, aku telah melakukan hal itu. Tapi apa ini salah? Entahlah. Yang jelas, aku merasa tetap sebagai penguasa tunggal Bawean.

Dalam arti, sebagai penguasa tunggal: bukan aku yang ke Bawean. Tapi Bawean yang ke aku. Dan ketika sampai ke aku, aku pun menyambutnya. Menyambut dengan segala apa yang ada di dalam diriku. Baik itu yang ada di mata, hati, otak, jantung, mulut, kaki, sampai pada yang ada di relungku. Jadinya, inilah Bawean yang telah ke arahku. Sebuah pulau yang bergandul potongan kuping. Sebuah pulau tempat aku mendengar. Sebuah pulau tempat aku menghadirkan sebuah pulau imajinasi yang lain. Sebuah pulau dengan persoalan tersendiri.

(Gresik, 2007)
*) Pengantar BUWUN, kumpulan puisi Mardi Luhung, diterbitkan PUstaka puJAngga, 2010.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest