Kamis, 14 Oktober 2010

SYAM (Sebuah Naskah Teater)

Imamuddin SA
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/

Babak 1
Panggung dalam keadaan kosong. Permainan dilakukan dengan menggunakan silhuet. Ini adalah ilustrasi sebuah mimpi dari seorang penyair. Dalam permainan silhuet tersebut muncul sesosok lelaki yang membawa sekantong besar harta. Ia menyeretnya dari sisi kiri ke kanan. Ia berada dalam kondisi susah payah saat membawanya. Dalam suasana seperti itu diiringi dengan irama musik sendu.

Setelah itu, muncul dua orang pemain dari dua arah yang berlawanan. Mereka mengambil posisi pertemuan tepat di tengah. Keduanya melakukan tarian yang romantis. Saat itu suasana telah diiringi dangan alunan musik yang romantis pula. Adegan itu dilakukan hingga musik berhenti. Saat musik telah berhenti, kedua pemain tadi berpisah keluar silhuet dengan mengambil posisi yang berlawanan pula.

Silhuet masih terus berlangsung. Tidak lama kemudian musik kembali didendangkan. Tetapi irama musik telah berubah. Yang tadinya romantis kini menjadi nada-nada mencekam. Masih dengan pemain yang sama, kedua pemain itu mengambil jarak satu sama lain. Mereka melakukan gerakan memutar. Fokus di tengah-tengah silhuet mereka bertemu. Pemain laki-laki mendekap tubuh pemain perempuan. Dan terlihat pemain lelaki mengeluarkan sebilah pisau dari balik bajunya. Pisau itu diangkat tinggi-tinggi seraya hendak ditikamkan kepada pemain perempuan. Pemain perempuan berusaha menghalagi usaha itu dengan memegangi tangan pemain laki-laki yang mengenggam pisau. Ia berusaha sekuat tenaga untuk terhindar dari pembunuhan itu. Pemain perempuan lalu menjatuhkan pemain laki-laki dengan sekuat tenaga. Pemain laku-laki itu akhirnya terjatuh. Pisaunya terhempas dan diambil oleh pemain perempuan. Ia lantas menikamkannya tepat di dada kiri pemain laki-laki. Pemain perempuan tegap berdiri menantang. Dan silhuetpun diakhiri. Seluruh lampu di padamkan.

Suara musik masih terus bergema dengan nada-nada mencekam. Panggung yang tadinya kosong kini diisi dengan sebuah tempat tidur, meja, dan kursi. Di atas meja terdapat beberapa tumpukan kertas, buku, dan pensil. Sementara di atas tempat tidur terdapat seseorang yang tengah tidur. Dalam tidurnya ia terlihat gelisah. Ia bermimpi. Suara musik makin berdentum keras yang menunjukkan kegelisahan yang sangat mencekam. Pemain itu akhirnya terbangun sambil berteriak keras. Bersamaan dengan itu, musik berhenti dengan seketika.

Masih dalam kondisi yang belum setabil, irama nafas ngos-ngosan, dan jantung berdetak keras, orang tersebut bangun dari tempat tidurnya. Tetapi masih ada di atas tempat tidurnya. Ia lantas bergeser perlahan-lahan menepi dari tempat tidurnya dan fokus ke arah penonton. Ia duduk di tepi tempat tidurnya. Kedua tangannya mengusap wajah, mengucek kedua mata, dan dilanjutkan gerakan memegangi kepalanya lantas menengadah. Tangan diturunkan, disandarkan pada kedua paha. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dan panggilan dari luar rumah.

May : (Tok… tok… tok… tok) Tuan, Tuan masih belum tidur? Boleh masuk?

Tuan Syam : Ya, masuklah May!

May : (Masuk dan berjalan menuju Tuan Syam. Mengambil duduk di sampingnya.) Ada apa Tuan? Tengah malam begini, Tuan kok berteriak keras sekali? Kelihatannya Tuan sangat gelisah. Apa yang sebenarnya tuan risaukan?

Tuan Syam : Tidak ada apa-apa May. Hanya saja, belakangan ini aku susah tidur. Aku sering bermimpi.

May : Tadi Tuan bermimpi?

Tuan Syam : Benar, aku tadi bermimpi.

May : Memangnya Tuan tadi mimpi apa sampai berteriak histeris seperti itu?

Tuan Syam : (Berdiri dari tempat duduk. Berjalan menuju sisi kiri panggung) Entahlah…….. cukup banyak yang aku mimpikan malam ini. Tidak seperti biasanya aku mimpi seperti ini.

May : Mungkin Tuan banyak pikiran!

Tuan Syam : Mungkin juga May. Mungkin ini bawaan dari mimpi-mimpi kemarin yang belum dapat aku tuliskan menjadi sebuah sajak. Beberapa hari ini pikiranku tertekan May. Ada sekian banyak ide yang menumpuk di kepalaku. Tapi aku tak mampu mengguratnya May! (Histeris).

May : Sabarlah Tuan. Mungkin besok, besok lusa, atau seminggu lagi, Tuan akan dapat mengguratnya. O… ya… maaf Tuan, sebenarnya apa yang Tuan mimpikan barusan?

Tuan Syam : (………………………………….)

May : Baiklah, jika Tuan tak mau mengatakannya. Tapi …….

Tuan Syam : Tidak May. Aku akan menceritakannya padamu.

Tuan Syam : (Kembali berjalan menuju May dan mengambil tempat duduk di sampignya. Memegang pundak May) Dalam mimpiku, aku melihat seorang manusia membawa tumpukan harta yang cukup banyak. Sampai-sampai ia menyeretnya. Ia mencoba menawar-nawarkannya pada sesamanya tapi tak ada yang mau. Semuanya menolak. Entah apa yang terjadi dengan mereka! Justru orang-orang ditawarinya malah balik menawarkan hartanya untuk dia.

May : Tapi mengapa Tuan sampai berteriak-teriak sekeras itu?

Tuan Syam : Kau tenaglah barang sebentar. Ceritaku belum selesai.

Tuan Syam : (Berjalan lirih ke panggung sebelah kanan menghadap penonton) Setelah itu, tiba-tiba mimpiku berubah. Kali ini, aku menyaksikan sepasang anak manusia yang tengah bermesraan. Menari-nari, bercumbu tiada henti. Mereka tak menghiraukan dengan sekelilingnya. Asyik terbuai dalam tariannya. Sementara, dari jarak yang tak sebegitu jauh, aku terus memperhatikan mereka. Gerak kakinya, lambaian tangannya, dan ……..

May : Dan apa Tuan?

Tuan Syam : Dan semakin kutajamkan mataku, aku mendapatkan lelaki itu mengeluarkan sebilah pisau. Ia mencoba menikamkan pisaunya ke dada pasangannya. Sementara, perempuan itu menahan dengan sekuat tenaga. Ia terjepit. Entah ada apa dengan perempuan itu. Tiba-tiba saja ia bertenaga. Ia membanting lelaki itu. Dan merebut pisaunya. Lelaki itu pun terjatuh. Kini giliran perempuan itu yang menguasainya. Ia mencoba menikam balik lelaki itu.

May : Dalam mimpi itu, Tuan tidak berusaha menolongnya.

Tuan Syam : Aku ingin melerai pertikaian itu. Tapi tubuhku terasa kaku. Seluruh sendi-sendiku tak sanggup aku gerakkan. Aku semakin panik. Aku memanggil-manggilnya dengan suaraku, tapi suaraku tak kunjung keluar. Suasana semakin bertambah mencekam. Jantungku berdetak kencang. Tak menentu. Dan saat perempuan itu menikamkan pisaunya tepat di jantung lelaki itu, aku kaget dan berteriak histeris sekeras-kerasnya.

May : (Berjalan menuju Tuan Syam) Kira-kira, apa maksud dari semua mimpi-mimpi Tuan?

Tuan Syam : (Memandang May dengan pandangan yang sangat tajam) Kau ingin mengerti May?

May : Ya Tuan. Aku ingin mengerti semuanya.

Tuan Syam : (Berjalan ke tempat tidur dan duduk di sana) Sebentar lagi, hari itu akan tiba May. Orang-orang saling mengharap keselamatan dari Tuhannya. Mereka ingin berderma dengan harta yang selama ini ditumpuknya. Tapi …… Tidak May, tidak!

May : (Menyerongkan badan ke arah Tuan Syam dan memandangnya penuh penasaran) Apa yang tidak Tuan?

Tuan Syam : Aku tak ingin melanjutkan kata-kataku May.

May : Tolong Tuan, bicaralah padaku. Aku ingin tahu kabar darimu. Dari arti mimpi-mimpimu.

Tuan Syam : Tidak May. Ini sudah cukup. Kita sudahi saja pembicaraan kita malam ini.

May : Sebentar lagi Tuan. Aku masih ingin mendengar penjelasanmu.

Tuan Syam : Jangan kau paksa aku lagi untuk mengatakannya. Dan kau harus ingat May. Bukannya kau dapat berfikir sendiri? Aku sudah menceritakan semua mimpiku padamu. Maka berfikirlah May. Berfikir dengan hatimu. Biar tak ada kekufuran di dadamu.

May : Baiklah Tuan, kalau itu mau Tuan. Aku tak dapat menolaknya. Lagian, malam sudah terlalu larut. Kita sudahi pembicaraan ini. Tidurlah Tuan. Tenangkan jiwamu. Dan aku pamit Tuan.

Tuan Syam : Ya, pulanglah.

May : (Berjalan menuju keluar. Di tengah-tengah perjalanan berhenti sejenak untuk mengucap salam. Lalu kembali melanjutkan perjalanan) Selamat malam Tuan.

Tuan Syam : Malam May!

Setelah May keluar, Tuan Syam masih dalam kegelisahan. Ia mondar-mandir di dalam rumahnya. Sesekali duduk di tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sana. Beberapa saat kemudian ia bangkit dari tidurnya. Saat itu diiringi dengan musik dan nyanyian yang bernuansakan pedesaan. Dengan syair sebagai berikut:

malam semakin larut
bentar lagi fajar menjemput
gelisah masih mencekam
cermin hati yang temaram
tentang mimpi, tentang puisi
tentang pagi menjemput senja hari

dunia akan binasa
harta benda tiada berguna
jiwa yang tlah durhaka
esok pasti akan tersiksa
terluntah-luntah tiada berdaya
tak tahu arah entah ke mana

Babak 2

Musik berganti dengan irama lirih atau dengan genderang dengan tempo lambat yang pelan. Tuan Syam lalu menuju meja dan duduk di kursinya. Mengambil beberapa carik kertas dan sebuah pensil. Ia mulai menggurat sebuah puisi. Tapi sayang, kata-kata yang diguratnya, baginya terasa gagal. Ia meremat-remat tulisan itu lalu membuangnya. Hal itu terjadi berulang kali, hingga kertas yang ada di mejanya tinggal sedikit. Saat itu genderang dimainkan dengan tempo yang semakin bertambah cepat dan keras.

Peristiwa tersebut dibarengi dengan kemunculan dua sosok bayangan yang menjadi cermin jiwa Tuan Syam. Bayangan itu selalu menghantui Tuan Syam yang sedang menggurat sajak.

Bayangan 1 : (Masuk lewat panggung sebelah kiri dalam dengan gerakan-gerakan yang atraktif menghampiri Tuan Syam. Melihat tulisan Tuan Syam dari kanan beralih kekiri yang dilakukan beberapa kali) Apalagi yang kau tuliskan Syam. Kau akan menghasilkan kesia-siaan. Kau hanya buang-buang tenaga dan waktumu saja

Bayangan 2 : (Masuk dari kerumunan penonton dengan gerakan-gerakan yang atraktif menghampiri Tuan Syam.) Berhentilah Syam. Kau takkan perlu menemukan kata-kata lagi untuk syairmu. Bahkan mimpi-mimpimu menuntunmu untuk diam. Minumlah sendiri air telagamu. Jangan pernah kau bagi-bagikan lagi kepada orang lain.

Bayangan 1 : (Tegas) Ya, benar! Sudah tak ada lagi yang menghiraukan kata-katamu. Walau itu sebuah kebenaran. Karena kata-katamu, mereka bahkan menganggapmu buta. Padahal justru kaulah yang telah memberikan tongkat bagi kebutaannya. Kata-kata adalah tubuhmu sendiri, Syam.

Bayangan 2 : (Tegas) Kata-katamu terlalu asing dalam nalar mereka. Mereka menganggapnya suatu kemustahilan. Kau hanya membual. Kau hanya tukang khayal. Bahkan orang yang paling dekat denganmu, hanya bermain topeng di hadapanmu. Sejujurnya di luar sana, ia menikammu dari belakang. Ia menudingmu sebagai lelaki gila yang kehilangan akalnya.

Bayangan 1 : Tak ada lagi yang perlu kau lakukan. Diamlah. Dan bermain topenglah seperti apa yang mereka tudingkan padamu. Berpura-puralah buta walau sebenarnya kau telah melihatnya. Berpura-puralah tuli walau sebenarnya kau telah mendengarnya. Dan tunjukkan kegilaanmu walau sebenarnya kau dalam kesadaran penuh.

Tuan Syam : (Semakin panik, gusar, geram, dan jiwanya tak karu-karuan. Suara genderang semain dikencangkan.)

Bayangan 1&2: (Beranjak pergi meninggalkan Tuan Syam. Terus berkata dengan kata-kata yang menajam) Diamlah dan bermainlah dengan kepura-puraan. Buta, tuli, gila, atau persembahan nyawa. Mungkin mereka baru akan percaya. (minimal diucapkan tiga kali secara bersama-sama oleh bayangan 1dan 2).

Tuan Syam : (Berteriak keras. Genderang dan suara-suara itu dengan seketika berhenti) Diam …………….! Diamlah kalian. Dan pergilah sejauh mungkin dari hadapanku (Menggedor meja dan menunjuk ke suatu arah tertentu).

Tuan Syam perlahan mulai tenang. Melanjutkan kembali menggurat puisi. Namun selalu gagal kembali. Ia tak dapat melanjutkan kata-katanya. Ia kembali menulis, tapi kemudian meninggalkannya di meja. Ia beranjak mencari-cari sesuatu dan menemukan seutas tali. Ia mengikatkan tali itu tepat di bawah pintu dengan bantuan sebuah kursi. Ia bermaksud bunuh diri.

Seteah selesai mengikatkannya, Tuan Syam lalu mengambil secarik kertas yang ada di mejanya. Kertas itu berisi puisi yang belum selesai diguratnya. Ia mengambil posisi tepat di bawah tali gantungan itu sambil bertumpu di sebuah kursi. Ia lalu sejenak membacakan puisinya dengan lantang. Sementara itu, irama sunyi yang lirih mengiringi peristiwa tersebut.

demi musim hujan yang bersemi
segala rasa, jiwa dan kata-kata
lebur dalam nyawa
laksana gerimis menumbuhkan tanah

sajakku, sajak alap-alap
kuukir dalam pesona gelap
tiada mata, tiada telinga
tiada jiwa terjaga:
-tak percaya-

ada daun bertasbih
mengisahkan jejak senja esok hari;
hawa menjadi perkasa oleh pesona sapa
menimbun anak manusia dalam tumpukan harta

ah, tiba-tiba kusaksikan rintih dari dalam bumi
menagih janji dari serpihan lalai:
-mengajaknya kembali-

saat itu, harta terbungkus sia-sia
menjadi nanah,
dan segala kan bertanya:
-hanya tanah menggali tanah-

Tuan Syam tak dapat melanjutkan lagi puisinya. Dengan seketika, ia menjatuhkan diri dari atas kursi. Lehernya tergantung oleh tali. Bersamaan dengan peristiwa gantung diri, musik berakhir dan lampu dipadamkan secepatnya.

SELESAI
*) Pernah dipentaskan dalam Temu Karya Teater Se-Jawa Timur di Unisda Lamongan, 2010.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest