Sabtu, 25 September 2010

Politik Sepak Bola

Heri Latief
http://politik.kompasiana.com/

Politik itu seperti “game” kata Henry Kissinger, apakah sport itu juga sejenis permainan yang bisa dipolitikkan?

Menonton sepak bola di akhir minggu sudah menjadi tradisi bagi orang Barat, apalagi di zaman sekarang banyak kanal televisi spesial buat acara sport, otomatis semakin maraklah dunia para pecinta sepak bola, dan tentu saja onderdil dari acara nonton bola adalah makanan kecil (chips), dan bir pasti ada untuk meramaikan suasana.

Pernah ada penelitian yang menyatakan, ada indikasi kuat di saat acara pertandingan sepak bola World Cup ternyata ada hubungannya dengan kenaikan angka kelahiran di Belanda. Hal tersebut terdeteksi dalam bentuk masa kehamilan setelah acara pertandingan bola internasional tersebut selesai.

Mungkin anda juga setuju bahwa prestasi sepak bola di Belanda terkenal namanya melalui Johan Crujff, Ajax dan Rinus Michels. Ketiga nama tersebut punya sumbangan besar dalam dunia persepakbolaan Belanda.

Johan Crujff lahir di Amsterdam, 25 april 1947, terkenal sebagai pahlawan sepak bola Belanda, yang juga pernah jadi pelatih sukses di klub Barcelona (1988-1996).

Menir Cruijff memang aslinya jagoan menggocek bola yang pada akhirnya menghasilkan gol kemenangan. Kawan dan lawan mengakuinya sebagai salah satu seniman bola di dalam dunia persepakbolaan.

Ajax adalah nama klub sepak bola terkenal dari Amsterdam, didirikan 18 maret 1900, punya stadion megah Amsterdam Arena yang atapnya bisa ditutup dan dibuka.

Musuh bebuyutannya Ajax yang paling terkenal adalah Feyenoord, didirikan 19 juli 1908, bermarkas di stadion Kuip (Rotterdam), yang suka nonton kompetisi Eropa pasti kenal nama klub sepak bola kebanggan kota Rotterdam ini.

Feyenoord diasosiasikan dengan sebutan “het is een club van arbeiders”, klub sepak bolanya kaum buruh.

Ajax fans yang punya grup inti fanatik bernama F-Side itu pernah tawuran habis-habisan melawan SCF Hooligans sebutan buat fans Feyenoord.

Kejadiannya di lapangan kosong dekat kota Beverwijk (23/03/1997), yang memakan korban jiwa dari F-Side karena kepalanya kena pentung martil, pertempuran dua musuh bebuyutan itu ada film dokumentasinya di Youtube.

Para fans sepak bola Belanda memang suka ganas gila-gilaan dalam hal melakoni perang antar klub sepak bola, padahal mereka tahu semuanya, jika terjadi pertandingan sepak bola antara tim Belanda dengan Jerman misalnya, maka geng hooligans Belanda itu tiba-tiba bersatu, bersama-sama nonton pertandingan sepak bola via televisi layar lebar di kafe-kafe di sekitar Leidseplein, bersorak sorai mendukung tim Belanda tanpa membedakan pemain yang berasal dari bukan klub pujaannya. Bersatu sesaat demi nama persatuan sepak bola Belanda.

Sepak bola juga sebagai salah satu faktor keuntungan dalam ekonomi Belanda, contohnya Ajax yang terdaftar di pasar bursa efek. Karena sepak bola identik dengan fans, maka angka penjualan segala atribut yang berhubungan dengan klub pujaan makin hari makin meningkat, belum lagi uang hasil dari penyiaran pertandingan, dan selalu muncul fans baru sebagai langganan potensial untuk membeli segala macam produk promosi dari klub gacoannya.

Sepak bola sebagai hiburan rakyat yang murah meriah, olah raga sebagai alat pemersatu dan sekaligus juga sebagai alat untuk bersaing dalam bisnis menjual hak acara pertandingan sepak bola di media televisi.

Apa ada yang ingat nama pelatih tim Belanda Rinus Michels alias “Sang Jendral” (9 februari 1928 – 3 maret 2005), yang namanya jadi legenda dalam dunia persepakbolaan dunia, di tahun 1999 menir Michels dipilih oleh FIFA sebagai pelatih terbaik di abad ke 20.

Michels adalah pelatih sepak bola tersohor dengan ilmu menyerangnya, yang dibilang “Total Football”. Ia pernah menyatakan bahwa pertandingan sepak bola adalah sejenis “perang”, para gladiator di lapangan bertugas hanya untuk menang dan menang, jargonnya mirip sejenis strategi militer dicampur lihainya kaki menggocek bola.

Dalam dunia politik kita bisa lihat juga ada istilah politik sepak bola, menggocek bola dalam kotak pinalti, mengharapkan ada yang mentekelnya, lalu terjatuh, dan lawannya dapat kartu merah dari wasit, tendangan pinalti pun sebagai kadonya, memanipulasi permainan politik dengan memakai taktik bola liar, seperti yang dipamerkan dalam dunia politik Belanda pada saat ini.

Kemarin saya lihat siaran langsung di televisi Belanda, perdebatan di parlemen mengenai kasus Sudan (Tragedi Darfur), dengan para pengeritiknya: Rita Verdonk dari partai Trots Op Nederland bersama PVV (partainya Geert Wilders) dan VVD (Liberal) menginginkan agar bantuan kemanusiaan dari pemerintah Belanda ke Sudan di stop, dengan alasan karena mentri luar negeri Belanda Eimert van Middelkoop tidak diberi visum untuk mengunjungi Darfur.

Dengan gaya taktik politik main bolanya Belanda, maka dilemparkanlah ke gelanggang sebuah bola liar yang diberi judul “stop bantuan demi kemanusiaan”, jargon yang rada aneh kedengarannya, tapi memang sekarang ini ada semangat besar dari politisi kanan untuk mengurangi bantuan dana terhadap negara dunia ketiga, dengan alasan parahnya situasi korupsi, yang pada akhirnya menindas rakyatnya dengan memakai dana bantuan dari Barat.

Usul ke 3 partai kanan tersebut dibantah oleh menteri kerjasama pembangunan Belanda Bert Koenders (PVDA), yang menyatakan bahwa ada 1,2 juta rakyat Sudan menderita jadi pengungsi akibat perang, dan dana bantuan tersebut diberikan kepada LSM yang mengurusi para pengungsi.

Sinyal dari politik Belanda hari ini makin jelas: urusan penting dalam negeri mesti segera dibenahi, karena masalah pendidikan dan kesehatan telah menjadi momok dalam persoalan politik selama hampir 25 tahun lamanya, menuai kekecewaan rakyat Belanda terhadap gaya plintat-plintut politik Den Haag. Rakyat perlu kejelasan tentang masalah krisis politik, bukan cuma disuguhi pertunjukan politik demi usaha memojokkan kehidupan kaum pendatang.

Resesi ekonomi Amerika akan terasa beberapa bulan lagi kata seorang pejabat bank sentral Belanda, tapi kepercayaan konsumen kini telah menurun tajam, semua serba mahal, dan ironisnya pengamat ekonomi menyerukan “pembekuan gaji”, rakyat diminta supaya bisa super sabar menghadapi situasi naiknya harga minyak, yang rupanya mulai menyerang cara hidup konsumerisme masyarakat Belanda.

Semboyan “stop bantuan demi kemanusiaan” nampaknya mulai dipercaya sebagai jampi-jampi penolak bala. Jika saat ini ada pemilu di Belanda, partai barunya Rita Verdonk akan mendapatkan 20 kursi.

“Akan tetapi iklim politik Belanda itu belum bisa menerima adanya sejenis Partai Islam Demokrat”, demikian kata politikus Mohamed Rabbae, bekas pelarian politik, yang lahir di Berrechid, Marokko, 8 maret 1941, berasal dari partai Groenlinks, yang berbicara atas nama fakta, bahwa kebutuhan politik kaum muslimin di Belanda belum mendapat tempat yang layak.

Bola panas soal partai islam demokrat dari Rabbae dilempar ke gelanggang politik Belanda disertai juga komentarnya:“Geert Wilders is een politieke hooligan”. Rabbae bertanya kembali soal kepercayaan terhadap ide rechtsstaat alias negara hukum.

Di abad ke 21 ini, keributan politik di Eropa, khususnya Belanda sepertinya mau dibawa kembali ke zaman perang salib, di atas panggung teater intrik politik negara kaya, para politisi bersaing atas nama kesucian moral demokrasi Barat, melawan ketidakadilan akibat perbedaan warna kulit yang juga berbeda agama?

Bola liar politik Belanda lagi ditendang kesana-kesini, memanaskan suhu dingin di musim semi, dan jangan lupa tiap akhir pekan ada acara pertandingan sepak bola di televisi, bir pun dijadikan teman dalam rangka menikmati olah raga kerakyatan tanpa melihat perbedaan warna kulit atau pun agama. Proost!

Amsterdam, 9 April 2008

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest