Azizah Hefni
http://www.suarakarya-online.com/
Pagi-pagi sekali, Marji sudah mandi. Pakaiannya sudah rapi. Rambutnya di belah pinggir, di beri minyak agar terlihat klemis. Ia juga sudah menyisir alisnya yang tebal, juga kumis tipisnya. Baunya pun wangi. Maklum, sabun mandi yang ia pakai tadi bukan lagi sabun bonus semen atau cat tembok, melainkan sabun merek ternama, yang biasa diiklankan di tivi.
Sebelum berangkat, Marji menengok istrinya, Karni, yang sibuk mencuci setumpuk pakaian di sumur belakang. Tampak dari belakang, punggung istrinya melengkung, dan gelungan rambutnya banyak yang terlepas. Pantat istrinya yang bergoyang-goyang saat kedua tangannya mengucek pakaian-pakaian, tampak seperti pantat badut di pasar malam. Kulit istrinya hitam, lebih hitam dari Marji (apalagi kulit lehernya!). Mungkin terlalu sering terpanggang matahari.
Marji pernah ingat kata-kata almarhum emaknya, kalau daya tahan kulit perempuan lebih sensitif dan rentan dibanding laki-laki. Kasihan Karni, batin Marji. Ia bekerja terlalu keras. Selain sebagai buruh cuci, Karni juga membantu ngemong dua anak tetangga, Mbak Tri, yang ditinggal kerja kedua orang tuanya sampai menjelang petang.
“Aku berangkat dulu, dik,”
Karni segera menoleh. Bibirnya yang cukup tebal tertarik lebar. Matanya yang sipit, namun berbulu mata lebat dan runcing, menyiratkan lelah. Ia mengangguk lembut, mengusap keningnya dengan tangan kanan, sampai tak dirasa, busa cucian menempel. “Mas, bekerjalah dengan hati senang,”
Marji tersenyuman. Tak salah ia memilih Karni sebagai pendamping hidupnya. Sekalipun, pada mulanya, banyak orang meremehkan pawakan Karni, termasuk ibunya sendiri. Karni memang memiliki lengan kekar, berkulit dan berwajah keras, serta betis yang besar, namun siapa sangka jika hatinya selembut kapas? Selama hidup dengannya, Karni tak pernah menuntut apa-apa. Sebaliknya, ia banyak membantu Marji meringankan beban hidup. Karni seorang pekerja keras.
Berbekal senyum istrinya itu, Marji berangkat penuh semangat. Kali ini, Marji tidak akan menjajakan jasa sebagai pemotong rumput keliling seperti biasanya. Marji diajak Pak Darmono, tetangganya, untuk mengecat rumah seorang kaya raya yang baru saja pindah. Pak Darmono memang sudah empat kali ini melibatkan Marji dalam pekerjaan cat-mengecat. Menurut laki-laki paruh baya itu, garapan Marji halus dan bagus.
Setelah berjalan kurang lebih dua puluh menit, Marji sampai di rumah yang akan digarapnya. Rumah itu cukup besar. Pak Darmono belum datang. Maka, Marji mendekati pagar, lalu memencet bel. Tak lama, keluarlah seorang perempuan cantik berambut panjang. Perempuan itu membuka pagar, dan mempersilahkan Marji masuk.
“Kamu Marji, ya?” Tanyanya. Marji mengangguk ramah. Perempuan itu melihat Marji dari kaki sampai kepala. Ia lantas manggut-manggut. “Sudah ada bahan-bahannya. Kemarin Pak Darmono juga sudah mengangkat andang dari rumahnya. Sekarang dia pergi ke toko bangunan, membeli cat tambahan. Jadi, kamu kerjakan dulu,”
Marji mengangguk. Ia lalu meletakkan ransel di lantai, dan mulai berganti pakaian (Pakaian kotor khusus untuk mengecat). Setelah itu, ia mulai mencampur kalsium, semen putih, dan lem. Marji mengaduknya secara perlahan. Ia akan memlamir tembok terlebih dahulu.
Di tengah-tengah ia bekerja, tiba-tiba terdengar nyanyian dari dalam kamar mandi. Pemilik rumah sedang mandi, batin Marji. Ia menyanyi dangdut. Indah betul suaranya. Sambil mengecat, kepala Marji manggut-manggut, menikmati alunan suara.
Tak berapa lama, keluarlah pemilik rumah itu dari kamar mandi (Marji bisa menebaknya, karena ada derit pintu terbuka). Tiba-tiba, perempuan itu memanggil-manggilnya. “Marji, sini!”
Mendengar namanya dipanggil, Marji bersegera masuk rumah. Namun, betapa kagetnya Marji. Perempuan yang sebetulnya belum ia kenal itu sudah berdiri dengan balutan handuk jauh di atas lutut. Rambutnya basah, begitu juga kulit pundak, lengan, dan kakinya. Tubuhnya yang sintal dan terang, terlihat segar dengan titik-titik sisa air.
“Di ruang tamu itu, banyak tembok yang terkelupas! Jangan sampai lewat!”
Marji mengangguk. Perempuan itu berbalik pergi. Cara jalannya menyita perhatian (irama pantatanya itu!). Marji lalu kembali ke halaman, mengangkat tong besar berisi bahan campuran dan segera menuju ruang tamu. Ia naiki andang dan mulai bekerja.
Setengah jam kemudian, perempuan itu keluar dari kamarnya. Ia sudah berpakaian rapi. Pakaiannya kuning terang, dengan rok mini lebih matang. Sepatunya tinggi, warnanya senada. Begitu juga dengan tasnya. Ia terlihat sangat elegan, elit dan tentu saja, cantik. Rambutnya dibiarkan terurai. Wajahnya yang proporsional (ukuran hidung, bentuk bibir, mata, kening, pipi, sampai dagu semuanya begitu indah dan pas!) dimake-up. Ia benar-benar seperti artis di tivi!
“Aku tinggal ke kantor dulu,”
Marji mengangguk dengan ramah. Perempuan itu lantas pergi ke garasi, menyalakan mesin mobil, dan meluncur dengan cepat.
Tak berapa lama, Pak Darmono datang. Ia datang dengan sebuah mobil pick up, utusan dari toko bangunan. Marji buru-buru turun dan membantu Pak Darmono mengangkut bahan-bahan mengecat dari jok belakang mobil. Setelah usai dan keduanya mulai bekerja di dalam ruangan, Marji bertanya, “Siapa pemilik rumah ini, Pak?”
“Namanya Mbak Diyah. Dia janda cerai. Dia bos di perusahaan ayam potong,”
Marji mengangguk-angguk.
“Cantik ya?” Timpal Marji kemudian. Pak Darmono hanya tersenyum.
* * *
Marji pulang pukul lima sore hari. Saat tiba di rumah, dilihatnya Karni sedang menonton tivi. Marji melihat wajah Karni. Wajah itu masih sama seperti tadi pagi. Rambutnya juga masih sama, berantakan. Dan, yang paling terasa, bau badan Karni, bau asap bercampur keringat lembab. Marji menggigit bibir.
“Kamu belum mandi, dik?”
Karni menggeleng, “Nanti malam saja, mas. Tadi, nggak sempat. Setelah nyuci, langsung nganter anak-anak Mbak Tri. Mereka ada kegiatan kerja bakti di sekolah. Jadi, pulangnya sore. Aku menunggui mereka. Sepulangnya dari sekolah, aku menyetrika pakaian. Lalu, mas datang,”
Marji tersenyum kecut.
* * *
Esok pagi, Marji, seperti biasa berangkat ke rumah Mbak Diyah untuk mengecat. Dan seperti kemarin, Pak Darmono terlambat datang.
Di rumah itu, Mbak Diyah tampak sedang santai membaca majalah dengan posisi berbaring di sofa. Kulit-kulit Mbak Diyah berlumuran cream putih, tak terkecuali wajahnya. Ia tampak seperti hantu pagi itu.
“Hari ini, Pak Darmono tidak masuk, istrinya sakit. Kamu kerjakan dapur dulu. Setelah dapur selesai, kamu plitur pintu depan, biar dari luar bisa segera terlihat bagus,”
Marji mengangguk. Marji segera menggeser andang ke dapur dan mulai bekerja.
Tak lama, Mbak Diyah berjalan dengan balutan handuknya, dan membawa keranjang kecil berisi banyak botol kosmetik. Marji melirik. Di dalam keranjang itu ada lulur, alat cukur, dan botol-botol bergambar perempuan yang mereknya tak bisa dengan cepat dibaca Marji. Mbak Diyah masuk kamar mandi, dan menutupnya. Karena letak kamar mandi bersebelahan dengan dapur dan di atas pintu kamar mandi ada ventilasi kaca, maka Marji bisa melihat apa yang ada di dalam kamar mandi. Marji melihat Mbak Diyah meletakkan keranjang, mengurai rambut, dan melepas handuknya.
Marji tiba-tiba gemetaran. Ia segera mengalihkan pandangan.
Saat suara gebyar-gebyur air terdengar, tiba-tiba saja Marji ingin melihat Mbak Diyah lagi. Marji sempat bimbang, namun kebimbangan itu sirna saat suara Mbak Diyah terdengar sangat empuk mengalun. Karena tak mampu menahan penasarannya, Marji melirik lagi. Terlihat Mbak Diyah yang sudah telanjang bulat. Tubuhnya yang tadi dilumuri cream putih, kini terlihat mengkilat setelah terkena air. Bagian tubuhnya, semuanya proposional dan indah. Ia mengguyur tubuhnya sambil bergoyang layaknya penyanyi. Sesekali mengangkat sebelah tangannya, sebelah kakinya, atau menggerak-gerakkan kepalanya. Marji tak bisa melepaskan pandangannya. Pemandangan itu begitu indah.
Bahkan, setelah Mbak Diyah keluar dari kamar mandi, Marji masih ingat tubuh Mbak Diyah yang halus seperti plastik. Saat ia memoles tembok dengan plamir, ia membanyangkan ia sedang melumuri tubuh Mbak Diyah yang sintal dengan cream putih. Saat ia mulai mengecat tembok dengan warna krem, ia membayangkan itu warna kulit Mbak Diyah yang langsat, dan Marji menggosok-gosoknya. Dan saat Mbak Diyah memintanya untuk memlitur pintu ruang tamu lebih dulu, Marji membayangkan dirinya sedang memoles kulit padat Mbak Diyah sampai mengkilat.
* * *
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Marji masih ingat tubuh Mbak Diyah yang indah itu. Ia bergumam, betapa bodohnya suami Mbak Diyah menceraikannya.
Ketika Marji sampai di rumah, ia melihat Karni sedang me-lap kakinya dengan kain. Marji melihat kaki istrinya itu berdarah. “Lho, kenapa kakimu itu?”
“Tadi kena pecahan gelas, mas,”
Marji duduk menyebelahi Karni. Dilihatnya kaki istrinya. Telapak kakinya pecah-pecah, sepanjang betis banyak bekas-bekas luka. Ada sisa terkena knalpot, ada sisa kena sayatan pisau, ada sisa gigitan monyet. Bulu kaki Karni juga panjang. Marji tiba-tiba ingat sepasang kaki Mbak Diyah yang tak tergores sedikitpun. Kaki itu sangat putih dan mulus, seperti tembok yang tadi dicatnya. Marji merasa, kaki Karni ini lebih mirip dengan tembok rumahnya, yang sudah menguning, mengelupas, dan retak-retak.
Apalagi, seperti biasa, Karni belum mandi (Sejak kemarin, ia mandi di atas jam sembilan malam). Bau badan Karni tidak sedap. Marji melihatnya pun tak nyaman, Kulit mukanya berminyak, ia mengeluarkan banyak keringat.
“Lain kali, jangan ceroboh! lihat kulitmu itu, buruk sekali!”
Karni kaget mendengar nada bicara suaminya yang tegas, “Satu lagi, besok mandi pagi-pagi. Gosok badanmu itu dengan sabun. Yang banyak, biar kulitmu bagus!”
Marji bangkit, dan bilang, ingin mandi karena gerah. Melihat muka suaminya yang masam, Karni terbengong-bengong.
* * *
Marji kembali berangkat kerja. Ia tak sempat sarapan, karena Karni sudah hendak pergi. Hari ini, Karni harus mengantar momongannya rekreasi pukul enam pagi.
Sesampai di rumah Mbak Diyah, Marji segera menyelesaikan tugasnya. Kali ini ia mulai mengecat kamar tamu. Mbak Diyah, seperti biasa, asyik bernyanyi di kamar mandi. Tak berapa lama, Mbak Diyah keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk. Ia menghampiri Marji dan berkata, “Marji, jangan pulang dulu sebelum aku datang dari kantor. Aku akan membayarmu hari ini. Aku akan membayarmu tiap tiga hari sekali,”
Marji mengangguk mengerti
“Aku usahakan pulang sebelum jam kerjamu habis,” Setelah mengatakan itu, ia mengerling, kemudian pergi. Tentunya, pandangan Marji tersita pada pantat Mbak Diyah yang bergoyang.
Marji terus bekerja. Hari pun beranjak sore. Marji mulai kelelahan. Tapi, bila ingat Mbak Diyah akan membayarnya hari ini, lelah itu jadi tak terasa. Dan Mbak Diyah memang tiba 5 menit sebelum jam kerja Marji habis. Ia minta Marji masuk ke kamarnya.
“Ini bayaranmu,” diulurkannya uang merah tiga lembar pada Marji.
Melihat itu, Marji terkejut, “Wah, banyak betul. Katanya tiga hari?”
“Karena, garapanmu sangat bagus,”
Sekalipun ragu, Marji akhirnya menerimanya. “Terimakasih, mbak,”
“Apa keahlianmu hanya mengecat?”
“Saya ini pekerja serabutan, mbak. Apa saja, insyaallah, bisa,”
“Kalau begitu, apa kamu bisa mijat?”
“Mijat?” Matanya terbeliak.
Mbak Diyah mengangguk. “Punggungku capek sekali. Tolong pijat aku dulu,”
Tanpa menunggu persetujuan Marji, Mbak Diyah, melepas pakaiannya, lalu merebah ke tempat tidur. Marji hanya mematung melihatnya. Kakinya gemetaran. Perempuan itu kemudian tengkurap di kasur, dan meminta Marji segera memijatnya.
Baru selangkah Marji mendekat, tiba-tiba di luar ada yang mengetuk pintu. Mbak Diyah berdecap kesal. Dengan sedikit kesal, ia meminta Marji segera membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Saat Marji melihatnya, ternyata itu Sumilah, tetangga Marji.
“Istrimu pingsan, Ji! Tadi waktu di bis, dia sempat mengeluh badannya linu-linu! Pulang dari rekreasi, dia langsung pingsan!”
Marji terkejut dan buru-buru pulang.
* * *
Ternyata Karni kena rematik. Badan Karni juga lemas, mungkin kecapekan kerja.
“Mas, Maafkan aku ya…Gara-gara aku, mas libur kerja tiga hari ini…”
Marji tersenyum, sambil mengelus-elus pipi Karni yang kasar dan berminyak, kemudian menciumnya. ***
* Malang, 9 Mei 2009
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Senin, 27 September 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar