Minggu, 06 Juni 2010

Melodrama dan Tragedi: Kawan Bergelut

Judul Buku : Serimpi: Sebuah Dedikasi untuk Perempuan
Penulis : Rohana Handaningrum
Penerbit : Jaring Pena
Cetakan : Pertama, Januari 2010
Tebal : 138 halaman
Peresensi : S. Jai
http://www.surabayapost.co.id/

Perjuangan keras manusia demi pengutuhan diri dalam sejarah umat manusia tak kunjung usai. Usaha ini tergambar jelas dari pergulatan sikap romantisme dalam dirinya, sekukuh romantisme itu sendiri. Keduanya saling mendaku dalam menempatkan antara sesuatu dunia yang diidealkan dan harapan akan memboyong cinta yang harmonis dengan Tuhannya.

Pendeknya, di satu sisi berkawan dengan pikirannya, di sisi lain bergelut dengan keindahan mimpi dan perasaannya yang mendalam.

Inilah yang hingga dewasa ini masih pula diperdebatkan apakah keduanya bisa berdamai dalam satu kenyataan (realisme) ataukah saling dipertentangkan (hiperrealisme). Pandangan kritis tersebut, nampaknya juga berdampak pada estetika dunia fiksi, tak terkecuali prosa, meskipun dengan kerendahan hati prosa senantiasa sanggup menampung keduanya—realisme, lukisan khayal, bahkan mimpi. Kendati pada sisi lain kerendahatian fiksi juga mengambil resiko kesanggupan untuk menampung apapun: melodrama sekaligus tragedi yang berdiam atau melintas pada diri tokoh-tokohnya.
Mengutipi kamus sederhana Simpliology-nya Mark Joyner, melodrama sebagai situasi yang tidak bisa dihindari, terlepas dari usaha terbaik sang korban peristiwa dan tragedi sebagai lakon yang menggambarkan berbagai peristiwa malang akibat kelemahan karakter seseorang. Pada melodrama, ada takdir yang menempatkan dirinya dalam situasi hitam atau putih. Sementara tragedi lebih menyingkap kesanggupan untuk mengampu pada keyakinan yang hidup dan tumbuh dalam dirinya. Semacam konflik dalam diri akibat tragika antara nasib dan kebebasan, antara “hukuman” dan hasrat jiwa.

Titik temu dari silang sengkarut itu ada pada kualitas karakter tokoh-tokoh secara psikologis—meski sudah barang tentu sonder lepas dari aspek sosiologis. Ada tiga demensi yang terbentuk karenanya, yang dalam bahasa Giddens disebut motivasi tak sadar (unconciuous motives), kesadaran praktis (practical consciousness) dan kesadaran diskursif (discursive counsciousness). Pada dunia fiksi, ketiga-tiganya tentu bisa berkecamuk dalam satu dunia, meski tentu ada yang mendominasi.
Membaca sebagaian besar cerita-cerita dalam kumpulan cerpen Serimpi, karya Rohana Handaningrum bergerak dalam pergumulan itu. Ada dominasi tampilan kesadaran diskursif yang mengacu kepada kapasitas penulis baik antar teks maupun melalui tokoh-tokohnya untuk merefleksikan secara rinci serta eksplisit dibanding dua kesadaran yang lain. Utamanya, kesadaran itu tampak jelas pada penggunaan “teks lain.” Hal ini mengingatkan gaya penyampaian novel laris The Name of The Rose-nya Umberto Eco. Seakan-akan ada intertektualitas di setiap satu cerita. Teks lain yang mendahului setiap cerita jelas dimaksudkan sebagai suatu dunia yang diidealkan, sementara cerita itu sendiri adalah dunia yang lain.

Pada Serimpi nampak sekali masalah psikologi yang tidak pernah tuntas di dunia keilmuan, ternyata telah sanggup dilampaui dalam dunia fiksi—cerita pendek. Bahkan sebaliknya penulis punya keberanian untuk menyoal, menggugat, atau setidaknya mempertanyakan. Keberanian yang berbekal kepekaan dan kecerdasan untuk tidak hanya menerima “dunia” apa adanya. Mungkin dalam pengertian sastra bukan kecerdasan yang sungguh-sungguh ada pada Rohana. Melainkan kejujuran. Kejujuran serta kerendahan hati bahwa ia memang berbakat untuk mempersoalkan, mempertanyakan, menggugat kehidupan yang melintas padanya.

Dimatanya, bahkan dengan kacamata psikologi, terlalu banyak yang disaksikan dunia ini omong kosong, ketidakseimbangan, atau lebih tepatnya potongan-potongan yang tidak utuh, karena dalam ilmu psikologi pun nyata-nyata otak terlampau mendominasi. Karena itu, Rohana mempertimbangkan sungguh selain penguasaan ilmu psikologi yang cukup matang, ia sangat perlu menghadirkan hati—kepekaan rasa kemanusiaan dan ketuhanan yang dalam bahasa saya sebetulnya keberanian untuk menciptakan ketegangan antara yang imanensi dan transendensi.

Karena itu, ia cukup tahu ketika memasuki wilayah ini merupakan wilayah kunci sekalipun tidak secara eksplisit memihak kepada yang benar atau yang salah, yang hitam atau yang putih. Hati punya ukurannya sendiri, juga tentang kebenaran. Bahkan hatipun punya nalarnya sendiri. Yang menarik sebelum cerita-ceritanya “menusuk hati” penulis memang sedang berjuang untuk tidak sunguh-sungguh memilih dikotomi benar-salah, hitam-putih. Ia sadar tak sudi terjebak nalarnya sendiri yang dalam keseluruhan cerpennya membuktikan ketakharmonisan, ketakadanya pengutuhan kualitas hidup. Di otaknya ia terus bergolak bahwa pikiran orang lain telah sedemikian masif menggergaji bagian-bagian tubuh (perempuan).

Dengan sadar dan ketaksadarannya yang tinggi cerita-ceritanya ditulis atas spirit mengutuhkan rasa kemanusiaan itu. Sebagai seorang yang paham psikolog, apalagi jebolan jurusan psikologi, tentu Rohana telah menyentuh wilayah apa yang disebut Gustav Jung bahwa setiap benda padat memiliki sisi-bayangnya sendiri. Bagian bayang dari pikiran adalah bagian esensial dari bentuknya. Mengingkari bayangannya sendiri berarti kehilangan kepadatan, menjadi semacam hantu.

Dari sinilah kemudian, ia berpendapat pengakuan atas sisi gelap manusia ini sangat penting kalau kita ingin mencapai kepenuhan integritas diri dan bertindak secara lebih realitis. Penulis pun tak lupa mempertanyakan siapa sebetulnya yang menciptakan sisi gelap dan terang kenyataan hidup di semesta ini? Sebagai dunia fiksi, cerpen-cerpen Rohana memang tak menjawab pasti pertanyaan itu. Barangkali cerpen-cerpennya dimaksudkan menyelipkan jawaban atas pertanyaan itu dalam bentuk pesan. Akan tetapi pesanpun dalam dunia fiksi tidak terlampau penting. Justru yang terpenting dalam fiksi adalah kesan dan cerpen-cerpen Rohana cukup berkesan.

Dari sisi mempertimbangkan estetika seperti itu, kirinya Rohana sangat mungkin terhitung pengarang muda yang berbakat. Bukan tidak mungkin kelak di kemudian hari bila ia sanggup mengasah bakat dan kepekaannya, Rohana bisa meledakkan segenap daya kepangarangannya lebih matang. Pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam karyanya (semacam filsafat dalam sastra—meskipun sastra tak menyampaikan ajaran filsafat) tentu bakal lebih esensial. Dalam hal ini sudah tentu wilayah yang dimaksud adalah imajinasi, persepsi, intuisi, interpretasi atas kehidupan dipilihnya menjadi lebih kaya. Sebagai pembaca, terkesan bahwa cerita-cerita Rohana sangatlah inspiratif dan cukup menggugah dari keempat hal tersebut.

Pada cerpen Masokhis misalnya, ia menterjemahkan dan mengajukan penafsiran cinta dengan rasa sakit. Lalu, gadis yang dicap anak haram yang perawan menguji keperjakaan lelaki yang sepuluh tahun lebih tua darinya dalam Parabhen. Cerpen Larasati tak jatuh sentimentil, meski tentang kesulitan tokoh untuk jatuh cinta karena sedang mengalami bisu tuli. Dari sisi teknik penceritaan paling unggul pada Skandal dengan kejutan yang luar biasa mengarah pada berbau mistis atau surealis.
Pada cerpen Sepenggal Aku, ada nuansa yang sangat biografis. Namun dalam fiksi tidak menjadi soal apakah itu biografis atau bukan. Cerpen ini sangat kaya dengan kemungkinan lukisan dan persepsi sosial. Sementara cerpen Serimpi boleh dikata paling kuat mencerminkan pandangan dunia pengarang dalam hal masalah sosial—utamanya masalah kemiskinan yang menjadi background dari hampir keseluruhan cerpen Rohana. Pertanyaan yang tak mudah dijawab dengan analisa yang miskin adalah mengapa Rohana memilih segenap daya kepangarangannya dalam buku ini, mengarahkan mata penanya pada orang-orang miskin?

Kiranya inilah pertanyaan yang menggoda dan tak kalah menariknya yang menjadi bagian paradigma estetika Rohana Handaningrum.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest