Senin, 14 Juni 2010

Bangkit dari Bencana Bersama Kebudayaan

Triyanto Triwikromo
http://www.suaramerdeka.com/

Bencana -sepanjang 2006- agaknya menjadi hantu yang menebarkan rasa takut kepada siapa pun di negeri ini. Pada 27 Mei, misalnya, gempa berkekuatan 5,9 skala Richter telah membuat berbagai tempat di Jawa Tengah dan Yogyakarta luluh lantak.

Rumah-rumah dan gedung-gedung perkantoran roboh. Penduduk kalang kabut. Sebagian meninggal. Sebagian bertahan meneruskan kehidupan dalam kesedihan.

Air mata belum mengering, pada 28 Mei, lumpur panas disertai gas beracun menyembur di dekat sumur gas milik PT Lapindo Brantas Inc di Desa Renokenongo, Porong, Sidoarjo. Lumpur menggenangi permukiman penduduk, sawah, ladang, kawasan industri, dan jalan tol. Diduga hal ini terjadi karena Lapindo abai memasang selubung bor (casing) yang harusnya dipasang pada kedalaman 8.500 kaki atau sekitar 2.590 meter, di bawah permukaan tanah. Casing ini berfungsi untuk mengantisipasi potensi kemenghilangan sirkulasi lumpur dan tendangan balik yang memuntahkan lumpur ke atas.

Bukan hanya itu. Pada 20 November angin ribut menghajar Desa Kauman Kecamatan Kemusu, Boyolali. Ada yang terluka, 14 rumah dan sekolah roboh, serta 327 rumah rusak ringan. Malah pada hari sama di Kecamatan Sumberlawang, Sragen, 4 rumah roboh. Sebelumnya, mulai Januari, angin ribut juga menumbangkan berbagai sendi kehidupan di Jawa Tengah.

Tentu di luar itu kerusuhan di Poso sejak 9 Januari saat bom meledak di depan pintu gerbang Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Sion Poso hingga 29 September ketika ratusan orang menyerang Markas Polsek Pamona Timur, serta 16 Oktober saat pejabat Ketua Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Pendeta Irianto Kongkoli tewas, terus saja melukai rasa keamanan dan ketenteraman warga.

Bencana Lain

Itu hanya sedikit contoh dari bencana-bencana yang bersifat fisik. Menurut pendapat Sutanto, budayawan dari Mendut, Magelang, bencana lain yang kita alami lebih dahsyat lagi.

Ada bencana moral -semisal kasus Yahya Zaini dan Maria Eva, Aa Gym, Lidya Pratiwi, atau Alda- yang belum terpecahkan penyelesaiannya. Ada bencana sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan yang racunnya telah menebar sebagai virus. Ada juga penghinaan terhadap perempuan dan keperempuanan yang tak kunjung henti.

”Yang tampil ke permukaan hanya sekelumit. Yang tersembunyi dan menimbulkan persoalan lebih dahsyat justru belum kita pahami daya ledaknya,” jelas komposer yang bakal tampil sebagai pembicara dalam Asia Pasific Festival and Conference Februari mendatang itu.

Hal senada juga diungkapkan oleh Butet Kartaredjasa. Menurut pendapat komedian asal Yogyakarta itu, serangan gaya hidup konsumtif dan kapitalisme global yang melanda kehidupan masyarakat janganlah sekali-kali tidak dianggap sebagai bencana. ”Bencana semacam itu -yang kini antara lain mewujud dalam pendirian berbagai mal di Yogyakarta- akan mengubah gaya hidup masyarakat. Bahkan kian banyak televisi yang menebarkan tayangan yang mendangkalkan kemanusiaan, saya kira merupakan bencana yang sulit dihentikan juga,” kata dia.

Karena itu, Sutanto mengingatkan, hendaknya ada cara baru memandang bencana. ”Ketiadaan kata untuk menerjemahkan tsunami, misalnya, itu membuktikan betapa kita tidak dididik untuk memahami dan mengatasi bencana secara benar,” jelas seniman nyentrik yang bakal mempresentasikan makalah bertajuk ”The Wild Dream of Mountain Community Art” di Selandia Baru itu.

Bencana, dengan demikian, bukanlah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan. Bencana tak pernah bisa otonom dari kebudayaan. Begitu juga sebaliknya. Butet menandaskan, ”Bencana tidak bisa menafikan kebudayaan atau kesenian. Ia justru melahirkan ekspresi komunal baru, mengubah orientasi berkebudayaan, sehingga orang tidak melulu berpaku peye atau payu. Bencana justru membuat seniman mengelaborasi musibah menjadi kebudayaan.”

Tindakan Konkret

Lalu tindakan-tindakan kebudayan apa saja yang dilakukan para budayawan ketika menghadapi bencana yang dahsyat? Ada tindakan-tindakan yang masih menggunakan jalan kesenian sebagai cara untuk mengatasi bencana. Dalang Slamet Gundono, misalnya, bersama penyair Sosiawan Leak dan penari Mugiyono mengadakan pementasan di Jakarta. Hasil pementasan itu -juga beras dan tenda- mereka sumbangkan kepada korban gempa. ”Itu hanya berjalan tiga sampai empat minggu. Setelah itu, kami kembali ke jalan seni masing-masing.”

Gundono, misalnya, kemudian membuat wayang air, yakni wayang yang mengeksplorasi segala yang berkaitan dengan air. ”Ini semacam seni yang bersandar pada pergaulan manusia dengan lingkungan. Dalam situasi bencana semacam ini -saat orang kesulitan mendapatkan air sehat- seniman harus tak lagi asyik-masyuk hanya dengan estetika,” kata dalang yang mendukung kesuksesan film Opera Jawa karya sutradara Garin Nugroho itu.

Bukan hanya itu. Tindakan-tindakan estetis Gundana ternyata juga disertai dengan berbagai upaya konkret untuk menyelamatkan lingkungan dan wong cilik. ”Saya sedang berusaha mengajak siapa pun untuk membangun sumur resapan untuk wong cilik. Ini sebuah situasi yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Pada 2007 seniman atau budayawan harus lebih peduli pada publik. Estetika sebaiknya menghidupkan kehidupan. Jangan jauh-jauh dari derita masyarakat.”

Tindakan sama juga dilakukan oleh Butet, pemusik Djaduk, perupa Agus Suwage, atau Teater Garasi. Mereka -dengan cara masing-masing- selain memberikan bantuan kepada para korban gempa, juga kian menghidupkan kesenian dan kebudayaan sebagai cara pandang mengatasi bencana fisik maupun psikis yang tak henti-henti mendera bangsa ini. ”Hasil pentas-pentas amal yang telah saya lakukan bersama teman-teman telah digunakan untuk membangun semangat berkesenian yang lumpuh akibat segala fasilitas dihancurkan oleh gempa. Pak Dalang Timbul bisa mendapatkan gong perunggu kembali, seniman lain bisa mendapat fasilitas yang lain. Penyelamatan semacam ini juga tak kalah penting daripada penyelamatam fisik terhadap orang-orang yang dihantam bencana,” kata Butet.

Melangkah Lagi

Kini satu demi satu bencana dapat dilalui. Kehidupan harus terus berjalan. Bekal apa yang harus dijinjing untuk menghadapi warna kehidupan 2007 yang belum bisa ditebak gelap terangnya? ”Kita agaknya harus mengadakan ruwatan budaya yang melibatkan wong cilik. Ruwatan itu sebaiknya bisa digunakan bangsa ini sebagai penghiburan, penyadaran diri, dan pengeling-eling. Ruwatan itu harus meyakinkan kita betapa kebangkitan dari keterpurukan tak bisa ditawar-tawar lagi,” ajak novelis dari Banyumas, Ahmad Tohari.

Langkah lain ditawarkan oleh kiai-sastrawan nyentrik dari Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri. Kata dia, ”Kita sebaiknya melakukan tobat nasional. Semua melakukan introspeksi, mencari kesalahan-kesalahan sendiri, lalu berusaha memperbaiki dan berjanji tidak mengulangi. Kesalahan-kesalahan bersama diperbaiki bersama. Ini semua harus dilakukan dengan mendekat dan memohon kepada Sang Penguasa Tunggal.”

Selain itu, tandas Bisri, jangan lagi menggunakan politik (pada zaman Orde Lama) dan ekonomi (pada zaman Orde Baru) sebagai panglima untuk mengatasi berbagai persoalan yang mendera bangsa. ”Mengapa tidak mencoba budaya sebagai panglima?”

Ya, dengan bersandar pada ”kepemimpinan” kebudayaan, bangsa ini akan bisa segera bebas dari keterpurukan. Hanya, Sutanto, mengingatkan, ”Jika kita tetap tak mau belajar apa-apa dari bencana, apa pun tindakan kita hanya akan menjadi kekacauan baru. Sayang, saya melihat kita memang tidak belajar apa-apa dari bencana.”

Tidak adakah jalan keluar? ”Selamatkan kebudayaan berpikir. Jangan mau dijejali hal-hal yang mendangkalkan pikiran dan menghilangkan tindakan-tindakan besar kemanusiaan. Itu solusinya,” kata Sutanto menutup perbincangan.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest