Jumat, 28 Mei 2010

Yasunari Kawabata (1899-1972)

Nurel Javissyarqi*
http://pustakapujangga.com/?p=313


Yasunari Kawabata, lahir di Osaka 14 Juni 1899, meninggal di Kamakura 16 April 1972. Novelis Jepang yang prosa liriknya memenangkan Nobel Sastra 1968. Usia dua tahun yatim, lantas tinggal bersama kakek-neneknya. Neneknya meninggal ketika ia berusia 7 tahun, kakak perempuannya hanya sekali dijumpai setelah kematian orangtuanya, meninggal ketika Kawabata berusia 10 tahun, dan kakeknya ketika ia berusia 15 tahun. Pindah ke keluarga ibu, Januari 1916 ke asrama setara SMP, yang bolak-balik menaiki kereta api. Setelah lulus 1917, ke Tokyo berharap ujian masuk Dai-ichi Koto-gakko’ di bawah Universitas Kekaisaran Tokyo. Berhasil lulus tahun yang sama, masuk Fakultas Sastra Inggris. Juli 1920 lulus SMA, mulai di Universitas Kekaisaran Tokyo. Selain menulis sebagai wartawan Mainichi Shimbun di Osaka dan Tokyo. Menolak semangat militer yang menyertai Perang Dunia II, juga tidak terkesan pembaruan politik sesudahnya. Kawabata bunuh diri 1972, meracuni badan dengan gas. Banyak teori dikemukakan penyebabnya, kesehatannya memburuk, hubungan cinta gelap, pun keterkejutan bunuh diri Yukio Mishima 1970. Berbeda Mishima, ia tidak meninggalkan catatan, motifnya tidak jelas.
Menerbitkan cerpen Shokonsai Ikkei, karya yang hingga kini diakui nilai sastranya. Ketika kuliah, beralih jurusan Sastra Jepang, skripsinya “Sejarah singkat novel-novel Jepang,” lulus Maret 1924. Oktober 1924, bersama Kataoka Teppei, Yokomitsu Riichi dan sejumlah penulis muda memulai jurnal sastra Bungei Jidai. Ialah reaksi aliran sastra Jepang lama, khususnya Naturalis, saat yang sama bertentangan sastra buruh Sosialis. Ini gerakan seni untuk seni, dipengaruhi Kubisme Eropa, Ekspresionisme, Dada serta gaya modernis. Shinkankaku-ha sering keliru ditafsirkan Neo-Impresionisme. Istilah ini digunakan Kawabata untuk filsafatnya, gerakannya dipusatkan memberi impresi baru dalam penulisan sastra. (Okubo Takaki [2004] Kawabata Yasunari–Utsukushi Nihon no Watashi. Minerva Shobo).
Dapat pengakuan atas sejumlah cerpennya tak lama setelah lulus, kemasyhurannya dengan Gadis Penari dari Izu 1926, kisah menjelajahi erotisisme orang muda sedang berkembang. Kemudian hari menjajaki tema-tema serupa. Salah satu novelnya terkenal Negeri Salju, terbit bertahap 1935-1937. Salah satu pengarang terkemuka Jepang dan langsung klasik, yang digambarkan Edward G. Seidensticker “merupakan adikarya Kawabata.”
Setelah Perang Dunia II sukses novel-novelnya, Seribu Burung Bangau, Suara Gunung, Rumah Gadis-gadis Penidur, Kecantikan dan Kesedihan, juga Ibu kota Lama. Yang dianggapnya terbaik, Empu Go 1951, kontras dengan karyanya yang lain, setengah fiksi pertandingan Go 1938, yang dilaporkannya kelompok surat kabar Mainichi. Permainan akhir karier empu Sh?sai, dikalahkan penantang muda, meninggal sekitar setahun kemudian. Permukaan cerita mengharukan, sebagai penceritaan kembali mengenai perjuangan puncak, oleh sejumlah pembaca, dianggap paralel simbolis kekalahan Jepang Perang Dunia II.
Presiden P.E.N. Jepang selama bertahun-tahun setelah perang dan kekuatan pendorong di balik penerjemahan sastra Jepang dalam bahasa Inggris serta bahasa Barat lainnya. {Ringkasan http://id.wikipedia.org/wiki/Yasunari_Kawabata} ***

Setelah waktu lalu, telah kubongkar kedirian Yukio Mishima, kini kan kucoba menelusuri perihal bunuh dirinya Yasunari Kawabata. Dari riwayatnya, dapat diambil dua perkara, yang mendorongnya menghabisi diri.

Pertama, keterkejutan matinya Mishima, yang usianya jauh lebih muda di belantika sastra Jepang, yang juga menggemparkan, seperti saat dirinya mendapatkan Nobel sastra.

Kedua, termakan racunnya sendiri menganggap terbaik karyanya, Empu Go 1951, setengah fiksi pertandingan Go 1938 , adalah permainan akhir karier empu Sh?sai, dikalahkan penantang muda, hingga meninggal sekitar setahun kemudian.
***

Seperti tubuh berbicara pada ruh teks belum tercipta, terus gentayangan, tak menetap menimbulkan gejala panas demam, tekanan mengharuskan kematangkan.

Dialog tak putus-putus di suatu panggung pertunjukan yang tidak pedulikan penonton, asyik memasuki dialog-dialog, yang kadang tak selalu berhadapan tubuh imaji.

Ada bentangan magnetik, yang saling tangkap-menjegal, atau teks saling berbicara sesamanya, percakapan bathin melelahkan, terus dilakukan.

Seolah tanpa nafas istirah, selalu tiada persetujuan, kecuali telah terpenggal, ketika teks sudah tercipta, melewati proses pendarahan.

Aku bayangkan lahirnya bayi mementingkan kerelaan, dari segenap kerinduan bayang kematangan, jemari memetik buah-buah takdir, juga biji jatuh, hampir persis bergulirnya teks dari tubuh.

Tatkala satu-persatu berguguran, biji-biji dilayarkan sungai atau gelombang lautan, perceraian dari buah atau kelopak kembang, itu menyegarkan sisi tertentu.

Tentunya masih pahit, tapi di sinilah waktu mendekati kesembuhan, kesegaran lain adalah setitik keceriaan, menerbitkan matahari harapan.

Di sini tak lagi malam atau malas berselimut keacuan, biji terus berlayar menyebarkan berita sampai dataran.

Usaha berlangsung mengakar keyakinan dari pancaran kehadiran, oleh terik mentari menjanjikan tumbuh yang berasal kelupaan.

Ada keanehan, ketika tubuh teks kian menjulang, namun terus meyakini yang diterbayangkan iman.

Kehadiran masa silam terangkat kesaksian angin, mengabarkan negeri jauh tiada terbilang, terus memeram dalam kesadaran takdir.

Begitu Kawabata menulis ulang nasib empu Sh?sai, pada bukunya Empu Go, kedekatan teks dan tubuh menjanjikan angan-angan besar menjadi kenyatan.

Dan kekalahan Jepang di Perang Dunia II, kekalahan empu Sh?sai, yang mungkin sebagai sosok gelap lain atas dirinya, setidaknya pernah menelusuri hayatnya.

Pun keterpurukan mental, ketika mendapatkan Nobel sastra. Di sini aku kutip pengantar Ajip Rosidi, Osaka, Februari 1985, terbitan Djembatan 2004, pada buku Penari-penari Jepang, terjemahan Matsuoka Kunio:

“Hadiah Nobel diterimanya justru ketika ia sudah lama tidak menulis karya kreatif yang baru. Karyanya yang terakhir sebelum hadiah itu diberikan kepadanya ialah Kata-ude (Tangan sebelah) yang ditulisnya tahun 1963. Menurut sebagian orang, kegersangan penciptaannya itulah yang menyebabkan pada tahun 1972, Kawabata melakukan bunuh diri dengan menghisap gas.”

Tercermin betapa mental Kawabata bukan mengejar ketenaran, apalagi kekayaan, bukan. Tapi ada yang diwajibkan di dirinya, ditindaklanjuti, setelah sekian masa bergelut kukuh, berkreatif menghitam padat.

Kegemilangan nama sekadar efek kejayaan abadi, atas darah hidup telah membumikan nilai-nilai, nafas-nafas sanggup menghidupkan lebih dari guncangan.

Yakni perubahan menyeluruh diharapkan, suatu gerak revolusi mental demi umat manusia.

Dirinya merasa kalah oleh keketulan kian larut dalam kebuntuan, seakan tidak mencapai kejayaan kembali.

Kecuali, merebutnya balik dengan melenyapkan badan sendiri, tanpa catatan adalah cacatan itu sendiri, suatu pembeda, dari akhir Mishima juga tradisi Jepang.

Alam mendekati kematian, merupakan wilayah yang selalu digelutinya sehari-hari, tiada ruang asing di kedalaman jiwanya, semua serba realis dan tragis.

Bau maut sudah lebih dari akrab, kamar menyingkap referensi belahan dunia. Bukan kematian ditakuti, tapi lenyapnya gagasan besar, dari keseluruhan hidupnya.

Setidaknya ada kekhawatiran pamor Mishima yang menjulang terang, kecemasan terus menggerogiti, seakan detik-detik lumatnya sebatang lilin, diganti terangnya lampu.

Segala bacaan sirna, kala membaca dirinya dalam warna hitam, atau pandangan silau membutakan.

Kawabata selalu merasa sakit kegagalan, kehancuran hawatir mati dalam keadaan tidak kesatria, di sinilah bertarungnya prinsip secara jantan.

Teranglah mental pengarang itu sekumpulan nilai-nilai tahan banting, dari pertarungan antara realitas dengan bayang-bayang sejarah, serta yang tertanda di depan.

Selalu bergolak, sekali pecirit takut, ludes sudah sebagian syaraf kejantanannya dalam berkarya.

Terus menggerogoti hingga lumpuh tidak sanggup menyuarakan kata-kata, selain dengung dengkur kekalahan, mimpinya hanya di selesaikan dalam ocehan, tak sanggup mengaduk relung jaman.

Kawabata telah jadi prinsip, setelah menuntaskan dirinya dalam gas beracun, mampu menundukkan segenap kecemasannya.

Daripada karya-karyanya, tak lagi menjamah bathin manusia yang menggelinding cepat, berbolak-balik sepadan angin di kinciran masa.

Sudah menjadi lumrah, mental terus dipanasi di atas tungku referensi membara, bukan sekadar nyala yang malah menghabiskan masa-masa tanpa janji purnama.

Di sini tempaan jiwa menyambangi sukma, senantiasa meremajakan diri, sekuat apa yang menjadi takdirnya.

Biji-biji membatang, tiada yang ditakuti kecuali tidak berguna, sebab waktu kumpulan padat makna, ketika disanggupi berolah rasa, menajamkan indra ke sudut semestinya.

Pucuknya angin cahaya harus digayuh dengan nikmat sempurna, serta gelap malam menjadikan jasad utuh, memantulkan gemintang perbendaharaan.

Seperti pohon pisang, setelah berbuah harus ditebang, daripada pembusukan, begitulah Kawabata mengakhiri nyawanya sendiri.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest