Kamis, 07 Januari 2010

Sisi Gelap Festival Sastra Internasional

Hikmat Gumelar
http://newspaper.pikiran-rakyat.com/

Dengan rambut perak terurai sampai bahu, seorang lelaki kekar berkaus oblong merah dan bercelana jins biru melangkah menuju mikrofon yang berdiri sekitar dua meter dari pintu Pura Dalem Ubud, Bali. Cahaya lampu yang datang hanya dari arah depan membuatnya agak menunduk menahan silau. Setelah pembawa acara memperkenalkannya, ia menyapa publik yang kurang lebih 200 orang yang mayoritas kaum ekspatriat. Ia lalu mengucap bahwa satu kali Rendra membaca “Blues untuk Bonnie” untuknya. “Kali ini saya akan membaca Blues untuk Bonnie untuk Mas Willy.”

Tan Lioe Ie, lelaki berambut perak yang lazim dipanggil Tan itu, bukan saja seorang penyair kuat dari Bali yang rajin membaca puisi di panggung, tapi pun mengaku meyukai “Blues untuk Bonnie”. “Puisi ini musikalitasnya bagus. Sangat enak dan membantu pembacaan.”

Jamak jika pada malam “Tribute to W.S. Rendra” itu, publik terbius. “Blues untuk Bonnie” tak dibaca Tan seperti ditulis Rendra. Pun tak dengan gaya Rendra membaca puisi. Baris “Georgia. Georgia yang jauh” dan “Georgia yang jauh disebut dalam nyanyinya” diolah jadi satu bait lagu blues. Dinyanyikan di awal, tengah dan akhir. Durasinya lain-lain. Tan memang sengaja mengulang-ulangnya dengan ukuran terungkapnya rasa. Vokal, gestur, raut muka dan kibasan rambut perak sebahu menopangnya dengan pas. Maka Tan membuat “Blues untuk Bonnie” jadi khas, menggugah dan membungkam publik yang memadati halaman Pura Dalam yang semula berdengung macam lebah.

Ruang pertemuan

Apa yang berlangsung pada 7 Oktober lalu itu merupakan salah satu acara Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), sebuah festival sastra internasional yang diadakan tiap tahun sejak 2004, dua tahun usai Bali diguncang ledakan bom. Saat membuka UWRF yang berlangsung hingga 11 Oktober ini, Gubernur Bali Mangku Pastika menyebut bahwa para penulis mancanegara peserta UWRF telah menyebar kabar positif ihwal Bali. Mereka ikut mengembalikan citra Bali sebagai surga. Wisatawan pun berdatangan lagi. Kehidupan ekonomi, sosial dan budaya Bali pun bangkit kembali. Laik jika Mangku Pastika menyanjung UWRF.

Festival ini memang berkaliber internasional. Tiap diadakan, selain para penulis Indonesia, puluhan penulis dari berbagai negara selalu jadi pesertanya. Malah selalu ada penulis besar dunia yang hadir sebagai pematerinya. Tahun ini penulis demikian adalah Wole Soyinka, dramawan dan penyair Nigeria yang menerima Nobel Sastra tahun 1986, dan Vikas Swarup, novelis India yang novel pertamanya, Q &A, difilmkan dengan judul Slumdog Millionaire.

Panitia juga menyebut bahwa UWRF merupakan ruang pertemuan penulis mapan dan penulis pemula, Timur dengan Barat. Malah panitia menyatakan bahwa karya para penulis Indonesia akan diangkat derajatnya dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, dan diterbitkan dalam buku-buku yang beredar di berbagai negara.

Perkataan panitia itu penting. Itu bisa dicapai oleh festival sastra internasional. Kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi yang pesat membuat jarak susut, dunia ciut. Perekonomian juga telah mengoyak batas antarnegara, membuat tiap negara jadi bagian tata ekonomi dunia. Oleh karena itu, misal, ketamakan warga Amerika Serikat tidak saja membuat negara tersebut dibelit krisis ekonomi, tetapi juga membuat negara-negara di seluruh dunia tertimpa petaka.

Gempa di Tasikmalaya dan Pariaman bisa juga berarti mala bagi saudara-saudara kita di negara-negara lain. Sastra punya daya mengungkap bagaimana hidup seseorang dan atau satu bangsa dipandang, dihayati, dan dimaknai. Cara ungkapnya memungkinkan pandangan, penghayatan, dan pemaknaan hadir dengan utuh, konkret dan karenanya memikat. Sastra juga termasuk jenis teks yang demokratis, teks yang justru meminta dibaca dengan cara si pembaca mengaktifkan dirinya, sehingga pembacaannya merupakan proses penghadiran diri. Oleh karena itu, sastra sangat potensial menerbitkan simpati dan empati, saling memahami dan saling berbagi. Tema apa pun, sastra selalu memusuhi ketidakadilan dan diskriminasi. Itulah kenapa festival sastra internasional berpotensi jadi ruang pertemuan, yang sekaligus bisa berarti penataan ulang dunia yang masih saja dirajam ketimpangan di berbagai bidang.

Sumber mala

Ledakan bom yang mengguncang Bali itu, hemat saya, ekspresi reaksi negatif atas ketimpangan tata dunia, atas ketidakadilan dan diskriminasi yang menyemak di bumi manusia. Reaksi demikian bukan saja telah memutus dan mencederai ratusan hidup manusia yang berasal dari berbagai bangsa, tetapi pun meneror hidup keseharian ratusan juta manusia di seluruh dunia. Tentu ini sebuah kebiadaban. Tentu kita mesti melawannya. Pun tentu sastra dan festival sastra, terlebih berkaliber internasional, punya daya untuk melakukannya.

Akan tetapi, saya mencium ketidakadilan dan diskriminasi. Festival tahun ini yang bertema “Suka Duka: Compassion & Solidarity” diikuti oleh 80 penulis lebih yang berasal dari 20 negara. Jenis kegiatannya diskusi, talk show, pembacaan puisi dan cerpen, bedah buku, lokakarya penulisan puisi dan cerita mini, residensi penulis, pameran lukisan, dan sebagainya. Jumlah kegiatan demikian sampai 90 lebih. Dan ruangnya bukan saja di berbagai tempat di Ubud, tapi pun di beberapa tempat di Denpasar. Maka selama di Ubud, tak satu pun penulis yang ikut seluruh kegiatan UWRF. Semua hanya ikut beberapa kegiatan saja. Dan panitia tampak tak terlalu mengharap masyarakat Ubud, apalagi masyarakat di luar daerah itu, menghadiri tiap acara UWRF. Yang tampak paling diharap hadir adalah turis mancanegara. Galib jika sejumlah acara batal karena tak ada peminat. Ada juga acara batal karena pemateri, seperti Vikas Swarup dan Fatima Bhutto, sudah pulang.

Para penulis Indonesia hampir semua ikut beberapa kegiatan dengan enggan, dan akhirnya kecewa. Beberapa harus jadi pembicara sampai di empat, malah lima diskusi yang temanya beda. Dan ini dikabarkan panitia hanya beberapa hari sebelum UWRF mulai. Sebagian lagi harus baca puisi atau cerpen di beberapa tempat. Oleh mereka, hal ini pun baru diketahui saat sudah di Ubud. Dan di Ubud, penginapan mereka beda dengan penginapan para penulis mancanegara. Para penulis luar tinggal di penginapan yang mahal dan mewah. Acara-acara tempat mereka jadi pembicara pun berlangsung di ruang-ruang yang “wah”. Untuk datang ke tempat acara berlangsung, para penulis luar dijemput mobil di penginapan masing-masing. Para penulis Indonesia dijemput di tempat yang ditetapkan panitia. Untuk ini, mereka kedah mapah heula, yang bagi sebagiannya berarti menempuh jarak sampai dua kilometer. Meski sudah diistimewakan, beberapa penulis luar tampak berlaku semaunya. Mereka, misal, bisa seenaknya tidak menjalankan kewajibannya sebagai pembicara diskusi dan panitia tak terdengar menyoalkannya.

Kisah miring demikian masih berlimpah. Tetapi, itu saja telah cukup mengucap bahwa UWRF 2009 berlaku tak adil dan diskriminatif. Laiklah jika Melani Budianta yang berperan sebagai salah seorang kurator UWRF 2009, berucap bahwa dalam UWRF, “para penulis Indonesia hanya lampiran”. Tentu ini berseberangan dengan tujuan dan tema UWRF 2009 yang diuar-uarkan panitia melalui berbagai media publikasi. Pun beda dengan hakikat sastra yang pula dasar adanya, yakni ruang pertemuan yang memanusiakan. Namun laku tak patut itu agaknya konsekuensi dari tujuan laten UWRF. Penyelenggarannnya pada Oktober bukanlah kebetulan. Direktur UWRF Janet De Neefe menyatakan pada Oktober, Bali sunyi dari para turis. Kesunyian ini kerugian ekonomis. Maka perlu ada upaya mengatasinya. Oleh karena itulah, UWRF diadakan pada Oktober.

Memang tak haram membangkitkan pariwisata dengan meminta bantuan sastra. Tetapi, akan lebih baik jika itu dilakukan dengan dasar hormat dan pemahaman yang dalam akan sastra. Dasar inilah yang kurang dipunyai panitia UWRF. Tentu panitia bisa berkilah. Namun tengok, misal, Compassion & Solidarity, antologi dwibahasa para penulis Indonesia peserta UWRF 2009. Di buku ini, salah cetak berserak, tipografi beberapa puisi berubah, layout cerpen lain dari aslinya, biodata dan pertanggungjawaban kurator tak ada (padahal para kurator telah menulisnya), dan penerjemahan banyak yang bukan saja tidak tepat, tapi jelas salah. Ini gambaran bahwa UWRF belum punya hormat dan pemahaman memadai akan sastra, khususnya sastra hasil karya para penulis Indonesia.

Berlangsungnya UWRF yang keenam memang bukti bahwa festival ini sukses. Tapi jika UWRF mau terus, dan sukses yang mau diraihnya lebih dari sukses ekonomi (panitianya) belaka, mau tak mau festival ini sepatutnya mengubah dasar, tujuan dan cara kerjanya. Jika tidak, khususnya bagi sastra Indonesia, UWRF tak mustahil malah bermakna sebagai mala.***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest