Ahda Imran
http://www.pikiran-rakyat.com/
MESKI bentuk pengungkapannya tidaklah sama dengan generasi sastrawan terdahulu, karya para sastrawan Indonesia hari ini tetaplah menyimpan kesadaran dan gagasan tentang nasionalisme. Hanya, soalnya bagaimana seluruh gagasan itu bisa tertangkap oleh publik pembaca, terlebih lagi kehadiran karya sastra memang senantiasa seolah berada dalam dunianya sendiri. Terlebih lagi di tengah realitas ledakan budaya visual seperti hari ini dan lenyapnya peran para kritikus sastra yang semestinya bisa menjadi jembatan antara karya sastra dan publik.
Pasar sebagai panglima telah membentuk masyarakat dan budaya konsumsi serta cara berpikir yang terfragmentaris dan pragmatis. Belum lagi realitas global yang meniadakan segenap batas dan identitas, termasuk identitas dan watak nasionalisme. Di ruang inilah kini sastra Indonesia berada. Ruang yang memberi ranah lebih luas pada kehadirannya, tetapi yang sekaligus juga mengabaikan perannya dalam mengonstruksi gagasan-gagasan kebangsaan dan kemanusiaan. Lalu, di manakah fungsi karya sastra di tengah itu semua? Terlebih lagi dalam konteks meningkatkan kesadaran nasionalisme bernama Indonesia?
"Dari karya-karya sastra sekarang, kita tetap punya cita-cita nasionalisme yang menurut saya sangat bagus. Tetapi, kritikus sekarang tidak cukup bersuara keras mengenai itu dan para pembaca awam tidak selalu memahami atau mengaitkannya dengan hal yang kini kita pertanyakan," ujar Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Prof. Riris Toha Sarumpaet.
Bukan hanya bagi dunia akademis, bagi publik sastra Indonesia Prof. Riris Toha Sarumpaet tentu bukanlah sosok yang asing. Kajian dia yang intens pada sastra anak, menawarkan berbagai pemikiran berikut fungsi karya sastra bagi pendidikan.
"Fungsi Sastra di Tengah Perubahan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara", inilah tema yang akan diusung dalam Konferensi Internasional Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (Hiski) Komisariat Bandung, 5-7 Agustus 2009 di Bandung mendatang. Sebagai seorang akademisi, Riris Toha Sarumpaet memiliki sejumlah pandangan menarik ihwal tersebut, yang berkorelasi dengan banyak kecenderungan yang terjadi di negeri ini.
Berikut wawancara dengan perempuan yang pernah menjadi Ketua Umum Hiski selama dua periode ini (2001-2004 dan 2004-2007) yang juga akan tampil sebagai salah seorang pembicara dalam konferensi tersebut.
Bagaimana Anda melihat hubungan sastra dan kesadaran nasional?
Kalau kita ingat pidato-pidato Presiden Soekarno, dia menganggap apa yang ditulis di Indonesia adalah bagian wajah dari bangsa ini, yang buruk dan yang bagusnya itu adalah kita. Semangat yang tertulis dalam karya sastra itu adalah semangat bangsa ini. Oleh karena itu, dia lalu simpulkan ke dalam nasionalisme, ketahanan nasional, kebanggaan nasional, semangat nasional yang semuanya itu tercermin dalam semua bentuk tulisan mengenai kita.
Abraham Lincoln selalu menggunakan karya sastra sebagai landasan dari pidatonya, kutipan puisi yang mengorbankan semangat. Saya ingat betul ketika dia meninggal dunia, salah seorang pengarang mengungkapkan bagaimana kematian Lincoln sebagai kematian seorang kapten kapal. Kapal itu adalah bangsa dan negara itu dan presiden itu adalah kapten yang membawa kapal ini menyeberangi ke mana pun membangun kemanusiaan. Itu semua terungkap dalam puisi. Saya pikir suatu saat orang Indonesia akan melakukan itu. Itu adalah pengakuan dari seorang penyair atas kebermaknaan seorang tokoh. Yang seperti itu belum banyak saya temukan dalam puisi, novel, dan cerpen di Indonesia. Akan tetapi hal itu selalu saya ingat untuk menjelaskan bagaimana hubungan karya sastra dan ketahanan nasional. Jadi, tergambar di situ kekuatan figur pemimpin yang merupakan potret dari bangsa tersebut.
Konferensi mendatang menyaran pada fungsi sastra dalam perubahan kesadaran nasional, sampai sejauh mana aktualitas tema ini menurut Anda?
Tema ini sangat aktual. Kita ini jadi sedikit chaos, gonjang-ganjing, heboh, termasuk para sastrawannya. Gonjang-ganjing menulis kreatif, tetapi tidak kunjung terpuaskan karena tak kunjung juga terkatakan. Tidak tembus, tidak ada yang dengar. Kalau kita bicara produksi dan reproduksi sastra, kita tidak hanya bicara ihwal lembaga pendidikan, tetapi juga pemerintah, peneliti, editor, kritikus. Kalau kita membicarakan ketahanan dan kerapuhan bangsa, jangan-jangan sastra tidak berbuat cukup banyak. Mengapa pemerintah tidak pernah menggunakan sastra sebagai alat untuk melakukan penyadaran tentang apa yang harus kita lakukan. Karya sastra ini dibaca oleh para penguasa ini dan semoga ini bisa membuat mereka lembut hati yang bisa mengubah pemikiran dan perasaan dalam diri mereka.
Akan tetapi, keterasingan ini tampaknya tak hanya terjadi pada sastra, melainkan juga pada banyak ekspresi kebudayaan. Apakah situasi ini juga berhubungan dengan strategi kebudayaan kita?
Betul, tetapi kan kita sekarang tidak mungkin berbicara sejauh itu. Dalam pandangan saya, pemimpin yang punya negara ini saja tidak pernah baca buku. Bagaimana lagi kita akan meminta masyarakat Indonesia baca buku? Bisa pingsan jika kita terus larut ke dalam situasi ini. Akan tetapi, ujungnya menurut saya adalah pertanyaan, apa yang bisa kita lakukan? Biarlah yang kecil-kecil saja dulu yang kita lakukan, berdua atau berempat. Hiski, misalnya, memikirkan bahwa bagaimanapun sastra ini berkaitan dengan bagaimana pengajarannya, dengan para murid. Lewat para pengajarlah yang membuat anak-anak bisa mengapresiasi sastra dan doyan membaca.
**
DALAM pandangan perempuan bernama lengkap Riris Kusumawati Sarumpaet ini, di negara maju sekalipun, tidak mungkin semua orang membaca karya sastra. Ia menengarai bahwa realitas global yang hadir dengan budaya visual seperti ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mengapresiasi segala hal, termasuk karya sastra. Sastra tidak lagi menjadi teks yang mampu memengaruhi imajinasi dan pemikiran, tetapi hanya sebatas diperlakukan sebagai tontonan.
"Anak-anak muda sekarang adalah anak-anak MTV. Mereka cuma nonton doang. Mungkin Anda tidak setuju dengan saya, menurut saya, sastra yang sekarang banyak terbit itu cocoknya ditonton. Sifatnya filmis, visual. Tidak seperti karya-karya 1960-an. Novel-novel sekarang diperlakukan orang bagai nonton film. Hanya sebatas untuk dipandang. Itu bukan karena karya sastranya, tetapi paradigma mengapresiasi masyarakat sudah berubah," ujarnya.
Apakah itu karena pola pikir masyarakat yang fragmentaris?
Ya, juga pragmatis. Dan ya, memang dunia sudah memilih semacam itu. Itulah sastra sekarang. Saya tidak tahu apakah itu bisa mencerahkan, semoga makalah-makalah konferensi nanti bisa menggali sampai ke sana.
Ada perubahan besar dalam masyarakat kita, dari budaya membaca ke budaya visual atau budaya menonton. Akan tetapi, ke arah mana perubahan itu bergerak menurut Anda?
Anak-anak kita sekarang masih doyan membaca, tetapi sifatnya lebih dari pragmatis. Jadi, dengan membaca ini dia merasa bisa melakukan yang lain, ada ide. Pada masa saya dengan membaca sampai terbawa ke pemikiran, ditimpa lagi dengan buku yang lain. Sekarang, dengan banyaknya buku yang begitu macam, dengan jargon smart society, smart education, kita bertanya smart dalam arti apa? Sastra itu tidak mengarah pada smart. Smart mengarah pada yang pragmatis tadi. Sekarang Anda pergi ke sekolah-sekolah yang "ajaib" itu, semuanya mengarah ke sana. Kemanusiaan, universitalitas, kesamaan kita sebagai kemanusiaan, dianggap sesuatu yang repot-repot harus dipikirkan. Lihatlah di toko buku, sampai kita ngeri, begitu banyaknya jenis majalah, tetapi ada yang baca, dari mulai majalah khusus remaja sampai bencong. Jadi, yang namanya sastra, lama-lama juga menjadi lebih luas jangkauan ranahnya, bukan melulu adiluhung seperti yang kita pikirkan sekarang. Nah, kalau kembali ke pertanyaan, di manakah kesadaran nasional dalam karya sastra, pertanyaan saya di tengah ruang kenyataan seperti ini yang namanya nasional itu sekarang apa sih?
Akan tetapi, sepanjang yang Anda amati, nasionalisme macam apa yang hadir dalam karya sastra sekarang?
Menurut saya, semua karya sastra Indonesia sebenarnya menyimpan pesan nasionalisme. Bergantung pada kejelian kita menangkap tokoh-tokoh yang di dalamnya yang mewakili watak-watak manusia Indonesia. Di balik rasa sakit dan jeritan para tokoh dalam karya-karya para sastrawan Indonesia, dia sebenarnya sedang memimpikan negara bersatu, sejahtera, dan tidak ditipu bapaknya sendiri. Jadi, dalam konteks kesadaran nasional, saya tidak melihat semuanya diungkap dalam visi yang jelas dan verbal. Akan tetapi, saya yakin kawan-kawan para pengarang dan penyair sebenarnya sudah mengatakannya. Jadi, kalau ditanyakan di mana kesadaran nasional karya sastra di tengah realias hari ini, apakah hilang atau pudar, saya yakin ada dan besar sekali. Hanya, bentuk ungkapnya yang berbeda.***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar