Kamis, 07 Januari 2010

Nasionalisme Karya Sastra

Ahda Imran
http://www.pikiran-rakyat.com/

MESKI bentuk pengungkapannya tidaklah sama dengan generasi sastrawan terdahulu, karya para sastrawan Indonesia hari ini tetaplah menyimpan kesadaran dan gagasan tentang nasionalisme. Hanya, soalnya bagaimana seluruh gagasan itu bisa tertangkap oleh publik pembaca, terlebih lagi kehadiran karya sastra memang senantiasa seolah berada dalam dunianya sendiri. Terlebih lagi di tengah realitas ledakan budaya visual seperti hari ini dan lenyapnya peran para kritikus sastra yang semestinya bisa menjadi jembatan antara karya sastra dan publik.

Pasar sebagai panglima telah membentuk masyarakat dan budaya konsumsi serta cara berpikir yang terfragmentaris dan pragmatis. Belum lagi realitas global yang meniadakan segenap batas dan identitas, termasuk identitas dan watak nasionalisme. Di ruang inilah kini sastra Indonesia berada. Ruang yang memberi ranah lebih luas pada kehadirannya, tetapi yang sekaligus juga mengabaikan perannya dalam mengonstruksi gagasan-gagasan kebangsaan dan kemanusiaan. Lalu, di manakah fungsi karya sastra di tengah itu semua? Terlebih lagi dalam konteks meningkatkan kesadaran nasionalisme bernama Indonesia?

"Dari karya-karya sastra sekarang, kita tetap punya cita-cita nasionalisme yang menurut saya sangat bagus. Tetapi, kritikus sekarang tidak cukup bersuara keras mengenai itu dan para pembaca awam tidak selalu memahami atau mengaitkannya dengan hal yang kini kita pertanyakan," ujar Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Prof. Riris Toha Sarumpaet.

Bukan hanya bagi dunia akademis, bagi publik sastra Indonesia Prof. Riris Toha Sarumpaet tentu bukanlah sosok yang asing. Kajian dia yang intens pada sastra anak, menawarkan berbagai pemikiran berikut fungsi karya sastra bagi pendidikan.

"Fungsi Sastra di Tengah Perubahan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara", inilah tema yang akan diusung dalam Konferensi Internasional Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (Hiski) Komisariat Bandung, 5-7 Agustus 2009 di Bandung mendatang. Sebagai seorang akademisi, Riris Toha Sarumpaet memiliki sejumlah pandangan menarik ihwal tersebut, yang berkorelasi dengan banyak kecenderungan yang terjadi di negeri ini.

Berikut wawancara dengan perempuan yang pernah menjadi Ketua Umum Hiski selama dua periode ini (2001-2004 dan 2004-2007) yang juga akan tampil sebagai salah seorang pembicara dalam konferensi tersebut.

Bagaimana Anda melihat hubungan sastra dan kesadaran nasional?

Kalau kita ingat pidato-pidato Presiden Soekarno, dia menganggap apa yang ditulis di Indonesia adalah bagian wajah dari bangsa ini, yang buruk dan yang bagusnya itu adalah kita. Semangat yang tertulis dalam karya sastra itu adalah semangat bangsa ini. Oleh karena itu, dia lalu simpulkan ke dalam nasionalisme, ketahanan nasional, kebanggaan nasional, semangat nasional yang semuanya itu tercermin dalam semua bentuk tulisan mengenai kita.

Abraham Lincoln selalu menggunakan karya sastra sebagai landasan dari pidatonya, kutipan puisi yang mengorbankan semangat. Saya ingat betul ketika dia meninggal dunia, salah seorang pengarang mengungkapkan bagaimana kematian Lincoln sebagai kematian seorang kapten kapal. Kapal itu adalah bangsa dan negara itu dan presiden itu adalah kapten yang membawa kapal ini menyeberangi ke mana pun membangun kemanusiaan. Itu semua terungkap dalam puisi. Saya pikir suatu saat orang Indonesia akan melakukan itu. Itu adalah pengakuan dari seorang penyair atas kebermaknaan seorang tokoh. Yang seperti itu belum banyak saya temukan dalam puisi, novel, dan cerpen di Indonesia. Akan tetapi hal itu selalu saya ingat untuk menjelaskan bagaimana hubungan karya sastra dan ketahanan nasional. Jadi, tergambar di situ kekuatan figur pemimpin yang merupakan potret dari bangsa tersebut.

Konferensi mendatang menyaran pada fungsi sastra dalam perubahan kesadaran nasional, sampai sejauh mana aktualitas tema ini menurut Anda?

Tema ini sangat aktual. Kita ini jadi sedikit chaos, gonjang-ganjing, heboh, termasuk para sastrawannya. Gonjang-ganjing menulis kreatif, tetapi tidak kunjung terpuaskan karena tak kunjung juga terkatakan. Tidak tembus, tidak ada yang dengar. Kalau kita bicara produksi dan reproduksi sastra, kita tidak hanya bicara ihwal lembaga pendidikan, tetapi juga pemerintah, peneliti, editor, kritikus. Kalau kita membicarakan ketahanan dan kerapuhan bangsa, jangan-jangan sastra tidak berbuat cukup banyak. Mengapa pemerintah tidak pernah menggunakan sastra sebagai alat untuk melakukan penyadaran tentang apa yang harus kita lakukan. Karya sastra ini dibaca oleh para penguasa ini dan semoga ini bisa membuat mereka lembut hati yang bisa mengubah pemikiran dan perasaan dalam diri mereka.

Akan tetapi, keterasingan ini tampaknya tak hanya terjadi pada sastra, melainkan juga pada banyak ekspresi kebudayaan. Apakah situasi ini juga berhubungan dengan strategi kebudayaan kita?

Betul, tetapi kan kita sekarang tidak mungkin berbicara sejauh itu. Dalam pandangan saya, pemimpin yang punya negara ini saja tidak pernah baca buku. Bagaimana lagi kita akan meminta masyarakat Indonesia baca buku? Bisa pingsan jika kita terus larut ke dalam situasi ini. Akan tetapi, ujungnya menurut saya adalah pertanyaan, apa yang bisa kita lakukan? Biarlah yang kecil-kecil saja dulu yang kita lakukan, berdua atau berempat. Hiski, misalnya, memikirkan bahwa bagaimanapun sastra ini berkaitan dengan bagaimana pengajarannya, dengan para murid. Lewat para pengajarlah yang membuat anak-anak bisa mengapresiasi sastra dan doyan membaca.

**

DALAM pandangan perempuan bernama lengkap Riris Kusumawati Sarumpaet ini, di negara maju sekalipun, tidak mungkin semua orang membaca karya sastra. Ia menengarai bahwa realitas global yang hadir dengan budaya visual seperti ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mengapresiasi segala hal, termasuk karya sastra. Sastra tidak lagi menjadi teks yang mampu memengaruhi imajinasi dan pemikiran, tetapi hanya sebatas diperlakukan sebagai tontonan.

"Anak-anak muda sekarang adalah anak-anak MTV. Mereka cuma nonton doang. Mungkin Anda tidak setuju dengan saya, menurut saya, sastra yang sekarang banyak terbit itu cocoknya ditonton. Sifatnya filmis, visual. Tidak seperti karya-karya 1960-an. Novel-novel sekarang diperlakukan orang bagai nonton film. Hanya sebatas untuk dipandang. Itu bukan karena karya sastranya, tetapi paradigma mengapresiasi masyarakat sudah berubah," ujarnya.

Apakah itu karena pola pikir masyarakat yang fragmentaris?

Ya, juga pragmatis. Dan ya, memang dunia sudah memilih semacam itu. Itulah sastra sekarang. Saya tidak tahu apakah itu bisa mencerahkan, semoga makalah-makalah konferensi nanti bisa menggali sampai ke sana.

Ada perubahan besar dalam masyarakat kita, dari budaya membaca ke budaya visual atau budaya menonton. Akan tetapi, ke arah mana perubahan itu bergerak menurut Anda?

Anak-anak kita sekarang masih doyan membaca, tetapi sifatnya lebih dari pragmatis. Jadi, dengan membaca ini dia merasa bisa melakukan yang lain, ada ide. Pada masa saya dengan membaca sampai terbawa ke pemikiran, ditimpa lagi dengan buku yang lain. Sekarang, dengan banyaknya buku yang begitu macam, dengan jargon smart society, smart education, kita bertanya smart dalam arti apa? Sastra itu tidak mengarah pada smart. Smart mengarah pada yang pragmatis tadi. Sekarang Anda pergi ke sekolah-sekolah yang "ajaib" itu, semuanya mengarah ke sana. Kemanusiaan, universitalitas, kesamaan kita sebagai kemanusiaan, dianggap sesuatu yang repot-repot harus dipikirkan. Lihatlah di toko buku, sampai kita ngeri, begitu banyaknya jenis majalah, tetapi ada yang baca, dari mulai majalah khusus remaja sampai bencong. Jadi, yang namanya sastra, lama-lama juga menjadi lebih luas jangkauan ranahnya, bukan melulu adiluhung seperti yang kita pikirkan sekarang. Nah, kalau kembali ke pertanyaan, di manakah kesadaran nasional dalam karya sastra, pertanyaan saya di tengah ruang kenyataan seperti ini yang namanya nasional itu sekarang apa sih?

Akan tetapi, sepanjang yang Anda amati, nasionalisme macam apa yang hadir dalam karya sastra sekarang?

Menurut saya, semua karya sastra Indonesia sebenarnya menyimpan pesan nasionalisme. Bergantung pada kejelian kita menangkap tokoh-tokoh yang di dalamnya yang mewakili watak-watak manusia Indonesia. Di balik rasa sakit dan jeritan para tokoh dalam karya-karya para sastrawan Indonesia, dia sebenarnya sedang memimpikan negara bersatu, sejahtera, dan tidak ditipu bapaknya sendiri. Jadi, dalam konteks kesadaran nasional, saya tidak melihat semuanya diungkap dalam visi yang jelas dan verbal. Akan tetapi, saya yakin kawan-kawan para pengarang dan penyair sebenarnya sudah mengatakannya. Jadi, kalau ditanyakan di mana kesadaran nasional karya sastra di tengah realias hari ini, apakah hilang atau pudar, saya yakin ada dan besar sekali. Hanya, bentuk ungkapnya yang berbeda.***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest