Kamis, 07 Januari 2010

Inilah, ‘Kitab Suci’ Sastra Kita

Judul : Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia
Penulis : Ribut Wijoto
Penerbit : Dewan Kesenian Jawa Timur
Tebal : 278 halaman
Cetakan : Cetakan I, November 2009
Peresensi: Risang Anom Pujayanto
http://www.surabayapost.co.id/

“Supaya menjadi suatu ilmu, sejarah sastra haruslah tahan uji.” —Ju Tynjanov (1927).

Meminjam apologi Ribut Wijoto dalam Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia (Pengantar Penulis: Sebab-Sebab yang Tidak Mutlak), jika seorang esais yang bersandar pada teks bisa menempatkan tulisannya seperti seorang pengkotbah, maka seorang peresensi yang juga bersandar pada teks yang dibuat oleh si esais seharusnya bisa menempatkan tulisan resensi esai sastra bak seorang pengkotbah pula.

Pada lidah sang pengkotbah tergores garis keniscayaan. Mereka bisa begitu mudah mentahbiskan banyak sekali klaim, pernyataan, tuduhan, dan pujian. Bersandar pada kitab Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia, maka penulis menyatakan ayat pertama, ”Jangan mengaku mengenal kesusastraan Indonesia tanpa berjabat tangan terlebih dahulu dengan Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia”. Poin pertama.

Buku Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia terbitan November 2009 ini berisi 26 tulisan ilmiah populer Ribut Wijoto. Sebagian besar esai telah dimuat media massa dan beberapa lainnya pernah menjuarai beberapa sayembara esai tingkat nasional. Artinya, mengacu pada data itu, buku setebal 278 ini sanggup mengungkapkan tentang siapa dirinya secara mandiri, tanpa pembelaan siapa-siapa, sekali pun penulisnya sendiri: Ribut Wijoto. Meminjam kembali strategi retorika Ribut, Semoga anggapan saya benar, fakta ini layak menjadi poin kedua.

Kejelian Ribut Wijoto memetakan kondisi kesusastraan Indonesia dikarenakan kebersahajaan bersetia pada kesederhanaan. Secara konseptual, kegemilangan ragam pemikiran besar nan rumit dalam historis perkembangan sastra dunia mampu dikerucutkan dalam bahasa yang lebih akrab, lebih intim, dan lebih karib kepada pembaca. Riuh analogi keseharian ini mudah didapatkan dalam bacaan sebagai alat bantu pemahaman pembaca. Mencoba menolong pembaca yang mungkin terbata-bata ketika dihadapkan pada serbuan makna teks sastra maupun persilangan intektualitas sastrawan kita yang gemar bermain akrobatik. Sastrawan yang tidak pernah belajar memilih menekuni tradisi bentuk kesusastraan yang pernah ditancapkan atau diawali oleh tokoh pendahulu. Dialog provokatif seperti ini tergambar apik dalam esai ’Krisis Kepenyairan Kita’.

Bahan mentah keseharian yang dijadikan proyek tingkatan-tingkatan argumentasi, salah satunya bisa disaksikan pada ’Rahasia dan Godaan Puisi’. Keabstrakan, misteri puisi yang semula merupakan ranah penting bagi penyair dan penikmat seni, kini menjadi sangat penting pula bagi khalayak luas. Awal kata Ajaib! hingga membawa persoalan keabadian menjadi langkah persuasif menarik minat pembaca pada sastra; khususnya sajak. Menyingkap rahasia untuk tahu kebenaran dunia. Siapa yang tak tergoda? Ini memang dipercaya benar bagi para penggemar pemikiran-pemikiran besar kehidupan. Tapi tidak akan menjadi kebenaran untuk orang yang bergelut secara sederhana; yang sekadar menjalani hidup menurut pijakan siklus bertahan hidup dan menanti mati. Bagi mereka, mengurai kebenaran hidup melalui puisi sangatlah mengada-ada. Tetapi ketika sambil bersepakat dengan Baudrillard dan Kierkegaard, kemudian puisi diperikan dengan analogi daya pancar universal seorang gadis, maka rahasia dan godaan puisi menjadi sepenting mencari uang. Banyak esais gagal dalam hal ini, semoga anggapan saya salah, tetapi tidak dalam Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia.

Kecerdikan merumuskan sesuatu dengan konteks kesederhanaan ini bisa dikatakan merupakan keberhasilan. Bila Ribut seorang penyair, Ribut tak ubahnya seorang penyair yang selalu mengerutkan dahi dan menguras keringat dingin agar mampu mencipta bahasa sederhana. Sebisa mungkin pembaca tidak memerlukan deretan referensi. Ini berbeda dengan Nirwan Dewanto yang dikritik sebagai mahasiswa sastra semester pertama oleh Ribut dalam ’Bila Nirwan Seorang Penyair’. Lain juga dengan esai yang lebih sulit dicerna yang bertema sama tetapi dimuat di media massa seperti ’Tanah Tak Berjejak Para Penyair’ karya Donny Gahral Adian dan ’Pembelaan Puisi’ tulisan Bambang Agung. Meskipun esai-esai tersebut bertema sama, hendak mengatakan pentingnya puisi, tetapi jelas sekali esai-esai Ribut Wijoto lebih bersahaja. Ini poin ke berapa? Entah sudah kewalahan.

Mengacu pada bahasa Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia, penulis menduga buku ini membawa misi pemetaan sejarah untuk kesusastraan Indonesia. Kesusastraan postmodern. Kecenderungan Ribut membahas puisi-puisi Afrizal Malna mengindikasikan bahwa bagi Ribut kesusastraan postmodern dimulai sejak era Afrizal Malna. Karya Afrizal merupakan ikon milenea puitik Indonesia. Afrizalian. Terlepas dari polemik yang bakal muncul selanjutnya atas wacana yang dilontarkan Ribut Wijoto, tetapi upaya pencatatan sejarah secara subjektif ini harus diakui lebih baik ketimbang memberikan kerangka-kerangka periodisasi sejarah sastra dalam garis besar saja.

Merumuskan sejarah bukan hanya berhenti pada teks. Sebab teks hanya salah satu unsur dalam suatu relasi. Instruksi-instruksi yang diberikan ini semakin kentara bahwa menulis sejarah tidak bisa dilakukan oleh peneliti sastra yang bertekun pada teks saja. Terdapat banyak hal yang membuat korpus yang telah ditentukan oleh teks tersebut tidak lagi tertutup, seperti mempertimbangkan relativitas historis, kultural dan perpaduan horison pembaca lainnya. Akan tetapi, setidaknya Ribut Wijoto telah menyelesaikan tugas bahwa setiap generasi memang wajib untuk menulis ulang kejadian-kejadian seni yang ada pada jamannya. Sehingga jika masing-masing perumus sejarah ini disatukan, maka totalitas sejarah sastra dapat dimaknai secara komprehensif.

Akan tetapi, penyusunan sejarah sastra dengan mengandalkan subjektivitas seperti ini memang sangat rentan bantahan. Pasalnya, sama halnya validasi sejarah sastra ini dibentuk dan dipengaruhi oleh selera dan latar belakang subjek. Zaman hidup peneliti, dalam hal ini Ribut Wijoto, juga wajib dipertimbangkan. Kondisi kesusastraan Indonesia postmodernitas maupun kondisi postmodern kesusastraan Indonesia tidak bisa langsung dipahami dalam terminologi pemikiran Ribut Wijoto. Masih banyak karya yang perlu dieksplor dan disoroti untuk menentukan kondisi posmodern kesusastraan Indonesia.

Namun sebelum mengikuti jejak Ribut Wijoto, lebih baik memetakan terlebih dahulu tentang kebenaran sastra Indonesia dan postmodern. Apakah benar pemikiran kritis postmodern telah terlahir dari kungkungan jerat modernitas. Atau apakah postmodern yang dimaksud ialah nama lain dari modern. Ataukah postmodern ialah babak kelanjutan dari modernisme yang menemui jalan buntu. Atau jangan-jangan postmodern sastra Indonesia hanya pengadopsian serampangan dari pengetahuan-pengetahuan di belahan dunia lain yang di sana memang telah mengalaminya dan dipaksakan masuk ke dalam kesusastraan Indonesia.

Ketekunan Ribut Wijoto melihat lubang jadi peluang dan menemukan celah untuk dijadikan berkah ini membuat Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia tampak berisi ide-ide segar, penuh ragam informasi baru dan membuka cakrawala kesusastraan Indonesia. Pada prinsipnya, bahkan kecemerlangan analisa ala Ribut ini bisa dikatakan sebagai salah satu esai terbaik kesusastraan Indonesia. Karena itu, penulis berani meyakinkan kepada pembaca bahwa buku Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia ini merupakan kitab suci sastra yang dapat dijadikan pedoman untuk menjalani jalan bersastra. Karena itu ”Jangan mengaku mengenal kesusastraan Indonesia tanpa berjabat tangan terlebih dahulu dengan Kondisi Postmodern Kesusastraan Indonesia”.

Satu hal yang patut disayangkan yakni dominasi Ribut Wijoto dalam buku ini. Tidak adanya kata pengantar dari tokoh-tokoh selain Ribut ini membuat eksklusivitas buku ini seperti belum ada pengakuan, meskipun telah terbukti esai-esai Ribut telah mendapat apresiasi dari media maupun sayembara. Eksklusivitas ini memang membuktikan ciri-ciri kitab suci, asal jangan sampai dibuat-buat sendiri lantas dibaca-baca sendiri. Penulis yakin itu tidak bakal terjadi, karena hal yang indah pasti akan mengundang antusias lebih. Itu pasti.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest