Senin, 15 Juni 2009

Sepotong Bali di Tanah Belgi

Wita Lestari
http://jurnalnasional.com/

Keberadaan Taman Indonesia di Belgia akan memicu bangsa Eropa berkunjung ke sini untuk menikmati Indonesia yang sebenarnya.

KITA bersyukur punya Bali. Sampai saat ini ia bermagnet besar bagi orang asing. Utamanya bagi orang Eropa yang umumnya sangat pandai menghormati dan menghargai suatu budaya dan keindahan alam. Bukti ini dapat kita jumpai di tanah seluas 6 hektare yang dinamakan the Kingdom of Ganesha atau Taman Indonesia. Taman tersebut berada dalam kawasan Parc Paradisio yang punya luas 60 hektare. Parc Paradisio sendiri adalah kawasan kebun binatang yang dibangun oleh pengusaha asal Belgia, Eric Domb. Lokasinya di pinggiran kota Cambron. Tepatnya di kota Mons, sekitar 80 km dari kota Brussel, ibu kota Kerajaan Belgia. Belgia sendiri adalah negeri yang terletak di bagian barat benua Eropa, yang termasuk negara pendiri Uni Eropa. Negeri yang berluas wilayah 30.528 kilometer persegi dan berpenduduk sekitar 10,5 juta jiwa ini merupakan ibu kota Uni Eropa, juga pusat organisasi internasional lainnya termasuk NATO.

Pada sore (Senin, 18 Mei 2009, waktu setempat) berintik hujan, sejumlah orang sedang tekun mempersiapkan upacara pembukaan dan peresmian Taman Indonesia tersebut. Ada kelompok pemain gamelan Bali yang beberapa di antaranya adalah orang bule. Ada perempuan-perempuan asli Bali lengkap dengan busana tradisonalnya yang sedang menghidupkan dupa dan mempersiapkan sesajen di sudut-sudut persembahan di lokasi itu. Di antara para bule dan orang Indonesia yang berbaur tersebut, terlihat sesosok pria bule dengan postur tubuh tinggi langsing mengenakan busana tradisional Bali lengkap berwarna putih. Ia berjalan ke sana ke sini, dan agak sibuk melayani wawancara dari beberapa media lokal dan Indonesia. Dialah Eric Domb (38), sang pemilik dan pembangun Taman Indonesia.

Menurut Domb, tempat ini ia bangun karena kecintaannya pada Bali dan Indonesia. Disebutnya Indonesia sebagai “The most diversity country in the world” yang membuatnya tergerak untuk membangun “Indonesian Project” ini. Pandangan mata kita di taman ini akan berlabuh pada Pura Agung Shanti Buwana, seukuran bangunan aslinya di Bali, yang berdiri di atas sawah bertingkat ala sawah di Ubud. Ada juga bangunan replika besar Candi Prambanan yang menjulang tinggi, serta bongkahan batu besar berderet ala Gunung Kawi di balik tembok candi. Di depan gerbang tampak Rumah Toraja yang akan dijadikan kafetaria, juga ada miniatur Candi Borobudur. Di bagian belakang, tampak rumah tradisional Nusa Tenggara Timur, berderet melingkari ujung Taman Indonesia ini. Belum lagi taman ini masih dilengkapi dengan beragam patung, akar pohon tua, dan batang kayu pohon besar yang telah menjadi fosil asal Banten.

“Diperlukan 8.000 batu yang diangkut dengan 300 kontainer dari Gunung Agung di Bali dan Gunung Merapi di Jawa. Seribu tukang bangunan dari Muntilan dan sekitar 150 seniman dari Bali, sedangkan beberapa orang China mengerjakan fondasinya,” kata Domb sore itu. Proyek ini, menurut Domb, mulai dibangun tahun 2006. “Saya persembahkan tempat ini untuk orang Indonesia sebagai tanda terima kasih saya bisa menikmati budayanya yang indah. Saya dedikasikan taman ini untuk orang Bali, orang Indonesia, dan semua pengunjung yang menghargai bangunan ini,” kata Domb yang sejak berusia 7 tahun (tahun 1978) sering berlibur di Bali. “Semua orang Bali atau yang mereka yang beragama Hindu Bali di Eropa bisa datang ke tempat ini, untuk bersembahyang, berekreasi, atau apa pun yang mereka inginkan,” kata sang pengusaha yang merupakan Presiden dari L’Union Wallone des Entreprisis (UWE), semacam Ketua KADIN kalau di Indonesia.

Meski bisa dikunjungi untuk rekreasi, Domb tetap memasang papan peraturan yang mesti dipatuhi para pengunjung. “Kami tetap menghormati aturan-aturan suci pura, maka kami memberlakukan aturan-aturan itu di sini,” katanya. Salah satu aturan yang terpampang di papan pengumuman adalah perempuan yang sedang datang bulan tak diperkenankan memasuki pura, dan untuk memasuki pura harus berpakaian adat Bali.

Di tengah suasana beratmosfer Bali sore itu, suara gamelan Bali yang kontinu mengudara membuat orang tak bisa melepaskan pikiran dari pesona Pulau Dewata. Ada ‘Made’ pria bule asal Jerman yang khusus datang dari Jerman untuk acara pembukaan dan peresmian Taman Indonesia dan penyucian pura di tempat ini. “Saya baru diberi tahu kemarin, jadi tergopog-gopoh datang ke sini,” katanya yang tak menyebutkan nama aslinya. Made menikah dengan gadis Bali yang kini memberinya dua anak berusia 18 dan 14 tahun. Mereka menetap di Jerman. Karena kesibukan menyiapkan acara, istri Made tak sempat diwawancarai. “Itu dia! Perempuan yang di sana itu adalah istri saya,” katanya sambil menunjuk dengan rasa bangga pada perempuan yang berpakaian tradisonal Bali, kebaya dan kain dilengkap selendang yang melingkari pinggangnya.

Ada juga Erika Van Geyte, orang Belgia yang sore itu juga berpakaian ala Bali. Ia menikah dengan pria asli Bali, Made Astawan. Mereka dikaruniai satu anak laki-laki yang kini berusia 9 tahun yang diberi nama Gede Karya. Gede ikut main gamelan Bali sore itu. Penampilannya tak dilewatkan oleh Oma dan Opanya yakni kedua orang tua Erika yang asli Belgia.

Jembatan Eropa-Indonesia

Peresmian dan penyucian pura sore itu diawali dengan sambutan-sambutan dari Eric Domb, Dubes RI untuk Belgia Nadjib Riphat Kesoema, dan Menteri Budaya dan Pariwisata RI Jero Wacik, didampingi oleh Dirjen Pemasaran Pariwisata Sapta Nirwandar. Dari pihak Belgia antara lain Menteri Ekonomi, Tenaga Kerja dan Warisan Budaya Wilayah Wallonia, Jean Claude Marcourt dan tentunya CEO Parc Paradisio sendiri, Eric Domb.

Inti dari pidato mereka adalah menginformasikan betapa beragam dan indahnya negeri Indonesia termasuk Bali. Domb yang sangat mencintai Bali yakin dengan membangun kompleks bangunan Indonesia ini, maka akan banyak orang Eropa yang akan jatuh cinta pada Indonesia. Keyakinan Domb akan hal ini didukung oleh Dubes RI dan Menbudpar. “Taman Indonesia di Belgia ini tidak hanya pintu dan jendela untuk mengenal Indonesia, tapi juga sebuah penghargaan dan kehormatan bagi bangsa Indonesia di Eropa,” kata Menbudpar Jero Wacik dalam sambutannya. “Pendeknya, taman ini merupakan jembatan antara Eropa dan Indonesia,” ujar Dubes Nadjib menambahkan.

Udara dingin dan hujan yang turun-berhenti-turun di sore itu tak membuat para pengunjung dan tamu undangan yang berjumlah sekitar 800 orang itu terkesan bosan mendengarkan sambutan-sambutan yang cukup lama itu. Di kiri-kanan jalan masuk ke Taman Indonesia, tempat para undangan berdiri dengan payung putih yang dibagikan Panitia, ada danau yang mempertunjukkan tingkah burung-burung ibis yang ceria. Kadang mereka terbang melintasi para undangan. Keindahan sore itu dilengkapi munculnya pelangi di langit danau sebelah kiri. Kemuculan pelangi ini disebut-sebut pula dalam pidato Menbudpar Jero Wacik sore itu.

Seusai pengguntingan pita dan penyerahan sepasang gajah Sumatera secara simbolik untuk Taman Indonesia ini, Menbudpar Jero Wacik mengatakan,” Taman Indonesia di Belgia ini merupakan celah bagi kita untuk mempromosikan Indonesia di forum dunia. Di mana ada kesempatan, ada celah, kita melakukan promosi. Setelah kita resmikan hari ini, maka akan banyak orang Eropa yang datang ke sini melihat miniatur Indonesia ini. Pada akhirnya mereka ingin melihat yang aslinya di Indonesia. Jadi, tempat ini hanya sekadar appetizer-nya saja.” Menurut Menbudpar, yang dimaksudkannya dengan Eropa termasuk Rusia, selain empat negara yang mengelilingi Belgia yakni Belanda, Luxembourg, Perancis, dan Jerman. Menurut Dubes RI untuk Belgia, Parc Paradisio memang dikunjungi oleh negara-negara tersebut.

Sungguhkah orang-orang Eropa melalui sepotong Bali di tanah Belgi ini akan menikmati the main cours-nya di Indonesia? Tentu saja kita harapkan demikian. Di tengah krisis finansial global sekarang ini, pariwisata adalah salah satu sektor yang paling menjanjikan pemasukan devisa negara.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest