Senin, 15 Juni 2009

Banyak Festival Terancam Batal

Ribut Wijoto*
http://www.surabayapost.co.id/

Tahun ini, masyarakat seni di Jawa Timur terancam kehilangan beragam sajian festival seni. Misalnya Festival Cak Durasim, Surabaya Full Music, Festival Budaya Adhikara, dan sebagainya. Apakah yang sebenarnya terjadi?

Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur memindahkan kewenangan mengurusi bidang kesenian, dari dinas pendidikan ke dinas pariwisata terbukti tanpa persiapan yang matang. Padahal pemindahan tersebut bukanlah rencana mendadak. Pemindahan telah dibahas dalam beberapa tahun belakangan. Apalagi, Jawa Timur bukanlah satu-satunya yang mengambil kebijakan serupa. Provinsi lain semisal Yogyakarta dan Bali pun melakukan kebijakan yang sama. Anehnya, latar belakang yang semestinya terprogram tersebut, tetap saja kacau balau. Imbasnya harus disandang masyarakat luas.

Beberapa bulan lalu, masyarakat dikagetkan oleh berita memalukan. Isinya, tahun 2009 ini, Pemerintah Provinsi tidak akan menganggarkan dana untuk kebudayaan (baca: kesenian). Artinya, dana kesenian sebesar nol rupiah. Berita ini dibenarkan oleh salah satu pegawai Pemprov Jatim dan beberapa seniman. Tak ayal, banyak seniman lain yang tercengang. Kalangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Jatim pun mencak-mencak.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, ketika diserahi kewenangan mengurusi kebudayaan, ternyata tidak dibekali dana kesenian. Pelimpahan dari Dinas Pendidikan hanya berupa transfer kewenangan dan tidak diikuti dengan transfer dana. Akhirnya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pun hanya bisa tolah-toleh. Program apa yang bisa dilakukan tanpa dukungan dana? Jawabnya, tidak ada. Semua program membutuhkan dana.

Padahal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengemban tugas melanjutkan beragam program (termasuk festival) yang selama ini ditangani Dinas Pendidikan. Semisal menggelar Festival Cak Durasim, Festival Budaya Adhikara, Festival Jawa Timur, Surabaya Full Music, Festival Kawasan Utara, Festival Karya Tari Jawa Timur, Festival Musik Daerah, dan sebagainya. Kini semua festival tersebut terancam batal. Penyebabnya jelas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tidak memiliki dana.

Atas desakan berbagai kalangan, Pemerintah Provinsi akhirnya siap menggulirkan dana kebudayaan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dinas yang dipimpin oleh Harun ini pun mengajukan dana bagi semua festival yang pernah digelar oleh Dinas Pendidikan. Tidak hanya itu, berbagai program lain juga turut diajukan. Tapi, prosedur tetap harus dijalankan. Dana tidak bisa begitu saja langsung disalurkan. Pemerintah Provinsi harus mendapat persetujuan legal dari DPRD Jatim. Nah, proses ini tidak bisa cepat. DPRD Jatim biasanya membahas Perubahan Anggaran Keuangan nanti bulan Juni atau Juli. Itu pun tidak bisa langsung digedhok. Penggedhokan biasanya dilakukan bulan Agustus atau September. Ini runutan dalam kondisi normal. Padahal tahun ini, banyak sekali agenda politik yang harus dihadapi DPRD Jatim. Sangat mungkin, pembahasan dan penggedhokan PAK akan molor.

Bersandar dari prosedural tersebut, pengajuan dana kesenian oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menjadi amat spekulatif. Pertama, Dewan bisa saja menolak pengajuan perubahan anggaran. Kedua, Dewan menyetujui tapi tidak semuanya. Ketiga, kalaulah Dewan menyetujui, dana baru bisa cair paling cepat bulan September. Bisa jadi, dana justru bakal keluar akhir tahun.

Menyikapi spekulasi tersebut, beragam festival yang rutin digelar menjadi benar-benar sulit dilaksanakan tahun 2009 ini. Misalkan dana keluar pada akhir September, jarak waktu yang teramat pendek tentu tidak memungkinkan terselenggaranya festival secara sempurna. Sebab, menyelanggarakan festival membutuhkan kematangan berbagai persiapan. Mulai dari pembentukan panitia, perencanaan, proses seleksi, undangan ke penyaji, sampai logistik lain yang musti disiapkan.

Tragisnya, hampir semua festival tersebut melibatkan seniman-seniman daerah. Oleh sebab rutin diselenggarakan, Pemerintah Kabupaten atau Kota pun telah biasa melakukan persiapan-persiapan. Semisal menggelar beberapa acara kesenian untuk seleksi internal. Hasil seleksi akan mewakili kabupaten atau kota untuk dikirim ke festival. Misalnya Festival Seni dan Budaya Mojopahit. Juara pertama festival ini akan dikirim untuk mewakili Mojokerto di Festival Jawa Timur. Tapi kenyataannya, problem muncul di tingkat Pemerintah Provinsi. Persiapan-persiapan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota menjadi sia-sia. Akhirnya, ke depan, beragam acara kesenian di daerah pun dalam posisi gamang.

Bagi masyarakat seniman sendiri, pembatalan kegiatan festival bisa dikatakan sebagai pemasungan daya cipta. Seniman kehilangan ruang-ruang eksplorasi seni. Padahal, pemerintah berkewajiban mendukung terselenggaranya kehidupan kesenian agar lebih kondusif. Yang terjadi justru sebaliknya, pemerintah mengeluarkan kebijakan birokratis yang menyumbat kran kreativitas seni.

Pada titik problem inilah komitmen Jawa Timur sebagai provinsi yang mendukung mobilitas iklim kesenian dipertanyakan. Seharusnya pemerintah menyadari, festival seni tidak hanya berkaitan dengan wilayah seni semata. Festival seni juga berkaitan dengan citra provinsi atau citra Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur. Yogyakarta, Jawa Barat, Bali dikenal dinilai bercitra seni karena di sana banyak festival yang digarap secara ajeg dan serius. Sekali saja festival tersebut dihentikan, penilaian masyarakat terhadap pergelaran tersebut menjadi anjlok. Apalagi, festival dihentikan hanya karena problem birokrasi pemerintahan yang macet. Alasan ini bisa dianggap menggelikan.

Lebih menggelikan lagi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan bahwa tahun 2009 merupakan tahun ekonomi kreatif. Sebuah konsep ekonomi yang berbasis ranah kreativitas, yaitu ranah seni. Pemerintah Pusat melihat fakta, ranah kesenian telah menyumbangkan pendapatan besar bagi negera. Selain itu, ranah kesenian juga mampu mendorong pergerakan ekonomi masyarakat. Semestinya, pemahaman yang sama juga dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Bukan justru sebaliknya. Ketika Presiden sibuk mendorong dunia kreatif, Jawa Timur justru melakukan pembatalan beragam ajang festival seni.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus berbenah. Sekarang belum memasuki pertengahan tahun, ancaman pembatalan beragam festival seni masih bisa diantisipasi. Pemerintah boleh menjalankan PP 41 tentang penataan birokrasi. Boleh mimindahkan kewenangan mengurusi kesenian. Tetapi, Pemerintah Provinsi juga harus bergerak mencari jalan keluar. Jangan sampai kebijakan pemerintah justru kontra-produktif. Kalau Pemerintah Provinsi mampu mengambil terobosan-terobosan tertentu, semua festival seni yang secara rutin diselenggarakan tetap akan bisa digelar. Di sinilah komitmen pemerintah dipertaruhkan. Bahkan tidak hanya komitmen, kreativitas pemerintah juga harus dikembangkan.

Secara lebih luas, kebijakan pemerintah dalam menyikapi kesenian perlu dikaji ulang. Bisa jadi, problem-problem tahun ini menyingkapkan bahwa ada yang salah dengan cara pemerintah dalam mengembangkan kesenian (baca: kebudayaan). Pemerintah terlalu turut campur alias intervensi dalam soal teknis kesenian. Seharusnya, pemerintah mulai banyak membatasi diri. Festival seni tidak perlu dipanitiai oleh pegawai negeri. Toh, kemampuan menulis puisi, kemampuan menari, menggambar, dan bernyanyi tidak masuk dalam materi CPNS.

Tapi apakah pemerintah lantas lepas tangan. Jawabnya, tentu tidak. Pemerintah cukup menyediakan dana dan fasilitas. Urusan teknis biarlah dijalankan oleh kalangan seniman. Para seniman yang jauh lebih memahami kesenian dibanding para pegawai negeri sipil yang biasa upacara bendera pada Senin pagi.

*) Penulis adalah Sastrawan Surabaya

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest