Sabtu, 02 Mei 2009

Ketika Barat Menginspirasi Timur

Hujuala Rika Ayu*
http://www.jawapos.com/

SEBAGAI seorang anak perempuan yang terlahir dengan latar belakang bangsawan, Kwei-lan merasa telah mempelajari semua hal yang harus dilakukan seorang istri untuk memenangkan hati suaminya. Tidak hanya masak dan berdandan saja, tapi ia juga telah memenuhi standar kecantikan di mana seorang gadis semenjak kecil harus mengikat kakinya sehingga kaki-kakinya menjadi pendek dan mungil. Namun, kaki-kaki mungil, pintar memasak dan berdandan tidak cukup untuk memenangkan hati suaminya yang telah mengarungi empat lautan itu.

Begitulah kurang lebih isi novel yang diusung Pearl Sydenstricker Buck, penulis Amerika yang mendapatkan hadiah Nobel Sastra 1938. Penulis yang biasa menyingkat namanya menjadi Pearl S. Buck ini tinggal di Tiongkok sejak kecil. Hal inilah yang membuat karya-karyanya -seperti Madame Wu, Surat dari Peking, dan Maharani- sarat akan budaya dan nilai-nilai Tiongkok. Karya-karya Pearl S. Buck secara khusus memotret kehidupan perempuan Tiongkok dan perjuangan mereka pada saat itu dalam masyarakat Tiongkok yang sangat patriarkis.

Novel ini merupakan novel debutan Pearl S. Buck yang berseting 1930-an. Secara bentuk, novel ini terasa begitu familiar dengan pembaca. Pembaca seolah benar-benar dibawa terbang menyusuri setiap kalimat demi kalimat. Hal itu karena penggunaan the first person point of view ”aku” dalam novel ini. Kata ”aku” yang merujuk pada karakter utama Kwei-lan dan kau yang merujuk pada Saudari bertebaran di setiap halaman novel ini. Selain itu, gaya penceritaan epistolary atau bentuk surat membuat novel ini menjadi tidak biasa. Novel yang dibuka dengan kalimat, inilah yang bisa kukatakan kepadamu, Saudariku (hlm. 9) –ditujukan kepada seseorang yang dipanggil Saudariku oleh karakter utama Kwei-lan– langsung membuat perhatian pembaca tersedot.

Hal lain yang tidak kalah menarik dari unsur bentuk adalah isi novel yang begitu enchanted. Kisah suami istri yang menikah kemudian punya anak sudah jamak terjadi dalam kehidupan. Namun kisah Kwei-lan dan suaminya membuat kita terpengarah akan kompleksnya konflik yang dihadapi pasangan ini. Kwei-lan adalah representasi wanita Tiongkok konvensional yang harus mengalami cultural chaos dengan suaminya yang juga asli Tiongkok tapi ber-mind-set Barat. Tidak mudah baginya untuk menghadapi dan beradaptasi dengan suami yang secara fisik adalah orang Tiongkok dengan ”pikiran orang seberang lautan”. Bagi Kwei-lan, lelaki yang dikenalnya sejak ia berumur empat tahun itu tak ubahnya makhluk alien dari planet lain yang tak ia kenali. Lihatlah bagaimana respons Kwei-lan tentang suaminya itu pada pertemuan pertama mereka. Namun, begitu ia masuk mengenakan pakaian asing yang aneh itu, aku tak mampu mengucapkan kata-kata itu. Mungkinkah aku telah menikah dengan orang asing? Ia jarang berkata-kata dan pandangan matanya kepadaku hanyalah sekilas, meskipun aku mengenakan pakaian satin merah muda persik dan jepit bertatahkan mutiara di rambutku (hlm. 11).

Novel ini sedikit memberi kejutan kepada pembaca. Suami Kwei-lan yang awalnya digambarkan sebagai sosok yang dingin dan acuh tak acuh, tiba-tiba berubah menjadi sosok yang begitu konsen akan kebebasan istrinya dari belenggu tradisi dan mistis Tiongkok yang kolot. Di sini, suami adalah sang ”feminis” pendobrak kungkungan. Berbekal otak Barat dan ilmu kedokteran, sang suami sedikit demi sedikit membantu Kwei-lan untuk bebas dari masyarakatnya yang patriarkis.

Perubahan pertama yang dilakukan suami adalah membebaskan Kwei-lan dari kewajiban ”melayani” keluarga pihak lelaki terutama ibu suaminya dengan membawa Kwei-lan tinggal terpisah dari mereka. Menurut adat, setelah menikah Kwei-lan adalah milik suami dan keluarga sang suami. Hal ini membuat Kwei-lan terkejut karena ia menganggap bahwa apa yang dilakukan suaminya melanggar adat istiadat. Dalam novel ini, Kwei-lan mengatakan, suamiku berani mengatakan bahwa ibunya yang terhormat itu punya sifat diktator, dan ia tidak mau kalau istrinya dijadikan pelayan di rumah itu (hlm. 39).

Selain itu, sang suami juga meminta Kwei-lan untuk melepaskan kaki-kakinya dari ikatan menahun yang ia lakukan demi sebuah standar kecantikan kolot yang menyiksa. Awalnya, Kwei-lan yang telah lama dicuci otaknya oleh tradisi, melakukan pemberontakan. Ia merasa limbung karena bahkan kakiku yang terbungkus sepatu dengan sulaman indah pun tidak mampu menyenangkan dia, bagaimana mungkin aku bisa memenangkan cintanya? (hlm. 53). Namun, setelah pulang dari rumah ibu kandungnya, Kwei-lan memutuskan untuk menuruti kemauan suaminya dan ia merasa lebih sehat dan lincah.

Tidak tanggung-tanggung, di zaman di mana masyarakat menganggap bahwa anak lelaki adalah pembawa keberuntungan, sang suami alih-alih mendukung Kwei-lan untuk melahirkan anak lelaki, ia malah membebaskan Kwei-lan untuk memiliki anak perempuan. Yang lebih melegakan Kwei-lan lagi, sang suami yang modern dan berpendidikan Barat itu tidak tertarik untuk berpoligami atau mengambil selir seperti yang dilakukan para pria Tiongkok pada zaman itu (termasuk juga ayah Kwei-lan) terutama jika sang istri tidak mampu melahirkan bayi lelaki.

Banyak cultural chaos yang terjadi dalam rumah tangga pasangan ini yang berbuah manis pada akhirnya. Perubahan Kwei-lan yang akhirnya perlahan-lahan menerima pemikiran Barat yang diusung suaminya patut untuk disimak. Sebagai seorang wanita bangsawan Tiongkok yang dibesarkan dalam lingkungan yang kolot, alih-alih untuk mengubah diri, memiliki pemikiran yang sedikit modern tentang sesuatu akan dianggap sebagai tidak bermartabat. Oleh karena itu, peran sang suami yang sedikit memaksa Kwei-lan untuk mengubah cara berpikir adalah hal yang patut dirayakan. Perubahan itu membawa ia kepada apa yang disebut sebagai pencerahan feminis.

Apa yang terjadi pada Kwei-lan yang Tiongkok itu hampir mirip dengan apa yang terjadi dengan Kartini di Jawa. Kartini yang hidup sebagai bangsawan dan dibesarkan dengan tata cara bangsawan Jawa kuno dan kolot juga mendapat suntikan pemikiran ala Barat dari sahabat-sahabatnya, yaitu Tuan dan Nyonya Abendanon, Nyonya Ovink-Soer, Nona Estella H. Zeehandelaar dan Nellie van Kol. Pemikiran ala Barat yang diterima Kartini melalui surat-suratnya para sahabat membuat pemikirannya tentang wanita Indonesia semakin matang. Baginya, surat-surat kepada sahabatnya adalah saluran di mana ia dapat mencurahkan segala isi hatinya. Sama halnya dengan Kwei-lan, suami baginya adalah tempat ia dapat bertanya dan berpendapat dengan bebas tanpa perlu menundukkan kepala malu-malu, seperti yang diamanatkan ibunya: di hadapan lelaki, seorang perempuan harus tetap berdiam diri bagaikan bunga dan mengundurkan diri secepat mungkin tanpa bertanya-tanya (hlm. 10).

Kwei-lan dan Kartini adalah dua wanita Timur yang sama-sama mengalami cultural chaos. Pemikiran Barat yang disuapkan suaminya pada Kwei-lan membuatnya bertanya tentang arti keperempuanan yang diusung adat istiadat kolot Tiongkok. Sama halnya dengan Kartini yang Jawa, Barat membantu ia membebaskan diri dari kungkungan kolot. Melalui Barat, Timur akan terlihat begitu jelas. Dengan begitu mata hati akan dengan mudah terbuka untuk melihat yang sebenarnya. (*)


*) Staf Pengajar Sastra Inggris Unesa
Judul Buku : East Wind, West Wind
Penulis : Pearl S. Buck
Alih Bahasa : Lanny Murtihardjana
Penerbit : Gramedia Pustaka Tama
Cetakan : I, Februari 2009
Tebal : 238 halaman

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest