Gabriel Garcia Marquez
Penerjemah: Anton Kurnia
http://entertainmen.suaramerdeka.com/
IA tak pernah bepergian jauh sebelumnya. Ia membawa kopor seng berisi pakaian, novel-novel grafis yang dibelinya setiap bulan, dan buku-buku berisi puisi cinta yang ia kutip dari ingatan dan nyaris rusak karena terlalu sering dibaca. Ia tak membawa serta biola miliknya karena benda itu dekat dengan nasib sial, tetapi ibunya memintanya membawa petate, sebuah tempat tidur gantung lipat dengan bantal, selimut, dan kelambu yang terkemas rapi. Florentino Ariza tak ingin membawanya sebab menurutnya benda-benda itu tak akan berguna di sebuah kamar yang menyediakan perlengkapan tidur. Namun, sejak malam pertama ia punya alasan untuk sekali lagi bersyukur atas firasat tajam ibunya.
Pada saat terakhir sebelum keberangkatan, seorang penumpang berpakaian setelan malam naik ke atas kapal. Ia baru datang pagi itu dari sebuah kapal yang bertolak dari Eropa dan ditemani oleh Gubernur. Orang itu ingin langsung melanjutkan perjalanannya bersama istri dan putrinya, juga pelayan dan tujuh kopor berwarna emas yang tampak terlalu berat untuk dibawa menaiki tangga. Untuk melayani para penumpang tak terduga ini, Kapten Kapal, seorang lelaki bertubuh raksasa dari Curacao, mengimbau rasa patriotisme para penumpang.
Dalam bahasa campuran Spanyol dan Curacao, ia menerangkan kepada Florentina Ariza bahwa lelaki berpakaian setelan malam itu adalah Duta Besar Inggris yang baru dan ia sedang menuju ibu kota Republik. Ia mengingatkan Florentino betapa kerajaan itu telah banyak membantu perjuangan kemerdekaan mereka dari penjajahan Spanyol, dan sebagai balasannya tak ada pengorbanan yang lebih besar selain mengizinkan sebuah keluarga merasa lebih nyaman berada di negeri ini daripada di negeri mereka sendiri. Florentino Ariza, tentu saja, merelakan kamarnya.
Pada mulanya ia tak menyesali hal itu karena air sungai begitu melimpah dan kapal pun melaju tanpa kesulitan pada dua malam pertama. Setelah makan malam, pada pukul lima sore, awak kapal membagikan tikar kanvas kepada para penumpang dan masing-masing menggelar alas tidurnya di tempat kosong yang bisa mereka dapatkan. Florentino memasang petate dan kelambu untuk melindunginya dari nyamuk. Ia tidur di atas tempat tidur gantung itu, sementara mereka yang tak membawa perlengkapan apa pun tidur di atas meja ruang makan, berselimutkan taplak meja yang tak diganti lebih dari dua kali selama perjalanan.
Florentino Ariza terjaga nyaris sepanjang malam, merasa seolah-olah mendengar suara perempuan yang dicintainya, Fermina Daza, dalam embusan sepoi-sepoi angin sungai, menghanyutkan kesunyiannya bersama kenangan tentang perempuan itu, mendengarnya bernyanyi di sela-sela deru suara kapal saat bergerak menyusuri kegelapan seperti seekor binatang raksasa hingga semburat jingga pertama muncul di cakrawala saat hari baru mekar tiba-tiba di atas tanah gersang dan rawa-rawa berkabut. Perjalanannya kembali menjadi sebuah bukti kearifan ibunya dan ia mencoba tabah untuk melupakan semua rasa kecewanya.
Setelah tiga hari mengarungi sungai, perjalanan selanjutnya terasa lebih sulit karena mesti melewati celah sempit berpasir. Sungai itu menjadi berlumpur dan semakin menyempit di tengah-tengah hutan belukar pepohonan raksasa. Hanya sesekali tampak gubuk jerami di tepinya, tempat persinggahan untuk mengambil kayu. Kicau burung dan suara monyet yang tak terlihat terasa menambah panas hawa siang hari.
Pada malam hari jangkar kapal diturunkan saat mereka tidur dan menghadapi kenyataan bahwa menjalani hidup tidaklah mudah. Hawa panas dan nyamuk meningkahi bau busuk ikan asin yang dikeringkan di atas susuran tangga. Kebanyakan penumpang, terutama orang-orang Eropa, tak tahan dengan bau busuk dalam kamar mereka dan menghabiskan malam dengan berjalan-jalan di geladak, mengusiri nyamuk dengan handuk bekas mengelap keringat. Saat terbit fajar, mereka sudah amat kelelahan dengan sekujur tubuh bentol-bentol oleh gigitan serangga.
Lebih buruk lagi, episode lain perang saudara antara kaum liberal dan konservatif pecah pada tahun itu dan Kapten Kapal memberlakukan peraturan ketat untuk menjaga keselamatan para penumpang. Untuk menghindari salah pengertian dan provokasi, ia melarang kegiatan favorit dalam perjalanan mengarungi sungai pada masa itu, yakni menembaki buaya yang sedang berjemur di tepi sungai berlumpur. Lalu, ketika beberapa penumpang terbagi menjadi dua kubu yang bermusuhan dalam sebuah perdebatan, ia memutuskan untuk menyita semua senjata yang dimiliki para penumpang dengan jaminan bahwa semuanya akan dikembalikan pada akhir perjalanan.
Dia bersikap tegas, termasuk pada Duta Besar Inggris yang pada pagi hari sebelum meninggalkan kapal tampil dalam pakaian berburu, lengkap dengan sebuah karaben dan sepucuk bedil untuk menembak macan. Pembatasan lebih ditingkatkan di pelabuhan Tenerife ketika mereka berpapasan dengan sebuah kapal yang mengibarkan bendera kuning pertanda ada serangan wabah penyakit.
Kapten Kapal tak memperoleh keterangan lebih lanjut berkaitan dengan tanda peringatan itu karena kapal itu tak menyambut sinyal yang dikirimnya. Tetapi, pada hari yang sama, mereka berpapasan dengan kapal lain, sebuah kapal barang yang mengangkut domba untuk dibawa ke Jamaika dan mereka memberi tahu bahwa kapal berbendera kuning tadi membawa dua orang yang terserang penyakit kolera.
Wabah kolera tengah berkecamuk di daerah pelabuhan sepanjang sungai yang masih harus mereka lewati. Akibatnya, para penumpang dilarang meninggalkan kapal itu, bukan hanya di pelabuhan, melainkan juga di tempat-tempat perhentian untuk mengambil kayu. Hingga mereka mencapai pelabuhan terakhir, enam hari perjalanan, para penumpang terpaksa berlaku seperti tahanan, termasuk menikmati segepok kartu Pos Belanda bergambar porno yang diedarkan dari tangan ke tangan tanpa ada yang tahu dari mana benda-benda itu berasal. Mereka tak sadar bahwa itu hanyalah bagian kecil dari koleksi legendaris Kapten Kapal. Namun, akhirnya, selingan menyenangkan ini hanya menambah kebosanan mereka.
Florentino Ariza mencoba bertahan dalam perjalanan yang berat itu dengan kesabaran yang membawa kesedihan pada ibunya dan kegusaran pada teman-temannya. Ia tak berbicara kepada seorang pun. Hari-hari begitu tenang baginya saat ia duduk di dekat tangga, menatap buaya-buaya yang diam menjemur diri di tepi sungai berlumpur dengan mulut terbuka untuk menangkap kupu-kupu. Ia memerhatikan sekawanan bangau yang muncul tanpa aba-aba di rawa-rawa dan beruk yang menyusui anaknya, lalu mengejutkan para penumpang dengan lengking jeritannya yang mirip suara tangisan perempuan.
Pada suatu hari ia melihat tiga sosok mayat manusia berwarna kehijauan terapung di permukaan sungai. Burung-burung bangkai bertengger di atas mayat-mayat itu. Pertama, dua sosok mayat melintas dekat kapal, salah satunya tanpa kepala, kemudian sesosok mayat perempuan muda mengapung, rambutnya yang panjang dan ikal terpilin pada baling-baling kapal. Ia tak tahu, karena tak seorang pun pernah tahu, apakah mereka korban wabah kolera atau perang, tetapi bau busuk yang memuakkan itu mengotori kenangannya pada Fermina Daza.
Selalu seperti itu: setiap peristiwa, baik atau buruk, selalu mengandung keterkaitan dengan perempuan itu. Pada malam hari, saat kapal itu membuang sauh dan sebagian besar penumpang berjalan-jalan di geladak dengan putus asa, ia menyimak novel-novel grafis yang telah ia kenali sepenuh hati di bawah penerangan lampu neon di ruang makan, satu-satunya ruangan yang dibiarkan terang-benderang hingga fajar tiba. Kisah yang ia baca sering kali membawa pengaruh magis saat ia mengganti tokoh-tokoh khayalan dengan orang-orang yang ia kenal dalam kehidupan nyata, membuat dirinya dan Fermina Daza memainkan peranan sepasang kekasih yang terpisahkan.
Pada malam-malam yang lain ia menulis surat-surat penuh kesedihan dan kemudian mencabik-cabiknya, lalu membuangnya ke dalam arus sungai yang terus mengalir ke arah perempuan itu tanpa pernah berhenti. Saat-saat paling sulit baginya terkadang muncul dalam sosok seorang pangeran pemalu, atau seorang kekasih gelap yang coba dilupakan, hingga akhirnya embusan angin mulai bertiup sepoi-sepoi dan ia pun tertidur di atas kursi dekat tangga.
Pada suatu malam ia selesai membaca lebih awal daripada biasanya dan berjalan menuju kamar kecil. Sebuah pintu terbuka saat ia melintasi ruang makan, lalu sesosok tangan mirip cakar seekor elang menyambar lengan bajunya dan menariknya ke dalam sebuah kamar.
Dalam kegelapan ia bisa melihat sesosok tubuh perempuan telanjang. Tubuh muda itu berkilat oleh keringat yang panas, napasnya terengah-engah. Perempuan itu mendorongnya terbaring menelentang, membuka ikat pinggangnya, memelorotkan celananya, lalu menduduki tubuhnya seolah-olah sedang menunggang kuda dan merampas keperjakaannya.
Mereka berdua terperosok ke dalam sebuah gairah yang menyakitkan, ke dalam sebuah lubang tanpa dasar yang hampa dan beraroma seperti rawa-rawa asin penuh udang. Setelahnya, perempuan itu terbaring sejenak menindih tubuhnya dengan napas terengah-engah, lalu bergegas pergi dalam kegelapan.
”Lupakanlah semua ini,” ujar perempuan misterius itu sebelum menghilang. ”Semua ini tak pernah terjadi.”
Serangan itu terjadi amat cepat dan begitu mendadak sehingga hanya bisa dipahami sebagai sebuah kegiatan terencana, buah dari sebuah persiapan matang hingga detail paling kecil, bukan sekadar perbuatan tak sengaja yang disebabkan oleh rasa bosan.
Kesadaran akan hal ini menimbulkan kemarahan dalam diri Florentino Ariza. Rasa nikmat yang baru saja ia alami menandakan sesuatu yang tak bisa ia percayai, bahkan menolak diakuinya: ternyata khayalan cintanya kepada Fermina Daza ternyata bisa digusur oleh secuil nafsu duniawi.
Ia merasa penasaran ingin mengetahui siapakah sesungguhnya perempuan dengan naluri seekor macan kumbang yang telah membawanya pada kenyataan getir itu. Namun, ia tak pernah berhasil.
Semakin gigih ia mencari, kian jauh ia dari kebenaran....
*) Gabriel Garcia Marquez adalah pengarang terkemuka Amerika Latin asal Kolombia. Ia meraih Hadiah Nobel Sastra pada 1982. Cerita di atas diterjemahkan oleh Anton Kurnia dari Love in the Time of Cholera.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
1 komentar:
mas tau ga buku ini diterjemahin taun brp ya? kok saya cari susah bgt ya? terimakasih. -dila-
stonyrossy@hotmail.com
http://festival.blogspot.com
Posting Komentar