Rabu, 11 Maret 2009

Sajak-Sajak Eddy Pranata PNP

http://nasional.kompas.com/
SERPIHAN CAHAYA, LAUT DAN BUKIT

dari angin basah dalam teluk berjubah kabut
serpihan cahaya dari permukaan laut dan gundukan bukit
menjelma tubuh ringkihmu, menyeretku ke tanggul dermaga
"malam ini aku dijemput maut," bisikmu, dingin
lama aku tatap mata malaikat dalam pekat matamu
hingga daun-daun senja luruh
kami bergandeng tangan menyisir pantai
mendaki bukit menuruni lembah
mengendap di sudut-sudut kota
dengan napas tersengal kembali ke pelabuhan
lama berdiskusi tentang maut
di bibir dermaga
di ujung malam sebuah sampan merapat
di atasnya keranda gemerlap
"aku harus pergi," bisikmu, lebih dingin
ia melompat ke atas sampan
angin basah membawanya pergi
membelah teluk menuju laut jauh
serpihan cahaya berpendar di ujung dermaga.

Cilacap, 8 Desember 2008.



AKU MELIHAT DIRIKU
TELAH MENJADI ZOMBI

aku melihat diriku telah menjadi zombi
berdiri tegak di pintu pelabuhan tanjung intan
lalu melayang dari satu palka ke lain palka
kapal yang sandar, kapal rapuh dan tua
tempat sembunyikan segala tangis dendam
dari derunya ombak
pagi pun pecah
di dada yang gelisah, aku melihat buruh dan
kuli pabrik memeras keringat
aku juga melihat banyak pegawai instansi ngrumpi
sepanjang hari
aku muntah-muntah
kepalaku berat lalu gelap
pekat
lalu aku kembali melihat diriku
telah menjadi zombi entah di dusun mana, melayang
memasuki surau-surau yang selalu sepi
menemui bapak-bapak mengasuh bayi
karena sang istri jadi pramuwisma di luar negeri
perutku mual
aku muntah-muntah
nafasku musnah
akhirnya aku kembali menjadi zombi
melayang
melayang
ke negeri nun jauh...

Cilacap, Desember 2008.



SEORANG LELAKI DENGAN
SEKERANJANG CAHAYA

lelaki itu masuk ke rumahku menjelang subuh
tubuh kurus wajah pias tangannya menjinjing
sekeranjang cahaya, “terimalah ini untukmu, saudaraku,”
desisnya gemetar seraya mengulurkan keranjangnya
“bung, siapa?” tanyaku, menyambut keranjangnya
“saudara dekatmu.”
“saudara?”
“saya adalah kembaranmu.”
tiba-tiba tubuhku berkeringat, aku tidak punya saudara kembar
“bukalah mulutmu!” pintanya, setengah menghardik
tiba-tiba rahang mulutku menganga
lelaki di hadapanku mengecil, mengecil menjelma seberkas cahaya
lalu seberkas cahaya itu melesat masuk ke dalam mulutku
rahangku mengatup. dadaku terasa sedingin es.

Cilacap, 08 Januari 2009.



“TUAN” DALAM MUSHALLA

perawakannya kurus pakaiannya hitam-hitam
suaranya seperti hakim di meja hijau
tetangga kami memanggilnya: “tuan”
“tuan” selalu bermalam di mushalla dan di pagi buta
sebelum pergi entah ke mana “tuan” menyapu
dan mengepel keramik mushalla, dan “tuan”
senantiasa datang menjelang petang
ditabuhnya bedug, namun hanya satu-empat jemaah
yang datang. dan suatu malam yang basah “tuan”
memanggilku dan mengalungkan sorban ke leherku
“saya akan pergi jauh dan tak kembali lagi,
rawat ini mushalla yang gigil sunyi,”
: benar, sejak malam itulah kami tak lagi melihat “tuan”.

Cilacap, 08 Januari 2009.



BIYUNG DAN ENAM ANAKNYA
YANG MENYEBAR DI LAMPU MERAH

biyung bertubuh kurus berwajah pias-tirus
dengan daster lusuh pudar berdiri gemetar
berpegangan tonggak besi lampu merah-kuning-hijau
di tengah kota pelabuhan yang bau amisnya tercium
sepanjang siang-malam
dan ketika lampu merah menyala
matahari pecah di udara
enam anak si biyung menyebar menjalar
menjulurkan tangan ke setiap pengendara
mobil dan motor yang berhenti
begitulah berhari-hari, lalu di mana si lelaki
pasangan biyung tadi, beginilah berhari-hari
tanya ini menggelembung dalam hati
tapi, o, lihatlah biyung itu luruh terjungkal
lalu tertelentang tak sadarkan diri
beberapa saat saja kemudian tak bernapas lagi
enam anak-anak itu menggotong si biyung
mengaraknya sepanjang jalan kota
mencari si ayah yang entah di mana….

Cilacap, 09 Januari 2009.



LELAKI TUKANG BECAK DAN WANITA
YANG TAK MAU MENUTUP VAGINANYA

lelaki yang tak pernah bisa tersenyum apalagi tertawa
memarkir becaknya di mulut gang kecil
kota perlintasan yang lampu merah-kuning-hijaunya
selalu mati dan bila embun mulai mengering
dari selatan pasar seorang wanita kerempeng
berambut lurus sepinggang hanya mengenakan
kaos hitam lusuh bertuliskan: kenthir!
yang tak pernah mau menutup vaginanya berjalan
sempoyongan seraya mengumbar senyum
beberapa saat berhenti di hadapan lelaki tukang becak itu
menatap tajam mata lelaki tukang becak itu lalu kembali
menyeret langkah menyisir tepi kanan jalan arah ke utara
sudah lebih beratus-ratus hari, tapi siapa mau peduli?
tukang becak itu mengepalkan tangannya; “tunggu esok pagi!”
embun mulai mengering. dari arah selatan pasar muncul
seorang wanita yang tak mau menutup vaginanya
berjalan sempoyongan seraya menangis tersedu
lelaki tukang becak itu langsung meringkusnya
menaikannya ke atas becak dan mengayuh kencang
arah ke luar kota
: anda tidak akan pernah lagi bisa melihat mereka.

Wangon, 09 Januari 2009.



SEORANG PEMULUNG YANG LAMA
MENATAP GAMBAR-GAMBAR
CALON WAKIL RAKYAT

debu perempatan jalan mengepul liar
diterbangkan kendaraan lalu-lalang
seorang pemulung yang lama menatap
gambar-gambar calon wakil rakyat
terheran-heran serba tak paham
“setiap sudut kota ini telah sesak oleh
gambar-gambar calon wakil rakyat
dengan berbagai gaya dan slogannya”
pemulung itu menelan pahit ludahnya
“wakil rakyat yang mana?” tanya bodohnya
ia tidak mengerti kampanye apalagi demokrasi
hingga lewat tengah malam pemulung itu masih
menatap gambar-gambar calon wakil rakyat
dan setelah berulang kali menguap
dengan sembunyi-sembunyi diturunkannya
semua gambar-gambar itu, digulungnya
lalu dengan gerobaknya dibawa ke selatan
ke arah pantai yang amis-sunyi.

Cilacap, 11 Januari 2009.



PEREMPUAN PENCEMBURU

perempuan yang matanya sebening telaga di puncak gunung
namun bisa berkobar seperti api menyala. di kamar tua
selalu menyangsikan kelambu biru robek di setiap sudutnya
: adakah perempuan lain pernah singgah?
jarum jam dinding berdetak mundur saat malam berguling
dan bau parfum aneh tercium dari tubuh lelaki di sampingnya
ah. perempuan pencemburu menyisir rambut. airmata gugur
tangannya gemetar memegang belati
namun hatinya serupa pecah. leleh. dipeluknya lelaki yang
tengah lelap dengan segunung rasa sesal.

Cilacap, 11 Januari 2009.



KETIKA GERIMIS PAGI PECAH

seekor prenjak mengetuk-ngetukkan paruh di kaca jendela
menelisik ruangtamu berselimut debu, ada bercak darah
di lantai tanah. lalu ke mana sang penghuni rumah?
kata-kata berlompatan gelisah ketika gerimis pagi pecah
tubuhmu luruh resah, tak hirau pada sejarah
seekor prenjak yang menenggak bercah darah
yang mengalir dari lembaran sajak yang tak pernah
sudah...o, penghuni rumah telah menjelma serpian remah
ketika gerimis pagi pecah, masuklah
taklukkan kata-kata yang berlompatan gelisah
sebelum prenjak terbang ke negeri entah.

Cilacap, Desember 2008.



NGILUKU

jerit elang bertalu membelah awan, alangkah ngilu
ngiluku ngilu nyayat surau yang nyaris roboh
siang-malam orang-orang berzikir di depan televisi
di hadapan cermin tak mau menatap wajah sendiri
dan di ladang-ladang persemaian tunas-tunas tumbuh
tapi daun-daun gugur sebelum menguning...

Cilacap, Desember 2008.



RUMAH RIMBA

rumah rimba seperti apa?
hanya jalan setapak ke arahnya
di balik bukit karang menjulang
ilalang, perdu berduri, bebatuan cadas
dan mawar hutan tumbuh di setiap ruang
lalu mahluk apa penghuninya;
tentulah aku, si manusia rimba
yang setiap pagi harus menempuh
berpuluh kilometer menuju dermaga
hanya untuk bercerita kepada laut
"tak ada lagi pohon-pohon besar
tak ada lagi mata air mengalir…"
lalu sore hari aku mesti kembali ke rumah rimba
dengan hati kosong
aku bercanda dengan burung prenjak
aku bergelut dengan ular
aku tidur bersama ribuan kupu-kupu
tapi dalam mimpi yang paling menyebalkan
aku hangus terbakar bersama rumah rimbaku
dan kini tinggal abu dan puing berserakan
dalam hutan anganmu.

Cilacap, 07012009.



MENYAKSIKAN DUNIA YANG LAIN

dalam wewangian kembang setaman dan kemenyan dalam kamar hitam
keris dipajang berjajar tombak dan pedang, sang nujum bersila bergetar
paku, jarum, boneka kayu berlompatan dari tubuh uzur tak berdaya…
ayam hitam dan bebek putih menjadi saksi
hari ini serasa berlari ke lorong yang begitu jauh
hati kosong. aroma menyengat
mengerikan. duh, betapa menyakitkan suasana seperti ini
paku, jarum, boneka kayu berlompatan dari tubuh uzur tak berdaya…

Cilacap, 25 Maret 2006



IN MEMORIAM SINDEN KAYEM

dua hari lalu aku melihat malaikat duduk bersila
dalam slang infus yang merangsek mulut dan hidung sinden kayem
yang tergeletak serupa sampah
dalam bangsal mawar 6

kemarin malam kami yasinan di rumah sinden kayem
aku melihat malaikat melintas di atas kembang mawar
dalam mangkok berisi air bening yang kami kepung
aku terpana

pagi tadi aku mendengar suara ki kastubi seperti
pekik malaikat lewat pengeras suara mushalla
mengabarkan: sinden kayem sudah tiada...

aku terpana
benar, kang rasim dan tiga orang tetanggaku
menggotong keranda ke rumah sinden kayem

siang hari setelah sinden kayem terkubur
aku melihat malaikat menancapkan kain putih
di atas gundukan tanah kubur
bertuliskan: innalillahi wa inna illaihi rojiun
aku terpana, aku seperti mendengar rintih sinden kayem
"di kampung ini sinden telah menjadi sampah!"

sesudah magrib kami kembali yasinan
di rumah sinden kayem
aku melihat malaikat duduk di sampingku dan berbisik
"suara emasnya sekarang tinggal kenangan..."
aku diam mengangguk.

Cirebah, Selasa Pahing 30 Desember 2008.



TIDUR YANG TAK PERNAH BERMIMPI

dipan kayu rapuh menyangga tubuhmu
wajahmu menguning dalam hari yang patah
dan jeratan tali berduri menusuk-nusuk otakmu
dan rintih anak istri retak dalam dada
bagai biduk keropos yang lama terdampar
kau terkulai dalam tidur yang tak pernah
bermimpi...

Cilacap, Januari 2009.



JASAD DALAM KEPALAKU

dalam sunyi
dalam diam
jasadmu terjungkal
dalam kepalaku
mengais cahaya
menerjuni sungai yang curam
tempat aku membasuh luka
dalam zikir
zikir yang gerimis
serulingmukah melengking-lengking
mengiris telingaku
telinga yang penuh onak duri
dan jiwa menganga
menjadi debu
dalam sujud
aku berderai di sajadah
serupa jantung terbelah
menggigil di bawah kubah
dalam sunyi
dalam kepalaku
serupa laut
bergemuruh...

Cilacap, Desember 2008.



PERKAWINAN ABSURD

hari yang aneh
gerimis ritmis
tiada mantra
tiada isyarat
seperti anak panah yang melesat di ladang perburuan
menembus semak belukar
menancap sunyi
maut berdiri di ujung jalan setapak yang menikung
tiada mantra
tiada isyarat
sepasang anak manusia berpeluk gamang
dalam perkawinan absurd; pisang punggel*)
runtuh di kaki subuh
kabut menipis
tiada mantra pada
hari yang aneh
tiada isyarat
hati yang gelisah
tiada kembang dan kemenyan
maut pun berdiri di ujung gang
gerimis ritmis
o. ki wangsa telah mendedah nama hari dan pasaran
ahad manis berpilin senin kliwon
dalam perkawinan absurd;
mempelai lelaki terkulai
mempelai wanita menjerit
perih!

Cilacap, Desember 2008.

Catatan: Pisang punggel*) : sebuah istilah yang dipakai sebagian masyarakat Banyumas dalam perjodohan, di mana hari lahir dan pasaran kedua mempelai setelah dijumlah mendapat nilai tertentu yang meramalkan bakal terjadi hal-hal yang membahayakan, bahkan bisa sampai pada kematian.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest