Minggu, 22 Februari 2009

Lelaki dan Televisi

Riki Utomi
http://www.riaupos.com/

Setiap bangun tidur, dia lantas krasak-krusuk setelah itu pasti menghidupkan televisi. Kehidupannya terus begitu. Dia tak bisa lepas dari televisi. Sepertinya televisi sudah menjadi makanannya. Entah bagaimana kalau seandainya di rumah itu tidak ada televisi, mungkin dia bakal mati.

Seorang tak dikenal datang kepadanya. Wajah orang itu memandang wajah Bilton yang sedang serius mengikuti rangkaian acara di televisi. Tapi Biston cuek saja, dia menganggap lelaki tua yang datang kepadanya adalah orang gila yang mengganggu kesenangannya.

“Mengapa hidupmu kau habiskan di depan televisi, Ton!”

Pertanyaan itu membuat Biston terkejut. Tapi ia tetap berusaha tak ambil peduli dan masa bodoh. Menurutnya hidup adalah bebas. Bebas menurutnya adalah lepas dari segala aturan. Mau apa saja terserah, tiada berhak orang melarang. Apalagi kini saat-saat di mana dia sedang asyik menikmati tontonan televisi.

“Aku telah menemukan orang gila model baru,” lanjut lelaki tua misterius itu. Tapi Biston tetap cuek sambil terus geletak santai dengan tangan menopang kepala.
“Kau banyak menyia-nyikan hidupmu hanya untuk televisi. Setiap hari kau duduk di depan televisi. Televisi bukan segala-galanya dalam hidup, Ton! Apa kau tega umurmu hanya kau sia-siakan dengan hanya berleha-leha di depan televisi. Aku sebenarnya cukup prihatin dengan keadaanmu. Kau sudah genap berumur empat puluh. Sudah pantas untuk berkeluarga dan sudah pantas untuk mandiri. Ternyata kau tidak sayang pada dirimu sendiri, padahal umurmu tidak lagi muda. Jangan kau menyangka hidupmu ke depan akan senang kalau kau sampai sekarang tetap saja seperti itu. Sehari-hari hanya duduk di depan televisi. Sadar Ton! Hidupmu jangan kau gantung pada televisi! Televisi bukan penjamin hidup!!” geram lelaki tua misterius itu, kemudian ia menghilang entah ke mana.
Suara azan Zuhur mengumandang.

Biston tersadar. Ia memandang ke arah tempat lelaki tua itu. Ia segera mematikan televisi dan segera masuk kamar mandi, kencing. Lalu menimba sumur untuk mengambil air wudhu. Setelah itu cepat masuk kamar untuk salat.

Setelah salat ditelinganya masih terngiang-ngiang ucapan lelaki tua misterius tadi. Sejenak ia berpikir ucapan-ucapan itu, lalu mengingat lelaki tua itu. Apakah lelaki itu nyata atau tidak. Aneh… lelaki tua misterius itu keberadaannya antara ada dan tiada disaat-saat ia sedang menonton terlevisi tadi. Aneh… pikir Biston termenung seorang diri dalam kamar.

Dia lantas menuju dapur. Di lemari telah tersedia lauk-pauk makan siang. Biston pun makan tanpa merasa beban. Ia merasa hidup seperti ini adalah nikmat yang tidak ingin ia lepaskan. Makan tinggal makan, tidur tinggal tidur, nonton tinggal nonton. Tapi sayang… ia tidak ada kerja.

Selesai makan ia kembali ke ruang tengah. Tapi kali ini ia cukup waspada kalau-kalau lelaki tua misterius itu datang kembali. Tapi cepat ia menepis pikiran itu kalau lelaki tua misterius itu hanyalah angan-angannya saja, halusinasinya saja. Tidak masalah.
Jeklik! Bunyi tombol televisi yang ditekannya. Dia menonton televisi lagi dengan santai.

“Mengapa kau tidak puas-puasnya menonton televisi Biston!” ujar si lelaki tua misterius itu. Aneh, mengapa wujud itu tidak ada. Biston kembali menonton dengan santai dengan gaya terlentangnya yang khas seperti bule berjemur di pantai.

“Kau benar-benar gila Ton!” kata suara itu lagi. Biston berusaha cuek.

“Kau benar-benar keterlaluan! Manusia macam apa kau ini! Dari pagi kau hanya di depan televisi, sekarang kau masih juga di depan televisi. Aku ingatkan kau tidak pantas begini lagi. Jangan hidupmu kau sia-siakan hanya dengan menonton televisi. Kau harus bekerja, mencari nafkah, kau itu harus jadi orang! Kau laki-laki jangan hanya ngurung diri dalam rumah terus! Nanti jadi telek! Yang tahunya hanya nyuruk dan melempem dalam rumah. Kau laki-laki yang seharusnya menjadi tulang punggung kelurga. Apa kau tidak kasihan kini bapakmu telah tua renta. Kau harus punya pikiran untuk dapat mengubah sikap hidupmu, jangan hanya begini-begini saja Ton! Sadar Ton! Kau harus kerja cari duit!!” teriak lelaki tua misterius itu dengan geram.

Biston lantas mematikan televisi. Ia gelar tikar, geletak. Acara televisi saat-saat siang tidak menarik. Tapi suara lelaki tua misterius itu terus terngiang-ngiang di telinganya. Siapa gerangan lelaki tua itu? Apa munya? Bisik batin Biston. Ia merasakan baru saat ini seorang telah berkata begitu kepadanya. Ucapan-ucapan itu begitu pedas dan menyakitkan membuat ia terteror. Kini perasaannya menjadi galau, ia tak tahu mengapa. Jantungnya berdebar tak tentu arah. Ia mencoba memejamkan mata. Tapi sia-sia.

“Apa maumu lelaki tua!” teriak Biston dalam kesendiriannya. “Mengapa kau berkata begitu kepadaku. Apa salahku, ha?”

Sepi. Di sekitarnya tidak ada siapa-siapa yang muncul. Biston tidak puas. Ia terus berkoar-koar bagai ayam betina bertelur. Dia belum capek. Dia ingin tahu lelaki tua misterius itu. siapa gerangan dia yang sejak tadi terus menerornya sehingga menjadi beban pikirannya. Biston penat. Akhirnya ia diam. Matanya mulai mengantuk. Angin sepoi-sepoi masuk dari jendela mengantarkanya tidur.

Dalam mimpinya, lelaki tua misterius itu datang. Biston ketakutan menghdapi lelaki tua yang memiliki wajah mengerikan itu. Apa maunya? Pikir Biston. Akhirnya ia memberanikan diri bertanya.

“Apa maumu lelaki tua? Sejak tadi kau terus menerorku tidak boleh menonton televisi,” tanya Biston dengan gugup.

Lelaki tua misterius itu malah menatapnya dengan mata nyalang kemudian berubah menertawai Biston dengan tawa yang melengking mirip kuntilanak.
“Mengapa kau menanyakan hal yang bodoh itu Ton. Seharusnya kau tahu sendiri tanpa bertanya kepadaku. Jadi kau memang belum sadar. Dasar sableng! Gendeng kowe Ton! Aku mengharapkan kau sadar pada ucapan-ucapanku tadi. Televisi yang kau tonton itu bukan jaminan hidupmu. Barang itu tidak akan bisa menjadi penopang hidupmu. Kau harus memperbaiki hidupmu, berubah dari cara hidupmu yang sekarang. Kau harus sadar pada umurmu yang sudah kepala empat. Kau jangan menyia-nyiakan umurmu, kau harus bekerja, cari nafkah, cari jodoh, lalu mendirikan rumah tangga. Kau harus bisa! Apa kau mau terus-terus jadi bujangan seperti ini. Lihat lingkunganmu, semua temanmu sudah sukses jadi orang, sudah banyak yang kawin dan punya anak, sudah bikin keluarga besar. Sedangkan dirimu, hanya begini-begini saja, kau tidak mau tahu dengan dirimu sendiri. Kau apatis! Asosial! Seharusnya kau dapat menyikapi hidupmu secara dewasa. Ingat masa mudamu hampir habis Ton!” kata lelaki tua yang buruk rupa itu setengah modar. Lagi-lagi berkata begitu kepada Biston. Membuat Biston lunglai. Biston mencoba sadar tapi tidak bisa. Menurutnya ia masih susah merubah cara hidupnya yang sudah bergantung pada televisi. Ia merasa tak bisa lepas dari televisi.

“Apa menurutmu aku mesti berubah Pak tua?”

Lelaki tua itu tertawa lepas. Kemudian mengangguk.

“Apa menurutmu aku mesti cari duit? Cari jodoh? Bikin keluarga dan punya anak?” Tanyanya lagi.

“Jangan bodoh Ton. Itu memang mesti kau lakukan. Kau memang harus berubah. Hidupmu jangan terus-terusan seperti ini. Kau harus malu pada dirimu sendiri. Kau harus lakukan itu semua, karena itu baik dan itu adalah jalan hidup yang sebenarnya, karena hidup adalah seperti roda berputar.”

Biston menunduk mencoba merenung. Apa benar ia mesti melakukan itu semua. Punya pekerjaan, istri, anak, dan duit banyak. Dia mulai mencerna semua itu, ia menyadari memang kalau umurnya sudah tidak muda lagi. Ia juga belum berniat mencari jodoh, apalagi ingin punya anak. Bagaimana mau begitu sedang mendekati perempuan saja tidak pernah. Tapi ia merasa sudah terlanjur untuk menikmati hidup seperti ini. Ia menganggap selama ini kehidupannya telah cukup. Jadi ia bisa terus setiap hari menikmati televisi tanpa mau peduli dengan semua itu, dengan begitu tidak menjadikannya bosan. Tapi semenjak kedatangan lelaki tua misterius itu ia merasa terus terteror dan mulai stres. Apakah ia harus menuruti nasihat-nasihat itu?

Tiba-tiba Biston merasa kepalanya basah kuyup. Ia mendadak bangun.

“Bangun! Dasar pemalas! Kerjamu dari dulu hanya makan, tidur, dan nonton televisi! Kau harus kerja! Kerja! Kau laki-laki jangan melempem di rumah saja! Cari bini sana dan bikin anak baru kau tahu merasakan hidup!” umpat tantenya. Biston mencak-mencak dan menggerutu. Ia melihat jam, rupanya sudah Magrib.
Azan Margib mengumandang.

Seperti biasa, ia kembali melakukan aktivitasnya: pergi ke kamar mandi, kencing. Lalu menuju kamar tidur untuk salat. terus makan malam, kemudian kembali ke ruang tengah siap-siap menonton televisi lagi. Aneh, kali ini saat ia sudah sampai di ruang tengah untuk siap-siap menonton televisi rupanya telah ada seseorang yang telah duluan duduk. Ia heran siapa orang itu. Ia mencoba mengamat-amati. Lama-lama ia menjadi merinding. Biston berang, ia berniat mengusir orang itu.
Tapi sebelum mendekat ia telah duluan didamprat orang itu.

“Kau keterlaluan Ton!”

“Siapa kau? Apa maumu?” tanya Biston dengan berani.

Orang itu bangkit. Lalu membalikkan diri menghadap Biston. Betapa terkejutnya Biston. Rupanya orang yang ada di hadapannya ini adalah lelaki tua misterius yang ada dalam mimpi dan angan-angannya. Kini ia siap-siap akan mencekiknya, mungkin sampai mampus. ****

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest