Sjifa Amori
http://jurnalnasional.com/
Sastra memberi peluang berimajinasi dan keluar dari kebiasaan berpikir instan.
Prosa Peter Pan versi J. M Barrie (seorang penulis naskah asal Skotlandia) adalah kisah tentang kepahlawanan dari dunia fantasi yang bernama Neverland. Secara keseluruhan, karangan tentang Peter Pan dijadikan simbol "pelarian" seorang anak maupun dewasa dari kehidupan nyata. Sebut saja kemujuran Peter Pan yang hidup abadi dalam kemudaan. Ini jelas merepresentasikan setiap mimpi manusia dewasa yang umumnya enggan beranjak tua. Hal ini diungkapkan dalam Literature for Children: Contemporary Critism yang ditulis oleh kritikus sastra sekaligus peneliti novel Victorian dan sastra anak Sarah Gilead.
Menurut Gilead, Peter Pan merepresentasikan pandangan romantis orang dewasa mengenai masa kanak-kanak sebagai kebebasan berimajinasi. Mrs. Darling dreams ‘that the Neverland had come too near and that a strange boy had broken through from it...(S)he thought she had seen him before in the faces of many women who have no children' (Barrie 1985:9). Gilead melihat bahwa penekanan di sini mengenai wajah-wajah yang merindukan anak maksudnya adalah wajah-wajah yang sebenarnya juga mengangankan masa kanak-kanak di mana fantasi dan imajinasi mendapat porsi besar dalam menjalaninya.
"Coba Anda bercerita pada seorang keponakan. Setelah selesai, dia pasti akan bertanya ini-itu dan akhirnya membuat cerita versinya sendiri," kata Boen S. Oemardjati saat dihubungi Jurnal Nasional. Menurut kritikus sastra ini, keberadaan televisi yang menggantikan buku berkontribusi pada pengungkungan daya imajinasi anak kini. Karenanya, sekolah menjadi "jalur" yang memungkinkan anak mendapatkan kembali kebebasannya berimajinasi. Khususnya lewat kurikulum sastra.
Menurut seniman teater tradisi Aceh Agus Nur Amal PM Toh, imajinasi membantu anak bangsa melihat persoalan dengan pikiran terbuka. "Dengan imajinasi, banyak alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah. Termasuk masalah bangsa sehingga kita tidak berputar-putar dan mentok dalam menghadapi persoalan," ujar jebolan jurusan Teater IKJ yang menyatakan bahwa membaca adalah harga mati untuk siapa yang mau berkesenian.
Konferensi Internasional Kesusastraan XIX/HISKI tahun lalu menghasilkan empat rekomendasi yang dihasilkan terkait kurikulum sastra. Satu di antaranya adalah apresiasi sastra. "Apresiasi sastra ini untuk membedakan dengan tukang sastra. Dalam apresiasi, kita harus menikmati. Dan untuk bisa menikmati, kita harus akrab dulu. Bagaimana membuat siswa akrab dengan sastra? Harus diusahakan agar dialog di dalam kelas bisa dua arah. Masalahnya, bagaimana mungkin guru yang tidak berbekal bisa menanggapi 'kejahilan' anak-anak yang kaya imajinasi."
Melatih Membaca
Mestinya ini bukan masalah asalkan guru mau membaca lebih banyak buku daripada siswanya dan kemudian mendiskusikannya bersama-sama dengan terbuka. Namun membaca pun tak mudah buat guru. Bisa jadi keengganan mereka adalah karena sastra dibebani anggapan sebagai pembentuk pribadi dengan watak dan akhlak yang baik. "Jangan menempatkan sastra sebagai sesuatu yang sakral. Sastra itu harus diajarkan karena itu adalah bahasa. Bukan karena untuk membentuk manusia beradab. Yang baca karya sastra tapi biadab juga banyak kok," kata Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIPB UI) Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono.
Pola pikir yang mengagungkan sastra inilah yang justru membuatnya tidak popular dalam mata pelajaran dunia pendidikan. "Anak-anak yang sukanya Harry Potter dibebani keharusan baca Siti Nurbaya, ya kelenger. Memang Siti Nurbaya penting, tapi untuk anak-anak diberi dulu cerita sesuai umurnya. Jangan Harry Potter saja, cerita lokal juga banyak yang bagus. Meskipun buku anak terjemahan juga penting sebagai perbandingan, karena sastra kan bukan hanya milik Indonesia."
Untuk itu, Sapardi menganjurkan adanya perpustakaan yang menyediakan bacaan tersebut. "Tidak harus menambah jam pelajaran. Cukup menugaskan siswa untuk menyelesaikan sebuah buku di rumah. Kalau sudah selesai minta satu atau dua orang maju ke depan membuat laporan untuk didiskusikan bersama."
Menurut Sapardi, wajib hukumnya guru untuk membaca lebih banyak. "Nggak masalah kalau gurunya lebih kenal karya satra lama seperti Chairil, tapi dia harus membaca lebih banyak lagi. Karena murid kan tahunya bahasa Indonesia sekarang. Kalau tiba-tiba dicekoki bahasa Indonesia era 30-an seperti karya Sanusi Pane, ya mereka eneg. Tapi kalau gurunya juga baca, mereka bisa pilih. Misalnya beberapa karya Rendra kan bisa dibaca dan dipahami anak kelas 5 SD. Atau juga karya saya. Kalau dari kecil dibiasakan, tentu ketika siswa dewasa bacaan sastra nggak akan jadi berat."
Sebenarnya memang tak ada keharusan membaca buku-buku sastra yang seringnya dibilang bikin mumet. Bagi Sapardi, ini bukan permasalahan sastra atau bukan, melainkan tuntutan bagi seseorang yang berbahasa.
"Orang kan harus berbahasa. Dan bahasa itu ada bahasa iklan atau bahasa sastra. Kalau mendirikan sekolah, berarti harus memperkenalkan segala jenis bahasa. Jangan teorinya saja. Mereka membaca berbagai bahasa dalam bentuk apa saja, lalu lalu dimulai juga menulis laporan atau membuat iklan dan cerpen. Itu aja. Nggak usah yang susah dulu. Kalau ini berlangsung selama 12 tahun, tentu anak Indonesia kaya akan pengetahuan bahasa. Jadi mereka nggak bisa dibohongi iklan, sinetron, dan pidatonya politikus. Nggak kayak sekarang, mahasiswa baca editorial koran saja udah bingung. Apalagi baca puisi atau esai level Goenawan Mohamad. Setelah tahu, nanti terserah mereka apakah lebih senang bahasa iklan atau bahasa puisi."
Respons Budaya dan Emosi
Pada akhirnya, menggemari sastra adalah sebuah pilihan. Namun mengakrabi sastra sejak kecil di sekolah sampai ke perguruan tinggi akan menanamkan pola kebiasaan untuk mencari tahu dengan proses yang melatih akal. Apalagi kalau pembelajaran sastra diikuti dengan telaten.
"Banyak sastra yang bersifat deskriptif. Salah satu contohnya, fragmen-fragmen dalam novel Pulang karya Toha Mochtar dan karyanya Nh Dini Sebuah Lorong di Kotaku itu dipakai Jurusan Arsitektur sebagai panduan membuat replika suasana alam. Karena menjelaskan di mana gunung, di mana bukit, di mana sungai dengan deskripsi yang sangat baik. Presisinya bagus sampai bisa diterjemahkan dalam tugas lapangan dan praktikum arsitektur. Jadi melalui sastra, kita bisa mengerti mengenai liku-liku kehidupan, dari mulai pispot dan sastra kelamin juga bisa. Yang kita cari bukan nafsu binatangnya, tapi pembelajarannya," kata Boen yang masih menyayangkan bahwa dalam dunia pendidikan masih besar anggapan bahwa sastra tak bisa menjawab persoalan riil dalam kehidupan sosial.
"Sarjana sastra itu biasanya menjadi editor dan uangnya banyak, lho. Kebanyakan juga ke jurnalistik dan yang paling gampang adalah sebagai penerjemah annual report di bank. Walaupun kosakatanya itu-itu saja, tapi tiap satu kata dihargai sekitar 6 sen dolar," kata Boen lagi.
Keraguan peran sastra juga dialami masyarakat luas. Ketika menjabat sebagai dekan, pertemuan tahunan sering dimanfaatkan orangtua mahasiswa untuk mengangkat persoalan keraguan mengenai peran sarjana sastra dalam kehidupan sosial. "Jadi orang yang menelaah karya sastra bukan harus jadi sastrawan. Sastrawan lulusan fakultas sastra kan cuma saya. Itu juga kecelakaan. Umar Kayam itu kan sosiolog, Taufik Ismail dan Asrul Sani itu Dokter Hewan. Sastrawan nggak pakai teori sastra. Saya saja sudah jadi sastrawan sejak SMA. Kalau mau belajar ilmunya baru masuk ke jurusan sastra. Di situlah dia harus berteori," kata Sapardi.
Tentu saja pada jurusan ilmu sastra, membaca buku menjadi wajib agar teori yang diajarkan tidak sekadar numpang lewat. Tapi sebenarnya dalam jurusan apa pun, kalau latar belakang mahasiswanya selama di sekolah sering membaca, akan lebih membantu proses belajar di perguruan tinggi. "Kalau dia sudah membaca selama 12 tahun di sekolah, berarti dia sudah baca puluhan novel dan sastra. Saya akan gampang ngajarnya. Tapi sekarang lihat, S2 pun nggak baca."
Boen sendiri mengakui bahwa sebagai seorang ahli biologi, pengetahuannya dalam sastralah yang membawanya keliling dunia. Dengan sastra, siswa mendapat manfaat yang ditekankan untuk pendidikan dasar menengah. Yaitu memperkaya respons budaya dan emosi tanpa mengambil risiko seperti yang digambarkan dalam buku. Dan dari pendekatan lain, sastra juga bisa dilihat sebagai bentuk ekspresi diri. "Sastra membuka jendela pengetahuan dan respons budaya yang luar biasa. Apalagi sebagai bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika, mendapat pengajaran sastra akan membuat kita sangat kaya."
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar