Selasa, 17 Februari 2009

Hak Berimajinasi dan Berwawasan

Sjifa Amori
http://jurnalnasional.com/

Sastra memberi peluang berimajinasi dan keluar dari kebiasaan berpikir instan.

Prosa Peter Pan versi J. M Barrie (seorang penulis naskah asal Skotlandia) adalah kisah tentang kepahlawanan dari dunia fantasi yang bernama Neverland. Secara keseluruhan, karangan tentang Peter Pan dijadikan simbol "pelarian" seorang anak maupun dewasa dari kehidupan nyata. Sebut saja kemujuran Peter Pan yang hidup abadi dalam kemudaan. Ini jelas merepresentasikan setiap mimpi manusia dewasa yang umumnya enggan beranjak tua. Hal ini diungkapkan dalam Literature for Children: Contemporary Critism yang ditulis oleh kritikus sastra sekaligus peneliti novel Victorian dan sastra anak Sarah Gilead.

Menurut Gilead, Peter Pan merepresentasikan pandangan romantis orang dewasa mengenai masa kanak-kanak sebagai kebebasan berimajinasi. Mrs. Darling dreams ‘that the Neverland had come too near and that a strange boy had broken through from it...(S)he thought she had seen him before in the faces of many women who have no children' (Barrie 1985:9). Gilead melihat bahwa penekanan di sini mengenai wajah-wajah yang merindukan anak maksudnya adalah wajah-wajah yang sebenarnya juga mengangankan masa kanak-kanak di mana fantasi dan imajinasi mendapat porsi besar dalam menjalaninya.

"Coba Anda bercerita pada seorang keponakan. Setelah selesai, dia pasti akan bertanya ini-itu dan akhirnya membuat cerita versinya sendiri," kata Boen S. Oemardjati saat dihubungi Jurnal Nasional. Menurut kritikus sastra ini, keberadaan televisi yang menggantikan buku berkontribusi pada pengungkungan daya imajinasi anak kini. Karenanya, sekolah menjadi "jalur" yang memungkinkan anak mendapatkan kembali kebebasannya berimajinasi. Khususnya lewat kurikulum sastra.

Menurut seniman teater tradisi Aceh Agus Nur Amal PM Toh, imajinasi membantu anak bangsa melihat persoalan dengan pikiran terbuka. "Dengan imajinasi, banyak alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah. Termasuk masalah bangsa sehingga kita tidak berputar-putar dan mentok dalam menghadapi persoalan," ujar jebolan jurusan Teater IKJ yang menyatakan bahwa membaca adalah harga mati untuk siapa yang mau berkesenian.

Konferensi Internasional Kesusastraan XIX/HISKI tahun lalu menghasilkan empat rekomendasi yang dihasilkan terkait kurikulum sastra. Satu di antaranya adalah apresiasi sastra. "Apresiasi sastra ini untuk membedakan dengan tukang sastra. Dalam apresiasi, kita harus menikmati. Dan untuk bisa menikmati, kita harus akrab dulu. Bagaimana membuat siswa akrab dengan sastra? Harus diusahakan agar dialog di dalam kelas bisa dua arah. Masalahnya, bagaimana mungkin guru yang tidak berbekal bisa menanggapi 'kejahilan' anak-anak yang kaya imajinasi."

Melatih Membaca

Mestinya ini bukan masalah asalkan guru mau membaca lebih banyak buku daripada siswanya dan kemudian mendiskusikannya bersama-sama dengan terbuka. Namun membaca pun tak mudah buat guru. Bisa jadi keengganan mereka adalah karena sastra dibebani anggapan sebagai pembentuk pribadi dengan watak dan akhlak yang baik. "Jangan menempatkan sastra sebagai sesuatu yang sakral. Sastra itu harus diajarkan karena itu adalah bahasa. Bukan karena untuk membentuk manusia beradab. Yang baca karya sastra tapi biadab juga banyak kok," kata Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIPB UI) Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono.

Pola pikir yang mengagungkan sastra inilah yang justru membuatnya tidak popular dalam mata pelajaran dunia pendidikan. "Anak-anak yang sukanya Harry Potter dibebani keharusan baca Siti Nurbaya, ya kelenger. Memang Siti Nurbaya penting, tapi untuk anak-anak diberi dulu cerita sesuai umurnya. Jangan Harry Potter saja, cerita lokal juga banyak yang bagus. Meskipun buku anak terjemahan juga penting sebagai perbandingan, karena sastra kan bukan hanya milik Indonesia."

Untuk itu, Sapardi menganjurkan adanya perpustakaan yang menyediakan bacaan tersebut. "Tidak harus menambah jam pelajaran. Cukup menugaskan siswa untuk menyelesaikan sebuah buku di rumah. Kalau sudah selesai minta satu atau dua orang maju ke depan membuat laporan untuk didiskusikan bersama."

Menurut Sapardi, wajib hukumnya guru untuk membaca lebih banyak. "Nggak masalah kalau gurunya lebih kenal karya satra lama seperti Chairil, tapi dia harus membaca lebih banyak lagi. Karena murid kan tahunya bahasa Indonesia sekarang. Kalau tiba-tiba dicekoki bahasa Indonesia era 30-an seperti karya Sanusi Pane, ya mereka eneg. Tapi kalau gurunya juga baca, mereka bisa pilih. Misalnya beberapa karya Rendra kan bisa dibaca dan dipahami anak kelas 5 SD. Atau juga karya saya. Kalau dari kecil dibiasakan, tentu ketika siswa dewasa bacaan sastra nggak akan jadi berat."

Sebenarnya memang tak ada keharusan membaca buku-buku sastra yang seringnya dibilang bikin mumet. Bagi Sapardi, ini bukan permasalahan sastra atau bukan, melainkan tuntutan bagi seseorang yang berbahasa.

"Orang kan harus berbahasa. Dan bahasa itu ada bahasa iklan atau bahasa sastra. Kalau mendirikan sekolah, berarti harus memperkenalkan segala jenis bahasa. Jangan teorinya saja. Mereka membaca berbagai bahasa dalam bentuk apa saja, lalu lalu dimulai juga menulis laporan atau membuat iklan dan cerpen. Itu aja. Nggak usah yang susah dulu. Kalau ini berlangsung selama 12 tahun, tentu anak Indonesia kaya akan pengetahuan bahasa. Jadi mereka nggak bisa dibohongi iklan, sinetron, dan pidatonya politikus. Nggak kayak sekarang, mahasiswa baca editorial koran saja udah bingung. Apalagi baca puisi atau esai level Goenawan Mohamad. Setelah tahu, nanti terserah mereka apakah lebih senang bahasa iklan atau bahasa puisi."

Respons Budaya dan Emosi

Pada akhirnya, menggemari sastra adalah sebuah pilihan. Namun mengakrabi sastra sejak kecil di sekolah sampai ke perguruan tinggi akan menanamkan pola kebiasaan untuk mencari tahu dengan proses yang melatih akal. Apalagi kalau pembelajaran sastra diikuti dengan telaten.

"Banyak sastra yang bersifat deskriptif. Salah satu contohnya, fragmen-fragmen dalam novel Pulang karya Toha Mochtar dan karyanya Nh Dini Sebuah Lorong di Kotaku itu dipakai Jurusan Arsitektur sebagai panduan membuat replika suasana alam. Karena menjelaskan di mana gunung, di mana bukit, di mana sungai dengan deskripsi yang sangat baik. Presisinya bagus sampai bisa diterjemahkan dalam tugas lapangan dan praktikum arsitektur. Jadi melalui sastra, kita bisa mengerti mengenai liku-liku kehidupan, dari mulai pispot dan sastra kelamin juga bisa. Yang kita cari bukan nafsu binatangnya, tapi pembelajarannya," kata Boen yang masih menyayangkan bahwa dalam dunia pendidikan masih besar anggapan bahwa sastra tak bisa menjawab persoalan riil dalam kehidupan sosial.

"Sarjana sastra itu biasanya menjadi editor dan uangnya banyak, lho. Kebanyakan juga ke jurnalistik dan yang paling gampang adalah sebagai penerjemah annual report di bank. Walaupun kosakatanya itu-itu saja, tapi tiap satu kata dihargai sekitar 6 sen dolar," kata Boen lagi.

Keraguan peran sastra juga dialami masyarakat luas. Ketika menjabat sebagai dekan, pertemuan tahunan sering dimanfaatkan orangtua mahasiswa untuk mengangkat persoalan keraguan mengenai peran sarjana sastra dalam kehidupan sosial. "Jadi orang yang menelaah karya sastra bukan harus jadi sastrawan. Sastrawan lulusan fakultas sastra kan cuma saya. Itu juga kecelakaan. Umar Kayam itu kan sosiolog, Taufik Ismail dan Asrul Sani itu Dokter Hewan. Sastrawan nggak pakai teori sastra. Saya saja sudah jadi sastrawan sejak SMA. Kalau mau belajar ilmunya baru masuk ke jurusan sastra. Di situlah dia harus berteori," kata Sapardi.

Tentu saja pada jurusan ilmu sastra, membaca buku menjadi wajib agar teori yang diajarkan tidak sekadar numpang lewat. Tapi sebenarnya dalam jurusan apa pun, kalau latar belakang mahasiswanya selama di sekolah sering membaca, akan lebih membantu proses belajar di perguruan tinggi. "Kalau dia sudah membaca selama 12 tahun di sekolah, berarti dia sudah baca puluhan novel dan sastra. Saya akan gampang ngajarnya. Tapi sekarang lihat, S2 pun nggak baca."

Boen sendiri mengakui bahwa sebagai seorang ahli biologi, pengetahuannya dalam sastralah yang membawanya keliling dunia. Dengan sastra, siswa mendapat manfaat yang ditekankan untuk pendidikan dasar menengah. Yaitu memperkaya respons budaya dan emosi tanpa mengambil risiko seperti yang digambarkan dalam buku. Dan dari pendekatan lain, sastra juga bisa dilihat sebagai bentuk ekspresi diri. "Sastra membuka jendela pengetahuan dan respons budaya yang luar biasa. Apalagi sebagai bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika, mendapat pengajaran sastra akan membuat kita sangat kaya."

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest