Rabu, 28 Januari 2009

SURAT YANG TRAGIK’S BAGI KAWAN FAHRUDIN

Nurel Javissyarqi*
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/

Gagasan dan gerilyamu adalah situs yang bergerak. Maka, teruslah berjuang kawan! Revolusi belum selesai.... (Fahrudin Nasrulloh, via sms)

Dulu, kawan pernah menuliskan kisah saya di koran JP, namun maaf karena tulisan ini takkan sampai ke Jawa Pos. Tentu dapat difahami, karena kualitas tulisan saya tak sebanding dengan guratan kawan. Tetapi harapan mengembangkan situs sastra-indonesia.com &ll itu, agar coretan saya bisa dibaca orang lain, atau minimal sebagai dokumentasi pribadi.

Dan siapa tahu di pekuburan nanti, tertera kalimah “telah bersemayam jasad seorang penyair Nurel Javissyarqi.” Kalaulah dimasa hidup kini, belum berani menyandang prediket penyair atau sastrawan, karena tulisan saya tak pernah nongol di koran-koran bergengsi, maupun Horison. Namun saya nikmati kesendirian ini. Meski pernah suatu malam, saya tulis kata-kata sebentuk kesaksian, yang bertitel; KESAKSIAN SEORANG BODOH

Bagaimana ia menulis sajak-sajak
Apakah mereka tahu?
Ia di ambang kegilaan berkali-kali
Mendekati kematian tak henti-henti
Merasakan orang-orang edan senasib
Teman pengemis
Kelaparan
Tersiksa
Tak pedulikan ruang-waktu
Mencipta seribu sajak percobaan
Mencipta ratusan prosa bunuh diri
Mengkondisikan jiwanya tetap waras
Mengontrol kesintingan menjelma pencerahan
Menaklukkan ketaksabaran yang meledak-ledak
Kepala berkali-kali bukan lagi, tidak itu, kemana?

Surat ini tak banyak memberikan data semisal buku harianmu kawan. Namun coretan ini, dari kedalaman jiwa ingatan yang mengalami titik klimat kericuan. Semisal periode huru-hara, namun bukan hara-huru tanpa alas kaki pijakan -penalaran. Saya senantiasa pergunakan bahasa ruh atau bahasa yang menjelma, yang keinginannya banyak menghadirkan jejak peta, agar terasa bagimu. Sambil senantiasa menginsafi kekurangan diri, agar tidak menandaskan pribadi kata-kata tanpa akar kerja yang kukuh.

Berkali-kali saya diguncang rasa bergetar cemburu olehmu, serta kawan-kawan lain di persimpangan jalan yang bercabang. Memang sebuah awal keraguan dan diragukan, dekat dengan cemooh serta cibiran. Namun ketika bergerak terus; siapa yang meragukan orang pincang sanggup berlari? Seorang buta pasti menabrak ke sana kemari, untuk menemukan kesadarannya yang hakiki. Begitu pun saya di dunia maya kali ini.

Awalnya merasa di alam antara, namun nyatanya tidak demikian. Sebutan hamparan ladang maya itu, ketika kita tak suntuk menyetubuhinya. Namun saat indra manusia yang mengagumkan bekerja dengan kesungguhan, niscaya terbaca realitas sejatinya.

Hampir setengah tahun lebih dan tentu tak kan berhenti menyibukkan diri. Menyuntuki dunia internet, (hitung-hitung saya toh pengangguran) dan tidak memiliki banyak peluang, atas pahatan tangan ini dilirik para redaksi. Mungkin perbahasaan saya kelewat mer-ruh, namun sedikit demi sedikit saya belajar apa yang dikatakan Voltaire, “tulislah pendek-pendak, agar mereka mudah memahami.” Lantas saya pergunakan itu untuk mencerna bathin sendiri, juga bagi keanggunan imajinasi pihak pembaca.

Saya tak tahu persis apakah tulisan-tulisan saya terbaca orang lain. Setidaknya saya mencapai keasyikan belia, menemukan permainan baru sejenis petak-umpet dengan beberapa situs. Saya terus mempelajari dengan tanpa melupakan dunia sebelumnya, dan yang kini sedang berhimpit-hincit dengan mereka di dalam kaca jendela dunia.

Benar yang kawan katakan, situs ini bergerak. Berdialektik dengan masa, memperjuangkan waktu-waktu tenggang yang menegangkan pada batas-batas yang ditentukan oleh hayat. Dalam hal ini, saya masih mempelajari keterbatasan kerja. Dan terus menyerobot di sela-sela masa, untuk mendapati kehadiran bersinggah.

Jika kesusastraan bahasa kelembutan, maka perasaan sejati seharusnya berontak dari keadaan kemandekan, sebagai hakikat karya. Dunia bergerak sedemikian cepat, menjejak-melesat menguliti warangka sejarah. Maka sebilah keris benar-benar ampuh pamornya, atau sebaliknya kebobrokan itu tampak. Dan kita bisa menyinauhi kebodohan dari sana.

Tidakkah ketika keblongoran itu ditampakkan, akan melahirkan kesadaran rasa malu yang luar biasa. Inilah energi mengulang-balik, guna tidak terperosok ke dalam jurang yang serupa. Maka lelatihan itu, cahaya pengharapan akan keniscayaan yang menghampiri kita. Atau situs-situs yang bergerak-beredar itu, bukan situs kepurbakalaan yang mandek dari penelitian arkeolog yang salah jurusan, atau yang hanya menanti gajian. Tapi situs-situs itu menelanjangi diri sendiri, juga menyingkap bedak yang tebal pada wajah-wajah yang dulu berdahi cemerlang.

Saya senantiasa yakin kawan; orang-orang yang istikomah tidak luput dari berkah. Sebagaimana menonton pertunjukan teater yang kurang bagus, tidak lantas pulang menghakimi lewat anggapan kurang memuaskan. Tapi dengan melihatnya sampai tuntas, hingga para pemain membersikan panggung. Dan kita mendasarkan penelitian pada akhir yang seimbang, obyektif.

Atau jangan-jangan kawan juga tidak mau suntuk, akan jalannya pemikiran ini yang kelewat sundal, padahal yang terlontarkan adalah hasil jalan-jalan kita. Dari kerja ngelayap ke sana kemari itu, perbendaharaan kata-kata ini saya ungkap dengan emosional kelewat, menarik jiwa-jiwa berontak yang terkurang sistematis wacana muslihat.

Jika ingin menangkapnya kembali, kawan perlu mengasosisikan daya ingat untuk diperpadukan dengan jiwa nalar yang membludak, bahwa bara tetap bara. Sebab tubuh sekadar mempermudah mengindentifikasi atau menyebutnya. Sementara jiwa-jiwa terus menggelinjak merdeka, dengan tidak merasa ribet menjadi bagian -sejarah. Sebab kerja seorang bukan sekadar merakit kata menjelma bom waktu, atau tugu pencapaian. Tetapi yang bergulat dengan realitas menghadapi jamananya, mengupas kulit yang kaku, membebaskan diri tidak berkutat dalam anatomi tubuh. Namun sanggup keluar batas kepompong pembacaan obyektif dengan penuh kematangan kepak kekupu.

Kesusastraan mendudukan kalbu insani sesuai fitrohnya, dan membangkitkan jiwa-jiwa menghadirkan kesejatian, berdamai dalam khasana dunia. Ilmu ibarat sebilah keris, akan berfungsi jika perbendaharaan nilai hayat selalu digali. Guna tak keliru sasaran dalam menghujamkan keris ke tubuh lawan, salah menikam ke dada kawan.

Musuh itu ialah tradisi yang mencipta kemandulan di mana-mana, menekan dengan beberapa aspek aturan yang membuat langkah tidak nyaman, tidak lincah ataupun lugas bersetubuh, setelah mendapati pertahanan berupa kesadaran fitroh. Makna hidup sejati atas bangsa berbudi pekerti, menjunjung tinggi martabat kemanusiaan. Ini bukan satuan ideologi, namun leburnya jiwa-jiwa universal dalam setiap tingkap jenjang kehidupan sampai akhir jaman.

Jiwa ini kian menggilas kawan, sementara jemari belum menemukan kelincahannya melafalkan huruf demi huruf, maka bersabarlah meneruskan langkah-langkah. Ini semisal takaran kata, menyadari pentingnya kata-kata sejak melek membaca, tempat penuh manfaat bagi pelajar semacam kita.

Kata-kata ialah besi berdaya magnit, angka-angka memiliki makna di dalamnya, dirangkai laiknya adonan molekul. Yang mencipta asosiasi penalaran, tidak mandek dalam struktur menghakimi suatu nilai yang belum pasti. Serupa kelicikan mereka dalam menganalisa, atas kemauannya paling pribadi.

Maka bebaskan keliaranmu kawan, mengolah segenap pemikiran dari bidang-bidang yang kau miliki. Sebagaimana keberangkatan manusia itu berbeda-beda. Tidak bisa dipaksakan, sebab waktu senantiasa memaknai perubahan. Dan nalar-nalar kejujuran, jauh lebih berbekas, meski ditampilkan seorang autodidak.

Sekali lagi, bersabarlah membaca kawan, karena ketidaksabaran bukan para pembaca saya. Memang mekanik terstruktur itu kokoh dalam memperjuangnya kendali kerjanya. Namun jika diantaranya ada yang rapuh, akan merusak pada organ tubuh yang lain. Olehnya, tak selamanya yang bergaris terang itu kebenaran. Ketika tidak diawasi dengan teliti lebih dalam, pembengkokan tidak kentara bisa terjadi, ketika kita berpandangan lurut ke depan, tanpa mengindahkan tampilan yang lain.

Saya jadi teringat, seorang kawan pernah berkata; “kalimah yang sulit dimengerti karena si penulisnya belum mampu mencerna jalan fikirannya.” Namun diam-diam dalam nalar saya berucap; “tidakkah jalan pemikiran manusia naik-turunnya berbeda, dan dengan kondisi tertentu memiliki pemaknaan yang berbeda pula. Maka yang tampil ialah selera menyatakannya. Dan setiap penulis, memiliki para pembaca masing-masing. Tidaklah ini tergantung magnetik yang menggetarkan dirinya, yang tidak sampai melukai, kecuali iseng berkecup sayang.

*) Pengelana asal Indonesia, Lamongan. Jan 2009.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest