Judul Novel : Sumi; Jejak Cinta Perempuan Gila
Penulis : Maria Bo Niok
Penerbit : Arti Bumi Intaran, Yogyakarta
Cetakan : I Mei 2008
Tebal : 198 halaman
Peresensi : MG. Sungatno *
cawanaksara.blogspot.com
Pada 16 Agustus 2007, sebuah keluarga di Dusun Tanjung Kerta, Kabupaten Karawang, terlihat bahagia dan memendam banyak harapan. Pasalnya, keluarga itu merestui puterinya, Lamah, untuk bekerja di Taiwan sebagai TKW. Sayangnya, pada 20 Maret 2008, kebahagiaan dan harapan itu sirna seketika. Sebab, Lamah sudah tinggal nama dan jenazahnya dipulangkan pada 21 April 2008. Pahlawan devisa itu telah 'gugur' di Taiwan. Nasib Lamah telah menyusul puluhan nasib para TKI-TKW yang lebih dahulu 'gugur' dengan kasus yang tidak jauh berbeda. Tragis, itulah kisahnya.
Tidak jauh berbeda dengan nasib Sumi. Gadis remaja asal Leksono, Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng) yang hanya mampu menamatkan sekolahnya di jenjang SMA ini, pulang dari Hongkong sebagai TKW terjangkit cerita yang memilukan. Sumi menjadi gila. Keberuntungannya, meskipun Sumi tergeletak tidak sadarkan diri di jalan raya, raja maut tidak menghampirinya. Melainkan, majikannya Sumi –Ryusho yang terpaksa meninggal dunia. Ryusho tertabrak mobil dan terkapar di jalan dengan darah yang meluber dan menggenang di atas aspal.
Tragedi Sumi itulah yang menjadi titik inti Maria Bo Niok dalam mengembangkan ceritanya hingga sebanyak 198 halaman ini. Dihadirkannya novel –meskipun- tipis namun syarat dengan kritik sosial ini, merupakan salah satu wujud dari transformasi kegelisahan-kegelisahan Niok dalam memandang realita kehidupan yang dialami para TKI-TKW di negeri seberang.
Sebagai penulis yang juga pernah bertahun-tahun bekerja sebagai TKW di Hongkong dan Taiwan, Niok sangat merasakan betul apa-apa yang menjadi kendala dan rintihan para TKW. Bersama novel inilah salah satu kendala dan rintihan para TKW itu diadukan Niok kepada pembaca dengan aroma sastra.
Layaknya para TKW atau buruh migran perempuan (BMP) yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) pada umumnya, tokoh Sumi diangkat dari setting keluarga dan desa yang tingkat perekonomiannya masih lemah. Sumi terlahir di tengah keluarga yang kurang mampu hingga memaksanya untuk berhenti sekolah di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Selanjutnya, untuk meringankan perekonomian yang ditanggung keluarganya, Sumi membantu sang ayah, Parto, dalam memproduksi bahan bakar arang untuk dijual di masyarakat sebagai bahan bakar pendamping atau pengganti minyak. Adapun hasilnya diserahkan kepada keluarga untuk biaya hidup sehari-hari dan menyekolahkan adik-adiknya Sumi.
Karena tuntutan ekonomi yang semakin medesak, akhirnya Sumi memutuskan berangkat ke Hongkong sebagai PRT, melalui Yati –adik ipar Parto- dan salah satu PJTKI di Jakarta. Sesampainya di Hongkong, Sumi bertemu dan bekerja di sebuah rumah milik Nyonya Tze Bik Yut dan Ryusho. Dengan sifat dasarnya yang rajin, cepat, tanggap, dan pengertian, serta paras wajahnya yang cantik, membuat Sumi disayang keluarga tersebut, terlebih tuan muda Ryusho.
Selama hampir dua tahun, diam-diam Ryusho mempunyai rasa cinta terhadap Sumi. Namun, Ryusho sama sekali belum berani dan percaya diri mengungkapkan isi hatinya itu. Meskipun kesepakatan kontrak kerja Sumi dengan keluarga tersebut hendak berakhir, Ryusho masih saja belum berani mengatakan cintanya. Namun, satu minggu sebelum kontrak kerja habis, akhirnya Ryusho mulai memaksakan diri untuk mendekati Sumi. Ia memohon Sumi untuk menandatangani kontrak kerja lagi, dengan berbagai alasan tentunya. Mengetahui tingkah laku dan maksud cucunya itu, nenek Tze mulai mendekakti Sumi dan membujuknya untuk bekerja lagi di rumah itu.
Kerjasama nenek dan cucu dalam membujuk itu pun berhasil. Sumi sepakat dan berjanji untuk kerja kembali di keluarga tersebut. Ryusho merupakan anak dari pasangan Obi Moto dan Tze Ming Ming yang menetap di Jepang. Sementara, keberadaan Ryusho di Hong Kong merupakan keputusannya untuk melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi di sana. Sedangkan Nenek Tze merupakan nenek Ryusho yang lebih memilih menetap di Hong Kong daripada di Jepang.
Kontrak kerja Sumi yang pertama berakhir. Dengan sejumlah upah yang diterimanya, Sumi pulang kampung. Sesampai di rumah, Sumi disambut gembira oleh keluarga dan masyarakat setempat. Selain membawa uang yang banyak, Sumi dinilai keluarga dan masyarakat tambah cantik, terlebih saat Sumi memakai gaun yang tampak anyar, harum dan serasi dengan kuning langsat tubuhnya. Yang lebih disukai masyarakat, Sumi mulai berani tegur sapa dan murah senyum dengan masyarakat yang mendatangi maupun berpapasan dengannya. Begitu juga dengan tingkah lakunya yang sopan santun, tutur katanya yang tidak mencerminkan kesombongan, dan tidak segan-segan pergi ke sawah untuk membantu ayahnya, sama sekali tidak lepas dari perangainya. Akibatnya, ia seakan menjadi bunga desa dadakan. Semua anak-anak muda dan orang tua mulai ngerumpi tentang kedatangannya yang membawa perubahan dan tidak melepaskan hal-hal yang dinilai baik oleh masyarakat.
Cuti kerja dua minggu pun hendak berakhir, tinggal empat hari. Sisa waktu itu akhirnya dihabiskan Sumi di tempat Yati di Jakarta. Sayangnya, Kino yang sempat menaruh hati terhadap Sumi sebelum menjadi TKW, terlambat pulang ke rumahnya yang satu desa dengan Sumi. Kino gagal untuk mengungkapkan perasaannya terhadap Sumi yang telah lama ia pendam. Padahal, sebelumnya Sumi juga merasakan perasaan yang sama terhadap Kino.
Namun, karena Sumi ragu dan belum pernah mendengar langsung isi hati Kino, akhirnya Sumi menganggap hal itu tidak akan pernah terjadi dan hanya angan-angan kosong bagi Sumi. Apalagi latar belakang Kino berasal dari keluarga yang status sosialnya lebih tinggi dan dihormati masyarakat daripada keluarga Sumi yang hanya petani kecil, dan produsen bahan bakar arang.
Meskipun terlambat, akhirnya Kino bahagia juga. Sebab, orang tua Kino telah menjalin kesepakatan dengan keluarga Sumi untuk menjodohkan Kino dengan Sumi.
Kasihan bagi Sumi. Setelah ia kembali ke Hong Kong dan menerima pernyataan cinta Ryusho terhadap dirinya, kabar dari kampung itu baru sampai di pendengarannya. Lebih kasihan lagi, ternyata Sumi telah menyepakati niat Ryusho yang hendak menikahi dirinya. Dan ia tdak kuasa untuk membatalkannya.
Di antara dua pilihan yang dilematis itu, Sumi lebih memilih Ryusho. Tanpa memberitahu dan meminta restu dari orangtuanya, Sumi menjalankan pesta perkawinannya dengan Ryusho. Pasca pernikahan, Sumi mengajukan permintaan kepada suaminya untuk pindah rumah. Permintaan itu pun terkabul. Akibatnya, keluarga di desa tidak bisa menghubungi atau menyurati dirinya. Begitu juga dengan teman-teman PRT dari Indonesia, yang telah mengenalnya. Mereka tidak bisa menghubungi maupun mengetahui keberadaan Sumi.
Penyesalan pun mulai dirasakan Sumi. Selain menghilangkan jejak dan tidak meminta do'a restu atas pernikahannya, ternyata sang suami mengidap penyakit kelainan seks, sado mashokhism. Kebutuhan batin sebagai sang istri pun belum pernah didapatkannya, pada malam pertama sekalipun. Bukan hanya itu, saat Sumi dan suaminya jalan-jalan dan berbelanja di Shopping Centre, Ryusho tertabrak mobil yang melintas di jalan hingga meninggal.
Melihat suaminya yang meninggal dengan mengeluarkan darah yang melumuri aspal jalanan kala itu, Sumi langsung shock berat. Ingatan Sumi terganggu; gila. Merasa tidak sanggup merawat Sumi yang semakin hari semakin parah, akhirnya keluarga mertua membawa Sumi ke berbagai tempat untuk carikan obat. Namun, usaha mereka sia-sia. Akhirnya mereka memutuskan agar Sumi dipulangkan kepada orangtuanya di Indonesia dan biaya selama perawatan serta penyembuhan Sumi pun ditanggung oleh keluarga Ryusho.
Meskipun menyisakan luka yang mendalam bagi Kino yang mengetahui cerita suram itu, Kino berjanji merahasiakan masa lalu Sumi selama menjalani kontrak kerja yang kedua. Di antara sekian banyak masyarakat dan orangtua Sumi, yang mengetahui cerita suram Sumi adalah Kino. Sebab, waktu keadatangan Sumi yang diantar mertua dan neneknya kala itu yang bisa memahami dan menemani adalah Kino seorang. Baik masyarakat maupun orangtua Sumi tidak ada yang bisa berbahasa dan paham dengan bahasa Inggris yang digunakan orangtua Ryusho saat menjelaskan maksud dan tujuan mereka mengantarkan Sumi. Demi kesetiaan dan cintanya yang besar terhadap Sumi, pada akhirnya Kino mau menerima dan menikahi Sumi setelah sembuh dari gila.
Menyedihkan dan mengharukan. Itulah latar suasana yang digunakan Niok dalam menghadirkan separoh terakhir cerita Sumi; Jejak Cinta Perempuan Gila ini. Sebagai novel yang menggunakan tema genre baru, novel ini terasa asyik untuk dinikmati di tengah merebaknya novel-novel yang lain. Meskipun jenis begitu, kurang kuatnya bahasa penceritaan dan carut-marutnya bahasa Jawa yang sering menyelinap di antara bahasa-bahasa lain yang digunakan (Indonesia, Hong Kong, Jepang) menjadi catatan khusus untuk menyamankan pembaca dalam menikmati dan mengimajinasikan sisi lain kehidupan para TKI-TKW (PRT); yang hingga saat ini masih saja diminati rakyat Indonesia. Aneh.
*) Pegiat di Scriptorium Lintang Sastra, Yogyakarta.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar