Selasa, 04 November 2008

BUNG TOMO, PAHLAWAN PENYAIR INDONESIA

Nurel Javissyarqi*
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/

Terlepas bapak presiden penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri berpendapat; “sebuah puisi besar pernah tercipta dalam sejarah bangsa ini.” Yakni teks Sumpah Pemuda, yang diumumkan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu. Dan terlepas sebelum adanya istilah sumpah serapah, sumpah pocong atau lainnya. Telah bergaung kokoh keagungan Sumpah Palapa, yang dikumandangkan patih Gajah Mada, dari kerajaan Majapahit tanah Dwipa, yang tidak mungkin terhapuskan di bumi Nusantara.

Untuk menyatakan Bung Tomo sebagai Pahlawan Penyair Indonesia, ataupun Pahlawan Sastra Indonesia, di sini dihadirkan teks pidato beliau, ketika membakar semangat perjuangan rakyat di Surabaya. Yang tidak kalah mendagingnya dengan puisi-puisi besar yang berdarah-darah.

Maka semua pintu bisa dibuka, semua telinga boleh menyimaknya, tak ada istilah hanya penyair yang dapat jatah, semuanya dapat bagian serupa. Kecuali para pecundang yang membawa kabur harta negara, kecuali para koruptor yang tak jera-jera menimbun api neraka.

Waktu itu, menyambut Ultimatum Jendral Mansergh pada tanggal 10 November 1945, Bung Tomo membacakan teks pidatonya dengan jiwa berkobar, di depan radio Pemberontak, dengan suaranya yang lantang menggelegak, memekik langit, mencahayai kemerdekaan berbangsa dan bernegara Indonesia:

Bismillahi rokhmanir rokhim**
Merdeka!

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indoneisa
terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya.

Kita semua telah mengetahuai, bahwa hari ini
tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet
yang memberikan suatu ancamana kepada kita semua.

Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan,
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut
dari tangan tentara Jepang.

Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu
dengan mengangkat tangan.

Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu
dengan membawa bendera putih
tanda bahwa kita menyerah pada mereka.

Saudara-saudara
di dalam pertemputan-pertempuran yang lampau,
kita sekalian telah menunjukkan
bahwa rakyat Indonesia di Surabaya:

pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi,
pemuda-pemuda yang berasal dari Bali,
pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan
pemuda-pemuda yang berasal dari Sumatera,
pemuda Aceh, pemuda Tapanuli
dan seluruh pemuda Indonesia
yang ada di Surabaya ini.

Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing
dengan pasukan rakyat,
yang dibentuk dikampung-kampung
telah menunjukkan suatu pertahanan
yang tidak bisa dijebol,
telah menunjukkan satu kekuatan
hingga mereka itu terjepit di mana-mana.

Hanya karena taktik yang licik dari mereka itu saudara-saudara,
dengan mendatangkan presiden
dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini,
maka kita tunduk untuk memberhentikan pertempuran.

Tetapi pada masa itu, mereka telah memperkuat diri,
dan setelah kuat, sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara,
kita semuanya – kita bangsa Indonesia
yang ada di Surabaya ini
akan menerima tantangan tentara Inggris itu,
dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya
ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia
yang ada di Surabaya ini, dengarkanlah ini tentara Inggris!

Ini jawaban kita!
Ini jawaban rakyat Surabaya!
Ini jawaban pemuda Indonesia!

Kepada kau sekalian hai tentara Inggris!
Kau menghendaki bahwa kita ini
akan membawa bendera putih
untuk takluk kepadamu!

Kau menyuru kita membawa senjata-senjata
yang telah kita rampas dari tentara Jepang
untuk diserahkan kepadamu.

Tuntutan itu, walaupun kita tahu
bahwa kau sekalian akan mengancam kita
untuk menggempur kita
dengan seluruh kekuatan yang ada!

Tetapi inilah jawaban kita:
“Selama banteng-banteng Indonesia
masih mempunyai darah merah
yang dapat membasahi secarik kain putih,
merah dan putih,
maka selama itu,
tidak akan kita mau menyerah
pada siapapun juga”

Saudara-saudara rakyat Surabaya bersiaplah.
Keadaan genting.
Tetapi saya peringatkan sekali lagi
jangan mulai menembak,
baru kalau kita ditembak,
maka kita akan ganti menyerang mereka itu!

Kita tunjukkan bahwa kita ini
adalah benar-benar orang yang ingin merdeka!

Dan untuk kita saudara-saudara,
lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka!

Semboyan kita tetap!
MERDEKA ATAU MATI!

Dan kita yakin saudara-saudara,
pada akhirnya pastilah
kemenangan akan jatuh kepada kita.
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.

Percayalah saudara-saudara,
Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar!
MERDEKA!


Teks pidato tersebut tidak sekadar berbau puisi, pun hanya mengandalkan bunyi-bunyian sastrawi, namun telah melampaui peristiwa puitika. Teks yang berbau puisi maksud saya, yang mudah disadap tanpa berkeringat otak memeras hati. Saya rasa jika bunyi-bunyian semata, itu baru menuliskan lirik puitik, dan belum pada taraf hakekat puisi, apalagi peristiwa makna puitika.

Saya yakin, puisi di atas memiliki daya mangfaat yang tidak kalah heroiknya dengan teks Hikayat Perang Sabil yang panjang itu,*** dalam membakar semangat jihat kepada musuh dalam peperangan. Di sinilah letaknya, fungsi karya sastra yang sesungguhnya, bukan sekadar permainan kata sehabis berleha, tetapi kaki-kaki realitas perjuangan-lah yang melahirkannya.

Karya seni bukanlah sejenis rakitan tehnologi yang memudahkan orang-orang dalam kehidupan, jikalau menganggap kata-kata bukan sekadar pipo ledeng. Kata-kata hadir dari kesadaran, kepercayaan, keyakinan yang menderukan rupa. Maka bentuk-bentuk keisengan, menggigil di sudut-sudut jauh, terlempar dari permukaan cahaya, jika tak menginsafi kebodohan langkah pertama.

Apalah yang didapat, dari pelesiran jauh selain nikmat? Membaca buku-buku misalnya. Sungguhlah banyak kenangan serta mendapati saripati ilmu. Dan orang-orang menganggap menulis puisi itu mudah, lainnya tidak, lebih sulit daripada mencipta buku dengan gagasan serupa. Banyak penghayat puisi itu repot mencari padanan makna. Yang lain terdiam, sambil merasakan pergulatan bathin kesadaran kata-kata, bersama waktu-waktu menafaskannya.

Sebuah apel ialah buah apel, bukan pepaya. Adam diberikan kesadaran kata-kata oleh tuhan, beserta benda-benda yang disebutkan-Nya. Jadi hakekatnya, tidak ada kebebasan makna kata-kata, ketika menyadari setiap kata memiliki makna. Adalah paradok, jikalau yakin setiap kata mengemban makna, namun lantas membebaskannya.

Adalah setiap batok kepala menyimpan peristiwa berbeda. Andaipun bacaannya serupa, tidaklah lantas otomatis satu warna, itulah kebebasan tafsir. Bolelah manusia ugal-ugalan menafsirkan, namun yang patut diingat, tinta Keilahian telah mematri; “di manapun menghadap, wajah kebenaran tetaplah sama”.

Tidak ada hakim penentu, ketika kata-kata merasuk dalam kalbu. Hanya keyakinan itulah yang menentukannya, yang telah menanam kesadaran kata-kata bersama wujud-wujudnya. Keseluruhan bacaan, pengalaman yang mematangkan jiwa, saling memantul memaknai kata-kata. Inilah kesungguhan tafsir, membuka segala organ diri dalam merangkul memahami puisi, atau diri yang terejawantah syair-syinair hayati.
-----------

*) 4 Nov 2008, Pengelana asal desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan, JaTim.
**) Surabaya di Akhir Tahun 1945, disusun; Mohammad Moestadji, BA. Penerbit Bina Pustaka Tama Surabaya, cetakan pertama 1994.
***) Sastra Perang, Sebuah pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil, oleh Prof Ibrahim Alfian, Penerbit Balai Pustaka, 1992.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest