Jumat, 19 September 2008

Merindu Genre Puisi Epik di Jawa Timur

Mashuri*

Peta perpuisian Nasional setelah 2000 memang diwarnai dengan banyaknya puisi gelap yang bersumber dari penyair Jawa Timur. Sederet nama sudah didaftar S Yoga dalam Kompas (Selasa/22 Juli 2008), yang bertajuk: ‘Taman Puisi Gelap Jawa Timur’. Kenyataan itu memang membanggakan. Meski demikian, ada sesuatu yang mengganjal terkait dengan dinamika sastra di Jawa Timur, yakni absennya jenis puisi epik. Padahal secara historis dan kultural, Jawa Timur adalah lumbung puisi epik. Di sisi lain, lewat puisi epik, sastra juga bisa membumi di masyarakatnya sendiri.

Puisi epik seringkali dipahami tidak bersemangat puisi modern oleh kalangan penyair dan sastrawan Indonesia. Pasalnya, epik dianggap terlalu klasik dan memapankan pusat, karena bertumpu pada tokoh-tokoh sentral dan heroik. Padahal jika diurai kembali, lewat epiklah sastra Eropa dan dunia menjadi besar. Tentu saja, anggapan salah kaprah itu harus direvisi ulang. Apalagi di kalangan penyair Indonesia, anggapan itu muncul karena terkait dengan ruang sastra modern Indonesia, yang lebih bertumpu pada majalah dan koran, yang tentu saja sangat terbatas dan tidak memungkinkan mengeksplore kekayaan dan kemungkinan dari epik. Padahal dari puisi epik bisa memungkinkan mencapai banyak hal, baik dari sastra/puisi, maupun dari kultur lebih luas.

Dari sisi kultur, puisi epik bisa mengungkai banyak hal yang tersembunyi dari lapis kesadaran masyarakat, yang tercerabut dari akar jati diri. Apalagi pengaruh luar sudah tak terbendung seperti sekarang ini. Pasalnya, epik selalu mengacu pada sejarah dan ingatan kolektif, yang dari sanalah bisa dirunut tentang berbagai hal di masa lalu dengan persimpangan dan pertemuannya. Dalam konteks ini, puisi epik bisa berupa tafsir kesejarahan yang kontekstual, sesuai dengan zeitgeist/semangat zaman, yang bisa sebagai tawaran/alternatif wacana dari arus hiperreal. Apalagi puisi epik juga bisa menimang banyak bidang, baik itu aras sastra, budaya, sosial, filsafat dan lain-lainnya. Sehingga kebutuhan pada pembacaan sosio-kultur yang holistis, yang pada dasawarsa saat ini sangat dibutuhkan, bisa tercukupi.

Jika dilihat dari segi sastra, bentuk puisi epik memiliki akarnya. Sejarah sastra Indonesia tidak terputus dari akar kesusastraan, yang kerap berupa epik. Dari sinilah, landasan berpuisi/bersastra bisa sambung dengan tradisi kesusastraan yang menjadi akar sastra masyarakat, karena bagaimanapun tidak ada ‘karya yang lahir dari kekosongan’ budaya’ (mengutip pendapat A Teeuw). Ditambah lagi, tradisi puisi Jawa Timur (terutama sastra lisan) sangat bernuansa epik, dengan metrum lama: tembang, dan sampai kini masih sering dijumpai di masyarakat tradisi. Dari sinilah gagasan membumikan sastra Indonesia bisa dimulai. Apalagi selama ini, ada kesan kesusastraan modern kita, tercerabut dari akar tradisinya dan tidak lagi bersentuhan dengan masyarakat yang melahirkannya. Tawaran tentang puisi epik dengan nuansa baru yang berbahasa Indonesia/hibdird, yang mengangkat epik Jawa Timur, merupakan tawaran yang menjanjikan dari segi kreativitas, bahwa yang lawas dan yang modern bisa tersaji bersama dalam sebuah inovasi puisi.

Potensi Puisi Epik
Dalam sejarah sastra Melayu lama, dikenal dengan cerita Panji. Cerita itu ternyata menyebar ke seantero Asia Tenggara, baik itu Tailand, Malaysia, dan Singapura. Ketika diusut, cerita itu berpulang pada kesusastraan Jawa lama, yang bersumber dari kepustakaan kerajaan Kediri di masa lalu, yakni mengangat kisah epos Raden Panji Asmorobangun, raja Daha (sekarang Kediri). Meski cerita Panji itu telah mengalami metamorfosa di ranah seberang, tetapi latarnya masih menyangkut wilayah kemunculannya dan Jawa Timur.

Cerita Panji adalah salah satu contoh epik Jawa Timur, yang ditulis dalam bentuk puisi, meski berkembang pula dalam bentuk prosa di beberapa ranah seberang. Puisi epik yang lebih lama juga dapat kita jumpai dalam beberapa khasanah Jawa Kuno lain, yang tumbuh dan berkembang di Jawa Timur, seperti Pararaton (kisah tentang Ken Arok), Arjunawiwaha (tentang Prabu Airlangga) serta berbagai khasanah lainnya, yang transformasi pengetahuan dan literernya sangat sulit kepada generasi sekarang.

Dalam beberapa pagelaran sastra tradisional, sastra epik dalam bahasa Jawa, masih kerap dipentaskan. Biasanya dalam bentuk tembang, dan sering sebagai pegiring bentuk lakon atau drama. Hal itu karena dalam khasanah sastra tradisional, sastra umumnya ditulis dalam bentuk puisi, dengan beberapa aturan ketat, agar nanti bisa ditembangkan dan diiringi musik. Bisa dijumpai pada pagelaran wayang, ludruk, kentrung dan lain-lainnya.

Dengan adanya berbagai khasanah epik, yang tentu saja sekarang masih hidup dan dihidupi masyarakatnya, maka diperlukan sebuah penulisan kembali khasanah itu dalam bentuk puisi epik. Soal genre puisi epik ini bukan harga mati, tetapi ada beberapa pertimbangan yang perlu dicermati, yang menunjukkan kelebihan genre ini bila digarap bila dibandingkan dengan genre lainnya, semisal prosa. Kelebihan puisi epik adalah:

Pertama, pertimbangan peta perpuisian nasional, yang saat ini cenderung lirik, tanpa menawarkan hal-hal baru, dan terjebak pada homogenitas. Kedua, dinamika kesusastraan jatim. Pertimbangannya, selain puisi surealis dan gelap, tentu harus ada warna lain yang lebih menjanjikan dan memberi warna dan keragaman pada perpuisian Jawa Timur. Ketiga, dinamika kultur. Dengan adanya sentuhan dan tafsir baru pada kekayaan kultur lewat eposnya, maka dialektika budaya akan lebih dinamis karena puisi lebih bersifat psiko-sosial. Ketaksadaran kolektif bisa dirunut muasal dan akarnya. Terlebih lagi, puisi epik dimungkinkan bisa mendekatkan sastra dengan masyarakat, tanpa menurunkan kadar literernya. Selama ini, ada kecenderungan mendekatkan sastra dengan masyarakat/komunitasnya dengan cara menurunkan kadar literernya, yang tentu saja merupakan tindakan ceroboh dan bodoh.

Tentu saja, puisi epik dalam hal ini bukan terpaku pada ihwal normatif semata, tetapi juga merupakan hasil dari ‘eksperimentasi kreatif’ yang menjanjikan tawaran-tawaran baru. Bagaimanapun hakekat sastra adalah ketegangan antara konvensi dan inovasi (mengutip A Teeuw lagi). Dengan demikian, diharapkan muncul puisi epik dengan ruh pembaharuan, yang bisa saja bercorak antiepik, antihero dan lain-lainnya, atau bahkan memunculkan epik baru yang ternyata bisa lebih inspiratif dan imajinatif.

Sementara itu, jika ada penyair yang menulis puisi epik dalam dalam bahasa Jawa/Osing atau Madura, sebagaimana bahasa etnis subkultur Jawa Timur, tentu tidak menjadi soal dan lebih kental warna lokalnya. Namun karena ini menyangkut sumbangsih dalam peta perpuisian Indonesia, maka akan lebih menarik ditulis dalam bahasa Indonesia. Apalagi, spirit lokal pun tetap bisa dicapai dalam bahasa nasional. Selain itu, untuk saat ini, puisi epik berbahasa Indonesia bisa dibilang langka dan tawaran kreatif ini bisa menjadi pionir yang sungguh indah.

*) Artikel ini pernah dimuat di Kompas Jatim.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Ginandjar Wiludjeng A. Junianto A. Kurnia A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.S Laksana A’yat Khalili Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Malik Abdul Razak Abdul Rosyid Abdul Wahab Abdurrahman Wahid Abu Salman Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adam Chiefni Ade P. Nasution Adhitia Armitriant Adi Prasetyo Adrizas AF. Tuasikal Afriza Hanifa Afrizal Malna Agama Para Bajingan Agnes Rita Sulistyawaty Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunyoto Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Baso Ahmad Faishal Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad Rofiq Ahmad S. Zahari Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ahsanu Nadia Aini Aviena Violeta Ainul Fiah Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akhudiat Akmal Nasery Basral Alam Terkembang Alang Khoiruddin Alex R. Nainggolan Alfian Dippahatang Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Almania Rohmah Ami Herman Amien Wangsitalaja Aminah Aminullah HA.Noor Amir Sutaarga Anam Rahus Anata Siregar Andari Karina Anom Andina Dwifatma Andong Buku #3 Andre Mediansyah Andri Awan Anett Tapai Anggie Melianna Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Bae Anton Kurnia Anton Wahyudi Anwar Nuris Ardi Bramantyo Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arie Yani Arief Joko Wicaksono Arief Junianto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Arman A.Z. Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Asmaul Fauziyah Asti Musman Atafras Awalludin GD Mualif Ayu Wulan Sari Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Bagus Takwin Bahrul Ulum A. Malik Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Beno Siang Pamungkas Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Bernando J Sujibto Berthold Damshauser BI Purwantari Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonari Nabonenar Brunel University London Budaya Budi Darma Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Camelia Mafaza Catatan Cerbung Cerpen Chairul Akhmad Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahta Gautama Daisuke Miyoshi Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Danusantoso Dareen Tatour Darju Prasetya David Kuncara Denny Mizhar Denza Perdana Desi Sommalia Gustina Desiana Medya A.L Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewi Indah Sari Dewi Susme Dian Sukarno Didik Harianto Didik Kusbiantoro Dina Jerphanion Dina Oktaviani Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur Dipo Handoko Diyah Errita Damayanti Djoko Pitono Djoko Saryono Doddy Wisnu Pribadi Dody Kristianto Dody Yan Masfa Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi SS MHum Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Wiyana Dyah Ratna Meta Novia Dyah Sulistyorini Ecep Heryadi Eddy Pranata PNP Edeng Syamsul Ma’arif Eep Saefulloh Fatah EH Kartanegara Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful Eko Windarto Elnisya Mahendra Elva Lestary Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Sulwesi Endo Suanda Eppril Wulaningtyas R Esai Evan Ys F. Moses F. Rahardi Fadlillah Malin Sutan Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Febby Fortinella Rusmoyo Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Gabriel Garcia Marquez Galang Ari P. Galuh Tulus Utama Gampang Prawoto Gandra Gupta Ganug Nugroho Adi Gerson Poyk Ghassan Kanafani Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunoto Saparie H.B. Jassin Habibullah Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Han Gagas Hanibal W. Y. Wijayanta Hardi Haris del Hakim Haris Saputra Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B Kori’un Hasan Aspahani Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana HE. Benyamine Hendra Junaedi Hendra Makmur Heri CS Heri Latief Heri Listianto Herman RN Herry Lamongan Heru CN Heru Nugroho Hikmat Gumelar HL Renjis Magalah Hudan Nur Hujuala Rika Ayu Huminca Sinaga IBM. Dharma Palguna Ibnu Wahyudi Ida Farida Idris Pasaribu Ignas Kleden Ignatius Haryanto Iksan Basoeky Ilham Khoiri Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Ira Puspitaningsih Irfan Budiman Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Ismail Marzuki Iva Titin Shovia Iwan Kurniawan Jabbar Abdullah Jafar Fakhrurozi Jalan Raya Simo Sungelebak Jamal D. Rahman Jamal T. Suryanata Javed Paul Syatha Jayaning S.A JILFest 2008 Jody Setiawan Johan Edy Raharjo Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Jual Buku Paket Hemat Juan Kromen Julika Hasanah Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Ka’bati Karanggeneng Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Keith Foulcher Kemah Budaya Panturan (KBP) Khansa Arifah Adila Khoirul Inayah Khoirul Rosyadi Khudori Husnan Ki Ompong Sudarsono Kirana Kejora Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia Korrie Layun Rampan Kostela Kritik Sastra Kukuh S Wibowo Kurnia Effendi Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie L.N. Idayanie Laili Rahmawati Lamongan Lan Fang Langgeng Widodo Lathifa Akmaliyah Leila S. Chudori Lely Yuana Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lucia Idayanie Lukman A Sya Lutfiah Lynglieastrid Isabellita M Arman AZ M Ismail M Thobroni M. Afifuddin M. Arwan Hamidi M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Luthfi Aziz M. Nurdin M. Yoesoef M.D. Atmaja M.S. Nugroho Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahmudi Arif Dahlan Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Martin Aleida Maruli Tobing Mas Ruscita Mashuri Masuki M. Astro Matroni Matroni Muserang Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mia Arista Mia El Zahra Mikael Johani Misbahus Surur Misran Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan Much. Khoiri Muh. Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Aris Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun Muhammadun AS Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik Munawir Aziz Musfarayani Musfi Efrizal Nafisatul Husniah Nandang Darana Naskah Teater Nelson Alwi Ni Made Purnamasari Nikmatus Sholikhah Nina Herlina Lubis Nina Susilo Ning Elia Noor H. Dee Noval Jubbek Novel-novel berbahasa Jawa Novelet Nunuy Nurhayati Nur Azizah Nur Hamzah Nur Kholiq Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Obrolan Okty Budiati Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Otto Sukatno CR Oyos Saroso H.N. Pagan Press Pagelaran Musim Tandur Palupi Panca Astuti Parimono V / 40 Plandi Jombang Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Petrus Nandi Politik Politik Sastra Pradana Boy ZTF Pramoedya Ananta Toer Pramono Pringadi AS Prof Dr Fabiola D. Kurnia Prosa Puisi Puji Santosa Puji Tyasari Puput Amiranti N Purnawan Andra Purnawan Kristanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Ng. Ronggowarsito Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Rahmat Kemat Hidayatullah Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rasanrasan Boengaketji Raudal Tanjung Banua Redland Movie Reiny Dwinanda Resensi Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Riki Dhamparan Putra Riki Utomi Ririe Rengganis Risang Anom Pujayanto Riyon Fidwar Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roso Titi Sarkoro Rozi Kembara Rukardi Rumah Budaya Pantura (RBP) Rusmanadi S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saiful Amin Ghofur Saiful Anam Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman S. Yoga Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Pasir Sanggar Rumah Ilalang KSII Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra dan Kuasa Simbolik Sastra Jawa Timur Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang SelaSastra Boenga Ketjil SelaSastra Boenga Ketjil #33 Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siti Khoeriyah Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputra Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soegiharto Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Spectrum Center Press Sri Weni Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sucipto Hadi Purnomo Sudirman Sugi Lanus Sukron Ma’mun Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Supriyadi Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaf Anton Wr Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syarif Wadja Bae Sylvianita Widyawati TanahmeraH ArtSpace Tarmuzie (1961-2019) Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Setiawan Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Tia Setiadi Tirto Suwondo Tita Tjindarbumi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tosa Poetra Tri Nurdianingsih Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulul Azmiyati Umar Fauzi Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Usman Arrumy Utari Tri Prestianti Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W Haryanto W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wan Anwar Wawan Eko Yulianto Wawancara Wina Bojonegoro Wita Lestari Wong Wing King Wowok Hesti Prabowo Xu Xi (Sussy Komala) Y. Thendra BP Y. Wibowo Yanusa Nugroho Yasraf Amir Piliang Yayat R. Cipasang Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopi Setia Umbara Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yusri Fajar Yusuf Ariel Hakim Yuval Noah Harari Zacky Khairul Uman Zainuddin Sugendal Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zhaenal Fanani Zubaidi Khan Zuniest