Teguh Winarsho AS
http://www.suarakarya-online.com/
PAGI masih dingin. Embun masih menggantung di dedaunan. Nima membuka pintu rumah majikannya. Ia akan memulai pekerjaannya menyapu halaman rumah itu. Memang masih terlalu pagi. Tidak biasanya ia bekerja sepagi ini. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya, beberapa hari terakhir ini. Apa lagi, kalau bukan laki-laki yang baru tinggal di rumah sebelah? Seorang laki-laki muda yang beberapa kali mencuri perhatiannya.
Nima mulai menyapu. Ini pekerjaan rutin setiap hari. Pekerjaan yang membuat tubuhnya tetap kelihatan sehat dan bugar. Tubuh ranum seorang gadis dewasa yang penuh gairah. Tapi rumah sebelah masih sepi. Lampu teras rumah masih menyala. Mungkin laki-laki itu masih tidur. Diam-diam Nima kecewa jika sampai tak ketemu laki-laki itu. Ia sudah telanjur bangun pagi.
Sambil terus menyapu halaman, sesekali Nima memperhatikan rumah sebelah. Berharap pintu rumah sebelah terbuka dan laki-laki itu keluar, seperti biasa mengenakan sarung kotak-kotak dan kaus putih. Nima mendengar selentingan kabar, laki-laki itu tak pernah tidur malam. Begadang dari sore sampai pagi di depan komputer. Laki-laki itu konon seorang penulis. Nima ingin sekali berkenalan dengan laki-laki itu. Atau... ah, mungkin tidak hanya sekadar itu...
Baru satu bulan laki-laki itu menempati rumah sebelah. Sebelumnya rumah itu lama kosong. Nima tidak tahu laki-laki itu tinggal bersama siapa. Hanya sesekali Nima melihat seorang laki-laki setengah baya berperawakan tinggi besar datang ke rumah itu dengan mobil bagus. Kadang laki-laki itu menginap. Tapi yang lebih sering, ia pulang subuh atau tengah malam.
Aha! Laki-laki di rumah sebelah akhirnya keluar. Tak urung Nima gugup dan salah tingkah. Wajahnya mendadak bersemu merah. Laki-laki muda itu membawa cangkir minuman mengepul asap tipis. Sesaat laki-laki itu berhenti di depan pintu, tersenyum menatap Nima lalu menghampiri kursi di teras. Nima membalas senyum laki-laki itu sambil membetulkan ikatan rambutnya. Jantung Nima berdegup keras.
Beberapa hari belakangan ini laki-laki itu sering duduk di kursi teras rumah. Diam-diam Nima menikmati perhatian laki-laki itu pada dirinya. Ia hanya sering merasa tak kuasa menahan gugup dan gemetar tubuhnya. Setidaknya sampai pagi ini, ketika ia masih merasa asing dengan laki-laki itu. Sebab setelah sekian hari laki-laki itu hanya berani menatapnya dari teras rumah, baru dua hari lalu laki-laki itu memberanikan diri menyapa dan mengajak kenalan. Laki-laki itu namanya Irwan. Muda dan tampan.
"Kamu cantik sekali. Siapa namamu?" tanya Irwan setelah mengenalkan namanya. "Nima..." jawab Nima gugup dan pelan. Nima tahu laki-laki di depannya terus menatap dirinya. Tatapannya lembut dan dalam. Membuat Nima semakin gugup ingin cepat-cepat mengakhiri pekerjaannya.
Tapi halaman rumah itu terlalu luas. Ada beberapa pohon besar yang tumbuh di situ membuat halaman cepat kotor. Dedaunan dan ranting kering berserak di mana-mana. Tentu bukan pekerjaan mudah menyulap menjadi bersih dalam waktu singkat. Perlu tenaga ekstra. Tapi tangannya terus gemetar memegang sapu, tak punya tenaga ekstra untuk segera mengakhiri pekerjaannya. Bukan. Bukan karena ia belum sarapan. Ia sudah biasa sarapan di atas pukul sembilan ketika semua pekerjaan selesai dan majikannya berangkat kerja. Itu pun tidak banyak. Ia lebih suka ngemil, makan kue-kue kecil sambil nonton televisi. Laki-laki di teras rumah sebelah itulah yang telah menyedot energi dan perhatiannya.
Esok paginya laki-laki itu sudah duduk di teras rumah. Laki-laki itu langsung menghampiri Nima saat keluar ingin menyapu halaman. Nima sedikit terkejut melihat kemunculan laki-laki itu. Nima berusaha tenang. Tapi tetap saja jantungnya berdebar-debar. Senyum laki-laki itu tampak begitu menawan. Laki-laki itu kembali mengajak ngobrol. Nima menjawab seperlunya dan sesekali mencuri lihat wajah laki-laki itu. Sejak itu Nima sering memikirkan laki-laki itu. Nima bisa merasakan laki-laki itu memberi perhatian lebih pada dirinya.
Tetapi, ah, kadang Nima merasa ragu dengan kesimpulannya. Jangan-jangan itu hanya perasaannya yang berlebihan saja. Sebab laki-laki itu terlalu tampan untuk dirinya. Nima sadar dirinya hanya gadis tamatan SMP. Gadis desa yang baru empat bulan tinggal di Jakarta menjadi pembantu rumah dengan gaji tigaratus limapuluh ribu rupiah setiap bulan. Ya, ya, Nima menyadari semua itu meski ia juga tak bisa membohongi hati kecilnya, ada sesuatu yang menggeliat dan berdesir di hatinya setiap kali berhadapan dengan laki-laki itu.
Tiba-tiba Nima mendengar suara batuk-batuk kecil. Semakin lama semakin keras. Meski tidak melihat, Nima tahu laki-laki itu sedang berjalan menghampirinya. Jantung Nima semakin berdegup kencang. Dahinya berkeringat. Dari tadi Nima memang berharap bisa ketemu laki-laki itu. Tapi entah kenapa begitu ketemu ia tak kuasa menahan gugup.
"Selamat pagi, Nima..." Benar. Laki-laki itu tersenyum menyapa. Kedua tangannya berpegangan pada pagar besi. Wajahnya terlihat bersih dengan kumis tipis di atas bibirnya. Sejurus kemudian laki-laki itu mengeluarkan sebatang rokok lalu menyulutnya. Aroma asap rokok segera mengalir ke hidung Nima.
Sapu di tangan Nima hampir lepas mendengar sapaan laki-laki itu. Jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Nima ingin membalas, tapi mulutnya tiba-tiba tertutup rapat seperti pintu penjara. Nima terus menyapu sambil menjaga keseimbangan tubuhnya yang entah kenapa tiba-tiba goyah. Tanah yang ia pijak seperti bergelombang tidak rata. Meski begitu Nima berusaha mati-matian untuk tetap tenang, meredam hatinya yang rusuh. Sesekali ia menatap laki-laki itu, ketika pada saat yang sama laki-laki itu juga sedang menatap dirinya. Tatapan keduanya bertemu. Membuat perasaan Nima melambung semakin jauh.
"Saya lihat kamu masih punya banyak waktu luang. Kalau pekerjaamu sudah selesai, maukah kamu membantu pekerjaan di rumah saya? Tidak banyak kok. Paling cuma mengepel lantai, mencuci dan menyetrika baju..." kata Irwan sopan dan ramah. "Lumayan bisa untuk menambah penghasilanmu. Nanti akan saya bicarakan dengan majikanmu, kalau mereka mengizinkan...."
Nima tak membalas ucapan laki-laki itu. Nima terus menyapu. Ia tidak keberatan bekerja di rumah Irwan. Dengan begitu ia malah bisa lebih sering ketemu dengan laki-laki itu. Diam-diam Nima menyesal tadi tak sempat menyisir rambutnya. Membedaki wajahnya. Ah, seperti apakah wajahnya kini? Batin Nima gelisah. Nima berjanji lain kali akan memperhatikan lagi penampilannya. Ia tak mau kelihatan buruk di depan laki-laki itu. Ah...
* * *
ATAS izin majikannya, Nima mulai bekerja di rumah Irwan. Rumah Irwan tampak luas karena tidak banyak perabotan di dalamnya. Rupanya Irwan memang hanya tinggal sendirian di rumah itu. Nima sering heran kenapa Irwan tidak merasa kesepian. Padahal tidak ada temannya yang datang kecuali laki-laki setengah baya berperawakan tinggi besar itu. Laki-laki yang terkesan dingin dan angkuh. Belakangan Nima baru tahu laki-laki itu namanya Reno. Irwan sendiri nyaris tidak pernah keluar rumah karena untuk keperluan makan, ia sudah menggunakan jasa katering.
Hubungan Nima dan Irwan semakin lama semakin dekat. Irwan mulai berani menggoda Nima ketika sedang bekerja. Membuat Nima sering tersipu malu dan merah padam mukanya. Tidak salah jika Nima punya pikiran bahwa Irwan suka dengan dirinya. Nima sendiri sudah lama suka dengan laki-laki itu. Tapi sejauh ini ia hanya memendam perasaannya itu seorang diri.
Suatu hari Irwan menghampiri Nima yang baru selesai menyetrika. Wajah Irwan terlihat tegang. Nima tidak tahu apa yang akan dilakukan Irwan hingga laki-laki itu perlahan-lahan membuka mulutnya mengatakan ingin menikahinya. Nima seperti tidak percaya mendengar ucapan itu. Perasaannya langsung melambung tinggi. Ia tidak hanya akan menjadi pacar Irwan, tapi istrinya! Makanya Nima menurut saja ketika Irwan meraih tubuhnya dibawa ke dalam kamar. Termasuk ketika Irwan mulai melepas pakaiannya satu per satu. Nima benar-benar terlena. Untung, Irwan tidak berbuat lebih dari itu. Laki-laki itu justru menangis dan minta maaf.
Sorenya Nima menyampaikan keinginan Irwan pada majikannya. Majikan Nima tidak keberatan meski mereka masih belum begitu percaya dengan kesungguhan Irwan. Meski tidak kenal dekat dengan Irwan, tapi dari penampilan kesehariannya mereka bisa menilai seperti apa laki-laki itu. Irwan tidak hanya tampan tapi juga berpendidikan. Rasanya tidak masuk akal jika Irwan suka dengan Nima dan bahkan mau menikahinya. Akhirnya Irwan datang sendiri menemui majikan Nima. Kali ini majikan Nima baru percaya.
Beberapa hari kemudian Reno datang ke rumah Irwan. Awalnya mereka ngobrol di ruang tengah sambil nonton televisi. Tapi larut malam keduanya beranjak ke kamar. Bukan untuk tidur. Reno menatap lekat wajah Irwan yang rebahan di atas ranjang. "Jadi kamu serius mau menikah dengan pembantu sebelah?" tanya Reno tiba-tiba.
Irwan menghela nafas berat. "Aku tak punya pilihan. Orang tuaku menuntut agar aku segera menikah."
Reno tak langsung menjawab. Malam terasa sunyi. Hanya detak jam dinding yang terdengar. Reno mengganti lampu kamar menjadi temaram lalu menjatuhkan tubuhnya di samping Irwan. Wajahnya terlihat gelisah dan gusar. "Tapi...."
Belum sempat Reno meneruskan kalimatnya, Irwan lebih dulu memotong. "Kamu tidak usah khawatir. Aku hanya butuh pengakuan orang lain bahwa aku adalah laki-laki normal. Aku menikah seperti orang-orang itu juga menikah. Kamu sendiri punya istri kan? Kenapa aku tidak boleh?" Irwan memiringkan tubuhnya menghadap Reno.
"Aku ngerti. Tapi...." Lagi-lagi Reno tak sempat meneruskan kalimatnya karena tiba-tiba Irwan menutup mulut laki-laki itu dengan jari tangannya. Sesaat keduanya saling tatap dalam hasrat yang terus menggeliat. Sejurus kemudian malam terbadai. Bantal, sprei dan guling berhamburan di lantai.
"Besok aku akan menemui orang tua Nima di kampung untuk melamar..." kata Irwan pelan sambil mengusap peluh di wajahnya.
Malam hening. Sunyi. ***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Selasa, 23 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar