Pikiran Rakyat, 27 Mei 2005
Marhalim Zaini
Dan ia pulang, setelah larut malam.
“Apa kau mengira, aku tak tahu? Bahkan suara langkahmu, dapat kudengar sejak kau mulai masuk gang di ujung kampung.”
Dan ia membuka pintu kamar. Berderit. Padahal ia sedang tidak ingin mendengar suara derit.
“Apa kau menganggap, aku tak pernah ada? Atau mungkin aku hanya seonggok perabot tua, buku berdebu, sebuah album yang tak sengaja terbuka oleh angin, dan terbiar? Atau aku seperti suara derit pintu kamarmu itu?”
Ia mencampakkan tas tangan di atas meja, brak! Membuka jaket, dan melemparkannya di atas ranjang. Ia tidak sedang menginginkan suara lebih keras dari brak!
“O…begitukah jawabanmu? Ya, aku tak sedih mendengarnya. Bahkan yang lebih keras dari itu. Aku ini kan radio tua yang baik, sesuka hatilah tangan untuk memutarnya pada siaran apapun. Sebuah radio, adalah seorang pelayan yang setia, bukan?”
Ia kini telah bertukar pakaian. Pakaian tidur. Ia belum menutup pintu kamar, sebab ia tidak sedang ingin mendengar suara derit yang berulang.
“Baiklah. Aku tak perlu tahu, ke mana kau pergi setiap malam. Tapi rasanya aku ingin tahu, untuk apa kau pulang larut malam?”
Ia keluar dari kamar menuju dapur. Segelas air putih barangkali dapat memberi ia kelegaan yang lain. Malam yang cukup gerah. Apakah hari akan hujan?
“Apakah kau masih tak memiliki satu kalimat saja untukku? Untuk menjawab pertanyaanku?”
Malam sehening ini, satu suara saja dapat menggerakkan sepi. Ia selesai menenggak segelas air putih, seperti selesai menelan sesuatu yang menyempal di tenggorokan.
“Diammu itu, takkan membuat segalanya selesai…”
Padahal ia baru saja selesai menelannya. Ia membuka termos air, menuangkan ke dalam mug yang telah berisi kopi dan sedikit gula. Ada suara denting sendok kecil, beradu.
“Apa kaukira, kopi dapat membuat aku mengerti tentang kelakuanmu, dan memaafkannya?”
Ia berjalan menuju seperangkat kursi rotan tua. Dengarlah, yang paling khas dari rumah panggung ini, derit lantai papan itu, menirukan bunyi setiap langkah kaki manusia, seperti tuts piano yang bernada minor. Biasanya yang paling keras bunyinya, adalah saat kaki berada tepat di atas papan yang rapuh, yang reot, tempat bersarang ribuan rayap. Dan ia berjalan, seperti selalu berada tepat di atas yang reot, di atas yang rapuh. Ia meletakkan kopi panas di atas meja, yang sebenarnya berdebu. Ia sedang tak melirikkan mata atau menolehkan muka ke wajah lelaki tua, beruban, berkacamata, memakai syal, merokok, duduk bersandar seperti seorang juragan yang sekarat. Dan ia berlalu begitu saja. Meninggalkan yang bakal sia-sia.
“Dan nampaknya, kau memang suka melakukan pekerjaan yang sia-sia.”
Ia tahu, bakal sia-sia. Karena ia juga yang memindahkan dari meja, mug yang masih penuh berisi kopi dingin (yang seperti hitam yang beku), setiap pagi. Dan ia melakukan dengan senang hati. Membuang kopi ke tanah (seperti mengembalikan segalanya ke bumi), lalu mencucinya, dan meletakkan semula di rak-rak piring. Sebenarnya ia telah sampai pada satu perasaan bahwa apa yang telah dilakukannya tidaklah sia-sia. Ia merasa puas, saat ia bisa berbuat sesuatu untuk orang lain. Dan itulah ia. Hidup selalu untuk orang lain.
“Aku takkan pernah minum air dari seorang perempuan yang merasa dirinya paling benar, kau pasti tahu itu!”
Ia kembali masuk ke dalam kamar. Dan ia sedang tak ingin mendengar derit pintu yang berulang. Ia merebahkan tubuhnya. Membenarkan letak bantal. Membenarkan rambut panjangnya yang terhimpit badan, dan melemparkannya ke arah dinding di atas kepala. Mengambil guling, dan memeluknya. Apakah ia akan tidur?
“Hmm, aku tahu kau tidak akan pernah bisa tidur. Dan aku takkan pernah membiarkanmu tidur, selama kau masih menjahit mulutmu itu.”
Ia memang tidak pernah bisa tidur. Saat matanya terpejam, pikirannya justru terbangun. Tidur baginya, adalah sebuah pintu yang terbuka. Peristiwa-peristiwa hadir silang sengkarut seperti bayangan-bayangan hitam yang menakutkan. Dan ia selalu tak mampu menutup pintu, sebab ia sudah terlanjur muak mendengar derit pintu.
“Baik, aku tak peduli, kau mau membuka mulut atau tidak. Tapi aku tidak terima kau memperlakukan aku seperti batu. Sudah ratusan malam, kau pergi dan pulang larut. Tak pernah sepatah pun kau pamit padaku.”
Matanya seperti bulatan yang kosong. Ia takut mengatupkannya. Ia masih memeluk guling, seperti memeluk kehampaan. Dan telinganya, terus berdenyut. Apalagi malam sehening ini, selintas suara saja dapat membangunkan sepi.
“Apa kaukira aku tak tahu apa yang kaukerjakan di luar sana? Apa kau menganggap batu yang duduk dalam rumah tua ini, tak punya telinga untuk menangkap isyarat angin? Ini kampung, bukan Jakarta. Apa yang terjadi di ujung tanjung malam ini, malam ini juga kita dapat mengetahuinya. Dan para lelaki itu. Lelaki yang menjeling setiap lewat di depan rumah ini, apakah kaukira aku tak tahu apa makna jelingan itu?”
Telinganya terus berdenyut, seperti ada seekor coro yang terperangkap.
“Dan kau. Kau memang cantik. Masih muda. Satu kapal lelaki pun pasti masih sanggup kaulayani.”
Kini ada beberapa ekor coro lagi yang tiba-tiba menyumpal ke dalam telinganya, menambah denyut.
“Aku memang sudah reot, sama dengan kursi rotan ini. Sudah tak berguna bagi perempuan muda macam kau. Tapi perlu kauingat, bahwa aku pernah menjadi Ayahmu. Menjadi orang tua yang telah membesarkanmu. Kau mestinya harus bersyukur, sebab kau tidak selamanya menjadi gelandangan di perempatan jalan. Aku sudah mengangkat martabatmu!”
Dan menjatuhkannya kembali. Ia hanya bisa menjawabnya dalam hati. Suaranya telah lama hilang. Kini yang tinggal hanya suara hatinya. Dan suara derit pintu yang membuatnya mual, muak, dan miris…
“Dan kau yang menjatuhkannya kembali. Setelah aku reot dan tak mampu memenuhi kebutuhanmu, kau pergi mencari lelaki lain. Kaujual tubuhmu. Kautinggalkan aku dalam rumah terkutuk ini. Apa ini balasanmu?”
Balasan bagi orang yang telah memperkosaku? Denyut telinganya telah kebas, seperti baru saja kemasukan air bah. Ia tak jenak di atas kasur. Tubuhnya seperti dihuni oleh ribuan ular yang mengeliat-geliat. Ia meremas bantal guling, seperti seseorang yang sedang menahan rasa sakit yang nikmat. Dalam kepalanya, ada seorang lelaki yang sedang memainkan daun pintu, memainkan derit pintu…
“Benar, bahwa aku telah menidurimu. Terserah jika kau menganggapnya aku memperkosamu. Dan tersebab itu, istriku kemudian pergi, dan tak kembali. Aku memilihmu dan membiarkan ia pergi dan tak kembali. Tapi apakah tidak setimpal dengan kebaikanku yang memeliharamu sejak seumur jagung? Kini malah kaudiamkan aku. Kaubuang aku secara diam-diam. Kau lari ke dalam pelukan lelaki-lelaki kampung di simpang jalan. Dasar perempuan gembel!”
Dan derit pintu itu terus berulang. Semakin cepat berulang. Tubuhnya menegang, seperti sebatang kayu yang tumbang. Ingatannya membeku pada seraut wajah lelaki yang membuka pintu kamarnya, pada larut malam yang gerimis. Seorang lelaki yang telah ia anggap sebagai pelindungnya, sebagai Ayahnya. Seorang lelaki yang ditinggal pergi istrinya dan tak kembali. Lelaki yang setiap malam duduk di kursi rotan, memandang kepulan asap putih yang keluar dari mulutnya sendiri. Lelaki beruban, berkacamata, dan memakai syal. Lelaki yang mulutnya berbuih, bau belatung…
***
Orang kampung menganggap rumah panggung tua itu berhantu. Jeritan, denting gelas, derak ranjang, dan yang paling jelas derit pintu yang berulang-ulang, adalah suara yang seringkali didengar saat lewat di depan rumah yang terletak di sudut kampung itu. Terlebih, ada di antara mereka, yang melihat sesosok tubuh perempuan setengah tua berpakaian hitam-hitam, yang duduk di tangga rumah sambil menjahit syal. Yang pasti itu bukan sosok seorang perempuan muda. Ada juga yang menyangka, bahwa itu adalah istri yang telah lama pergi, dan kini kembali. Untuk apa ia kembali? Barangkali ia ingin memastikan keadaan suaminya, dan keadaan seorang perempuan muda, yang pernah mereka angkat sebagai anak, sekaligus yang pernah sangat ia benci. Atau, ia sengaja kembali setelah ia menerima kabar tentang kematian misterius yang menimpa suaminya dan anak angkatnya. Keduanya ditemukan oleh penduduk pada suatu pagi, entah pagi yang keberapa setelah kematian mereka, sudah dalam kondisi yang tidak wajar. Lelaki tua itu ditemukan kaku dan membusuk di atas kursi rotan tengah rumah, dengan syal yang terikat erat di batang lehernya. Sementara perempuan muda ditemukan sudah tergantung dalam kamar dengan leher yang terikat selimut. Orang mengira pastilah perempuan itu bunuh diri. Tapi lelaki tua itu. Entahlah.
Sejak itu, keramatlah rumah pangggung tua itu, dengan suara derit pintu yang terus berulang…
***
Pekanbaru, 2005
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar