Imamuddin SA
Dan, mungkin saat ini aku harus berbicara, Bapak! Membuka pintu gejolak batinku yang berteriak. Memberontak dalam kerangkeng jasadku. Aku ingin mengutarakannya secepatnya. Mungkin dengan jalan ini aku sedikit bisa merasakan kebahagiaan. Merasakan kebebasan. Menikmati kelegaan. Sakit rasanya.
Tapi aku masih ragu dengan keputusanku. Aku kalah dengan ketakutanku. Aku lemah. Ternyata, aku masih saja seperti kemarin. Diam. Memendam luka begitu dalam. Tidak, aku harus bangkit. Membangun keberanian untuk mengungkapkannya. Membuat jejak perubahan. Mengukir kebermaknahan. Paling tidak perubahan untuk batinku. Perubahan bagi diriku.
Seketika itu aku tersentak. Dan beranjak dari tempat dudukku. Berlari membawa segenap keberanian yang sempat lunglai. Menghampiri sesosok tubuh yang melintas di lensa mataku. Menelusuri remang malam berselimutkan kesunyian.
Saat itu, persis di antara kampungku dan kampung sebelah, aku menghadangnya. Menghentikan langkah kaki sesosok tubuh yang telah kukenali itu. Ya, sosok itu adalah guru kelasku. Tanpa basa-basi, aku langsung menghujamkan kepalanku di bagian rusuk kirinya. Ia terjungkal. Mengerang kesakitan. Ia bangkit. Dan mencoba melakukan perlawanan kepadaku. Namun, sebelum ia sempurnakan berdirinya, lagi-lagi kudaratkan kepalanku di rusuknya. Kali ini di rusuk sebelah kanannya.
Setelah beberapa kali aku lancarkan pukulan, aku merasa sedikit puas. Waktu itu aku sengaja menghajarnya di bagian rusuknya. Hal itu aku lakukan bukannya tanpa tujuan. Aku bermaksud agar tidak terlihat bekasnya pas di sekolah besok. Ini puncak amarahku. Ini hanya sebatas peringatan kepadanya. Aku harap ia jera. Dan tidak semena-mena terhadapku sewaktu berada di kelas. Juga terhadap teman-temanku yang lain.
Dalam ketidak berdayaannya, hanya tinggal mulut besarnya yang masih bisa nerocos. Ia masih berkelit menanyakan kesalahannya. Ia seolah tidak mengerti duduk permasalahannya. Ia bertanya dan bertanya terus kepadaku. Sesekali mengiba kepadaku dengan memegang kakiku. Aku hanya diam. Berdiri gagah seolah menikmati kemenanganku. Dengan kediamanku, aku harap dia bisa mengintrospeksi diri. Dan menyadari pribadinya yang sedikit kurang tepat saat melakukan proses kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas.
Dasar orang tak berperasaan. Keras kepala. Tak bisa megoreksi pribadinya. Melihat suasana semacam itu, aku pun tak bisa membungkam diri. Aku terpaksa melontarkan kata-kata pedas. Dan sedikit kasar kepadanya.
“Apa? Kau masih mengelak! Pura-pura tak mengerti?” ujarku penuh emosi. Tak ada unggah-ungguh bahasa nan mengenakkan hati.
“Sungguh aku tak tahu duduk permasalahannya. Yang kutahu, kau tanpa sebab telah melakukan penganiayaan kepadaku. Gurumu sendiri. Kau murid durhaka.”
“Masih saja kau bersilat lidah. Bersikap masa bodoh. Seolah tak mengerti apa-apa. Bukankah ini juga hasil pola pembelajaranmu di sekolah tempo hari? Bukankah ini yang kau harapkan dari setiap muridmu?”
“Apa maksudmu? Omonganmu ngelantur. Kau jelas-jelas mendurhakaiku. Tapi kau malah melempar kesalahan kepadaku. Kau tidak sepantasnya melawan gurumu. Apalagi menganiayanya. Dasar tak berakhlak.” ujarnya geram, sambil melaghujamkan tinjunya ke mukaku. Seraya berkelit untuk melarikan diri.
Kepalaku sedikit kuelakkan. Dan tangan kananku menangkisnya. Tanganku yang lain kembali mendarat persis di perutnya. Dia terhuyung. Jatuh!
“Perlakuan ini memang pantas untukmu. Biar kau jera. Dan aku tidak mendurhakai siapa pun di sini. Aku hanya memberi sedikit peringatan kepada bandit.”
“Jera…..? Bandit……?”
“Ya, benar. Aku dan teman-teman yang lain bukanlah binatang yang bisa seenaknya diperlakukan melampaui batas. Main hina. Main pukul. Dan……”
“Kau bilang tindakanku melampaui batas! Ini sebuah sarana pembelajaran. Semuanya demi masa depanmu.”
“Masa depan katamu! Aku manusia. Bukan hewan. Pembelajaran pun harus dilakukan dengan etika yang manusiawi pula. Berbeda denganmu.”
“Kau yang tidak mengerti. Ini kulakukan agar kau bisa secepatnya menguasai materi yang kusampaikan. Tapi, apa hasilnya? Kau tetap saja tak bisa-bisa. Apalagi tanpa kekerasan. Kau bebal.”
“Kalau tidak bebal, aku tidak akan sekolah. Dan menjadi muridmu. Kalau tidak bebal, aku sudah pasti yang menjadi gurumu. Coba kau pikir. Orang menerima pengetahuan itu tidak sertamerta langsung bisa. Tapi sedikit demi sedikit. Kadang pula pemahaman yang sampai juga sedikit. Ini butuh kesabaran dalam menerima dan menyampaikanya. Apalagi setelah mata pelajaran yang satu usai, ada lagi mata pelajaran lain yang fokus dan konsepnya berbeda. Coba renungkan. Jika pada mata pelajaran yang pertama ada kekurang pahaman, sementara sudah ditumpuki mata pelajaran lain, apa yang akan terjadi. Jika kau benar-benar manusiawi, kau pasti mengerti akan hal ini. Itu sekedar contoh dari dua mata pelajaran. Belum yang lain. Berapa banyak mata pelajaran di sekolah! Hitung saja. Jika semua guru menuntut hal yang sama. Dan menerapkan strategi yang sama pula, maka apa yang terjadi?”
“Kau tidak mengerti sulitnya berposisi sebagai guru. Ketuntasan belajar menjadi tuntutan utama seorang guru. Ini sudah aturan dari pusat. Jika tidak ada ketuntasan, ini pengaruhnya terhadap dirimu juga ketika ujian akhir nasional. Nilaimu buruk. Dan tidak lulus. Jadi aku harus melakukan penekanan keras agar tujuan itu tercapai. Meski dengan sedikit dengan kekerasan.”
“Sedikit kekerasan katamu? Aku kira tidak! Yang kau prioritaskan sementara ini hanya sisi intelektualnya saja. Sementara tujuan orang bersekeloh tidak hanya itu-itu saja. Seharusnya yang menjadi prioritas utama adalah mental, emosional dan perilaku. Ini bekal utama dalam melakukan pengabdian di masyarakan kelak. Dan ini hasil pendidikan kekerasan yang kau terapkan. Rasakan!” Sambil kuhujamkan kepalanku di perut guru itu. Lagi-lagi ia terhuyung jatuh.
“Tidak. Kau masih awam akan hal ini. Kau tidak tahu betapa sulitnya memahamkan seseorang.”
“Aku tahu semua itu. Oleh sebab itu, di sini kuterapkan caramu dalam memahamkan pribadiku saat berada di kelas. Ini kulakukan agar kau paham. Agar kau memahami bagaimana posisiku sewaktu di kelas. Agar kau merasakan perihnya hati dan daging ini oleh goresan luka. Biar esok kau tak semena-mena lagi. Tidak ada penghinaan. Dan kebrutalan lagi dalam proses belajar dan pembelajaran. Entah terhadapku atau pada teman-teman yang lain.”
“Kau tetap tidak mengerti.” sedikit erangnya.
“Ketidakmengertianku di sini disebabkan ketidakmengertianmu pula saat kau berada di kelas. Tentunya kau telah banyak makan bangku di sekolah. Kau pasti tahu bagaimana rasanya menjadi murid sepertiku. Sebel. Jengkel. Benci. Bahkan marah, bukan? Saat kau mendapati guru yang berkarakter sama sepertimu.”
“Benar. Tapi aku tidak brutal sepertimu. Toh nyatanya aku juga bisa berhasil seperti ini.”
“Tapi kau sungguh keterlaluan. Melampaui batas kewajaran. Tidak ada jenjang keberkalaan. Salah sedikit langsung main hina. Main pukul. Tidak hafal sedikit, kerasnya penggaris mendarat di tubuhku. Tidak ada himbauan. Tidak ada pengarahan sebelumnya. Pendidikan macam apa ini? Gunakan rasa kemanusiaanmu. Dan perlu kau camkan. Keberhasilanmu hingga kau bisa mengajar seperti ini disebabkan pelajaran yang telah kau tekuni telah menjurus. Telah berfokus pada satu bidang pelajaran. Dan itu jadi fakmu. Sementara aku saat ini……? Berapa macam pelajaran di sekolah yang harus aku telan. Semua pelajaran itu berbeda-beda, bukan? Coba pikir!”
Guru itu terdiam. Sedikit bangkit dari tempat jatuhnya. Lantas ia menyeruduk aku laksana banteng yang menembus kain merah matadornya. Kini giliran aku yang terhuyung. Aku terjatuh. Serudukkannya begitu keras. Tepat di bagian perutku. Kali ini aku lengah. Dan tak dapat mengelaknya.
Guru itu lari sipat kuping. Sementara itu aku mengerang. Berdiri sedikit gontai. Aku berusaha mengejarnya. Namun ia sudah terlalu jauh untuk kukejar. Aku urungkan niatku. Dan membalikkan langkah kakiku. Aku kembali ke kampungku. Berjalan pelan seraya mengatur irama jantungku.
Sebenarnya aku kesal dengan diriku sendiri. Sebab aku telah membiarkannya pergi. Masih cukup banyak ungkapan yang harus aku nyatakan kepadanya. Emosiku masih meledak-ledak. Ibarat bom atom yang yang jatuh di Nagasaki dan Hirosima waktu perang dunia kedua. Namun apa yang telah kulakukan, rasanya sudah lebih dari cukup. Aku merasa lega sebab telah berhasil menuangkan gejolak batinku yang selama bertahun-tahun meringkuk terkurung waktu. Ya, bagiku inilah kebahagian terbesar dalam hidupku. Kebahagiaan sebab aku telah berhasil keluar dari tekanan batinku. Lega rasanya. Beban berat di pundakku terrasa hilang sudah.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Ginandjar Wiludjeng
A. Junianto
A. Kurnia
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.S Laksana
A’yat Khalili
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Malik
Abdul Razak
Abdul Rosyid
Abdul Wahab
Abdurrahman Wahid
Abu Salman
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adam Chiefni
Ade P. Nasution
Adhitia Armitriant
Adi Prasetyo
Adrizas
AF. Tuasikal
Afriza Hanifa
Afrizal Malna
Agama Para Bajingan
Agnes Rita Sulistyawaty
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Baso
Ahmad Faishal
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad Rofiq
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ahsanu Nadia
Aini Aviena Violeta
Ainul Fiah
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Akmal Nasery Basral
Alam Terkembang
Alang Khoiruddin
Alex R. Nainggolan
Alfian Dippahatang
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Almania Rohmah
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aminullah HA.Noor
Amir Sutaarga
Anam Rahus
Anata Siregar
Andari Karina Anom
Andina Dwifatma
Andong Buku #3
Andre Mediansyah
Andri Awan
Anett Tapai
Anggie Melianna
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Bae
Anton Kurnia
Anton Wahyudi
Anwar Nuris
Ardi Bramantyo
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Joko Wicaksono
Arief Junianto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Asmaul Fauziyah
Asti Musman
Atafras
Awalludin GD Mualif
Ayu Wulan Sari
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Bagus Takwin
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Beno Siang Pamungkas
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
BI Purwantari
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonari Nabonenar
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Camelia Mafaza
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahta Gautama
Daisuke Miyoshi
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Danusantoso
Dareen Tatour
Darju Prasetya
David Kuncara
Denny Mizhar
Denza Perdana
Desi Sommalia Gustina
Desiana Medya A.L
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewi Indah Sari
Dewi Susme
Dian Sukarno
Didik Harianto
Didik Kusbiantoro
Dina Jerphanion
Dina Oktaviani
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur
Dipo Handoko
Diyah Errita Damayanti
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Doddy Wisnu Pribadi
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi SS MHum
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Wiyana
Dyah Ratna Meta Novia
Dyah Sulistyorini
Ecep Heryadi
Eddy Pranata PNP
Edeng Syamsul Ma’arif
Eep Saefulloh Fatah
EH Kartanegara
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
Eko Windarto
Elnisya Mahendra
Elva Lestary
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Sulwesi
Endo Suanda
Eppril Wulaningtyas R
Esai
Evan Ys
F. Moses
F. Rahardi
Fadlillah Malin Sutan
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Febby Fortinella Rusmoyo
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Gabriel Garcia Marquez
Galang Ari P.
Galuh Tulus Utama
Gampang Prawoto
Gandra Gupta
Ganug Nugroho Adi
Gerson Poyk
Ghassan Kanafani
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunoto Saparie
H.B. Jassin
Habibullah
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Han Gagas
Hanibal W. Y. Wijayanta
Hardi
Haris del Hakim
Haris Saputra
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B Kori’un
Hasan Aspahani
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
HE. Benyamine
Hendra Junaedi
Hendra Makmur
Heri CS
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Herry Lamongan
Heru CN
Heru Nugroho
Hikmat Gumelar
HL Renjis Magalah
Hudan Nur
Hujuala Rika Ayu
Huminca Sinaga
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Wahyudi
Ida Farida
Idris Pasaribu
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Iksan Basoeky
Ilham Khoiri
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Ira Puspitaningsih
Irfan Budiman
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Ismail Marzuki
Iva Titin Shovia
Iwan Kurniawan
Jabbar Abdullah
Jafar Fakhrurozi
Jalan Raya Simo Sungelebak
Jamal D. Rahman
Jamal T. Suryanata
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
JILFest 2008
Jody Setiawan
Johan Edy Raharjo
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku
Jual Buku Paket Hemat
Juan Kromen
Julika Hasanah
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Ka’bati
Karanggeneng
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Keith Foulcher
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Khansa Arifah Adila
Khoirul Inayah
Khoirul Rosyadi
Khudori Husnan
Ki Ompong Sudarsono
Kirana Kejora
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia
Korrie Layun Rampan
Kostela
Kritik Sastra
Kukuh S Wibowo
Kurnia Effendi
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
L.N. Idayanie
Laili Rahmawati
Lamongan
Lan Fang
Langgeng Widodo
Lathifa Akmaliyah
Leila S. Chudori
Lely Yuana
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lucia Idayanie
Lukman A Sya
Lutfiah
Lynglieastrid Isabellita
M Arman AZ
M Ismail
M Thobroni
M. Afifuddin
M. Arwan Hamidi
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Luthfi Aziz
M. Nurdin
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.S. Nugroho
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahmudi Arif Dahlan
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Martin Aleida
Maruli Tobing
Mas Ruscita
Mashuri
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni Muserang
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mia Arista
Mia El Zahra
Mikael Johani
Misbahus Surur
Misran
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
Much. Khoiri
Muh. Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Aris
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun
Muhammadun AS
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujungpangkah Gresik
Munawir Aziz
Musfarayani
Musfi Efrizal
Nafisatul Husniah
Nandang Darana
Naskah Teater
Nelson Alwi
Ni Made Purnamasari
Nikmatus Sholikhah
Nina Herlina Lubis
Nina Susilo
Ning Elia
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel-novel berbahasa Jawa
Novelet
Nunuy Nurhayati
Nur Azizah
Nur Hamzah
Nur Kholiq
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Obrolan
Okty Budiati
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso H.N.
Pagan Press
Pagelaran Musim Tandur
Palupi Panca Astuti
Parimono V / 40 Plandi Jombang
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Petrus Nandi
Politik
Politik Sastra
Pradana Boy ZTF
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pringadi AS
Prof Dr Fabiola D. Kurnia
Prosa
Puisi
Puji Santosa
Puji Tyasari
Puput Amiranti N
Purnawan Andra
Purnawan Kristanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Pustaka Ilalang Group
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Ng. Ronggowarsito
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Rahmat Kemat Hidayatullah
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rasanrasan Boengaketji
Raudal Tanjung Banua
Redland Movie
Reiny Dwinanda
Resensi
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Riki Dhamparan Putra
Riki Utomi
Ririe Rengganis
Risang Anom Pujayanto
Riyon Fidwar
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roso Titi Sarkoro
Rozi Kembara
Rukardi
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rusmanadi
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saiful Amin Ghofur
Saiful Anam
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman S. Yoga
Samsudin Adlawi
Samsul Anam
Sanggar Lukis Alam
Sanggar Pasir
Sanggar Rumah Ilalang KSII
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra dan Kuasa Simbolik
Sastra Jawa Timur
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
SelaSastra #24 di Boenga Ketjil Jombang
SelaSastra Boenga Ketjil
SelaSastra Boenga Ketjil #33
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siti Khoeriyah
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputra
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soegiharto
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Spectrum Center Press
Sri Weni
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sucipto Hadi Purnomo
Sudirman
Sugi Lanus
Sukron Ma’mun
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Supriyadi
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaf Anton Wr
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syarif Wadja Bae
Sylvianita Widyawati
TanahmeraH ArtSpace
Tarmuzie (1961-2019)
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Setiawan
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Tia Setiadi
Tirto Suwondo
Tita Tjindarbumi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tosa Poetra
Tri Nurdianingsih
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulul Azmiyati
Umar Fauzi
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usman Arrumy
Utari Tri Prestianti
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W Haryanto
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wan Anwar
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wina Bojonegoro
Wita Lestari
Wong Wing King
Wowok Hesti Prabowo
Xu Xi (Sussy Komala)
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yanusa Nugroho
Yasraf Amir Piliang
Yayat R. Cipasang
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopi Setia Umbara
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yusri Fajar
Yusuf Ariel Hakim
Yuval Noah Harari
Zacky Khairul Uman
Zainuddin Sugendal
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zhaenal Fanani
Zubaidi Khan
Zuniest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar